Bagian 5

617 46 0
                                    

Salma berjalan memasuki busnya sambil memperhatikan kain putih yang masih kosong. Belum terisi satu pola pun. Dia lupa akan tugasnya, dia terlalu sibuk membenarkan hatinya yang patah. Padahal tugas membuat pola dan membenarkan hatinya dia dapat pada hari yang sama. Meski tidak semudah pada awalnya, namun waktu memberikan dia kekuatan yang hanya bisa dia rasakan.

Salma menjatuhkan tubuhnya pada kursi yang tempatnya di belakang. Meski tidak terlalu belakang, tapi tetap saja itu di belakang. Matanya tidak lepas dari kain putih itu. Tangannya membolak-balikkan kain itu, tidak mengerti apa yang harus dia buat dengan keadaan bis yang sedang melaju sekarang.

Eliana menarik nafas melihat tingkah laku Salma yang belakangan ini terlihat berbeda. Dia bahkan tidak mau diajak ke kantin ketika istirahat. Padahal biasanya, dia yang selalu merengek kelaperan dan ingin cepat-cepat ke kantin. Tidak ada lagi Salma yang siap siaga memperhatikan jendela ketika bel istirahat berbunyi. Dan, Eliana tidak pernah melihat Salma lupa dengan tugas sekolah dalam bentuk apapun.

Eliana menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara kasar. Membuat Salma mengalihkan pandangannya pada Eliana.

"Napa lu, El?"
"Aku gabisa di cuekin kamu kaya gini" rengek Eliana.
"Yaampun sayang maafin aku, aku lagi bingung gimana caranya bikin pola di kain ini" jelas Salma.
"Sini, biar aku aja. Kamu istirahat aja" Eliana mengambil alih kain polos itu dari tangan Salma.
"Baik banget kesayangan aku yaampun. Sayang deh" ucap Salma. Meski terdengar bercanda, sebenarnya Salma tulus menyayangi sahabatnya.
"Bisa aja lu" jawaban refleks Eliana membuat keduanya tertawa. Memang selalu sereceh itu.

Salma berdiri mengintip dua mahluk yang ada di depannya. Riana dan Citra yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara apapun.

"Heuuu pantes aja sepi, udah pada tidur lagi mereka" protes Salma membuat Eliana yang sedang membuat pola pada kainnya tersenyum menanggapi. Salma berniat melihat teman-temannya yang berada di belakangnya. Namun yang pertama kali dia liat saat membalikan badan adalah sosok yang mencoba dia tenggelamkan dalam pikirannya. Salma melihat seorang Egi Mahesa sedang duduk manis dan kini sedang menatapnya. Mata Salma membulat, dia benar-benar tidak menyangka akan kehadiran Egi dalam busnya. Dan lebih tidak menyangka lagi bahwa sekarang sepasang mata bulan sabit itu sedang menatapnya. Menatap Salma, artinya sekarang Egi tahu keberadaannya.

Buru-buru dia berbalik dan duduk.

"Itu yang di belakang beneran Egi, El?" Tanya Salma pada Eliana dengan spontan.

"Hdue, kemana aja sih nyai, masa baru sadar" balas Eliana tanpa menatap pada Salma.

Tanpa berniat membalas ucapan Eliana, Salma kembali berbalik untuk sekedar memastikan apa yang dilihatnya itu benar.

Deg.

Mata itu masih tetap pada pandangannya. Menatap mata Salma begitu intens. Membuat Salma cengengesan tak berdaya dan setelah dia melihat pria itu tersenyum untuknya. Salma pasrah dan mulai membalikan kembali badannya untuk menghadap ke depan dan mengontrol detak jantungnya kemudian tenggelam pada mimpinya dengan mata yang terpejam Dan berharap jika nanti sudah bangun, kejadian tadi benar-benar hanya sebuah mimpi.








*****
Sengaja aku mempublikasikan dua bagian sekaligus, karna bagian ini dengan bagian 4 itu saling berhubungan dan isi bagiannya pendek-pendek. Dan sebenarnya, moodku sedang baik, muehehe.
Mungkin, setelah bagian ini kalian akan merasakan bagaimana menjadi Salma.
Tinggalkan jejakmu yang akan lebih ku hargai.
Terimakasih.

Filosofi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang