Bagian 15

441 19 5
                                    

Bagaimana bisa aku mempertahankanmu jika yang ada dalam pandanganku adalah kau dengannya. Aku berhenti. Satu kalimat yang selalu muncul dalam hatiku saat melihat kau dengannya. Namun, kalimat itu pula yang aku sendiri tidak tau harus mulai darimana untuk melakukannya.

*****

"Eh Gi, Lo sama Salma gimana?"
Pertanyaan pertama yang Vina lontarkan saat mereka sudah duduk di kantin dengan posisi saling berhadapan dari pertama bel istirahat.

Iya, mereka sudah duduk dikantin dan sudah jadi pusat perhatian orang-orang lainnya daritadi. Pandangan orang-orang berbeda, ada yang melihatnya sambil bisik-bisik, ada yang kaget, ada yang biasa saja. Dan, Salma menjadi pihak yang melihatnya biasa saja.

"Gaakan kaya gini kalo gaada Lo" Egi menjawabnya tanpa melihat Vina.

Vina menghela nafas setelah mendengarnya.

Salma yang tidak ingin melihat kedekatan mereka lebih jauh hanya mampu menutup matanya.

"Aku berhenti" batin Salma berbicara.

Kemudian kembali membuka matanya dan ikut tertawa bersama teman-temannya seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.

Pada tempatnya, Egi memperhatikan Salma yang tertawa bersama teman-temannya. Ada sakit yang terasa di dalam hatinya. Ada rasa tenang juga ketika yang ada dipikirannya kemarin tidak terjadi hari ini.

"Ah shit. Mungkin belum." Batin Egi membenarkan.

Egi memakan makanan yang sudah disediakan oleh Vina tanpa mendengarkan apa yang Vina bicarakan sedari tadi. Matanya tertuju pada makanan di depannya dan telinganyadi fokuskan untuk mendengar bisikan-bisikan orang yang sedang membicarakan keduanya.

"Vin, udah abis nih. Gue balik ke kelas ya" Egi beranjak setelah mengucapkan itu.

Vina refleks ikut berdiri dan memegang tangan Egi. Yang hanya ditatap Egi dengan tatapan tidak suka.

"Egi, gue tau Lo terpaksa harus kaya gini sama gue. Tapi cara Lo jangan kaya gini dong. Gue udah nemenin Lo makan tanpa Lo dengerin apa yang gue ceritain, dan sekarang? Lo bahkan ga berterima kasih sama sekali." Egi melihat perubahan dari wajah Vina. Mata Vina mulai berkaca-kaca dan terlihat seperti seseorang yang sedang menahan marah. Perasaan bersalah tiba-tiba datang dan membuat Egi merasa bingung harus bersikap seperti apa.

Vina melepaskan tangannya dan kembali duduk.

"Bentar" Egi meninggalkan Vina yang sedang menunduk. Kemudian menghampiri tempat penjual makanan dan membeli satu porsi lontong dan air mineral.

Egi kembali menghampiri meja dengan membawa lontong dan air mineral tadi. Meletakan keduanya di atas meja, kemudian duduk di tempat yang sebelumnya menjadi tempatnya untuk memakan makanan dari Vina.

"Gue gatau Lo suka atau engga, yang jelas Lo harus makan sekarang. Karna gue tau Lo pasti belum makan" ucapan Egi membuat Vina mengangkat kepalanya dan menatap Egi tidak percaya.

"Jangan salah paham, gue cuma bingung harus berterima kasih sama Lo dengan cara apa"

Terserah. Mau dengan alasan apapun Egi bersikap manis pada Vina, tetap saja Vina merasa senang. Dengan atau tanpa sengaja, Egi sudah membuat Vina merasa bahwa dia sudah di beri kesempatan lebih untuk memilikinya, mungkin. Dan, tau atau tidak, perlakuan Egi tadi benar-benar membuat Salma mematung.

Saat itu, Egi benar-benar tidak menyadari kehadiran Salma. Hingga saat dia mengalihkan pandangannya dan matanya langsung bertemu dengan tatapan menyedihkan itu lagi. Salma tersenyum membuat Egi semakin merasa bersalah. Jauh lebih bersalah daripada saat tidak berterima kasih kepada Vina. Tetapi yang terjadi selanjutnya membuat Egi refleks berdiri untuk mengejar Salma tanpa tau dia akan lebih menyakitinya atau tidak.

Filosofi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang