Bagian 8

609 39 3
                                    

Pada tempatnya, Salma berusaha untuk tidak merasakan kehadiran Egi. Pertemuan tidak disangka tadi membuat pertahanan yang sudah berusaha keras Salma bangun hancur begitu saja. Tidak ada penopang lain selain bersikap biasa saja pada Egi. Meski jika di lihat dari sudut pandang manapun, Salma tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Apalagi untuk seorang Salma Amanda yang sudah 7 bulan mencintai sendirian, mengagumi tanpa bersua, dan merasakan resiko sakitnya sendirian, juga. Jelas hal tadi adalah salah satu impiannya Salma. Meski dia masih amat sangat kaget dengan kontak fisik yang Egi lakukan pada Salma.

Dan disinilah sekarang seorang Egi Mahesa.
Menyenderkan tubuhnya pada tembok, memperhatikan setiap gerak gerik dari Salma yang sedang sibuk membuat kain polos itu menjadi berwarna. Meski pada pandangan Egi, Salma terlihat tidak nyaman dengan apa yang dilakukan oleh dirinya.

"Lo ga buat batik, Gi?" Tanya Raka yang tiba-tiba menghampiri Egi.

"Ada yang lebih menarik perhatian gue sekarang" balas Egi sambil menunjuk sosok Salma dengan dagunya.

Raka mengikuti arah pandang Egi.
Saat itu Salma sedang tertawa. Terlihat lucu sekali di pandangan seorang Egi Mahesa.

"Cantik kan" sambung Egi.

"Tapi ko gue baru liat ya?" Tanya Raka setelah beberapa detik memperhatikan.

"Justru dari itu, gue juga baru ngeliat dan gue udah ngerasa kalo dia tuh beda dari yang lain. Ya meski gue belum deket banget sama dia, tapi tatapan matanya udah ngejawab semuanya" jelas Egi.

Raka mengangguk mengiyakan pendapat Egi.

"Menurut lo gimana, ka?" Tanya Egi tanpa mengalihkan pandangannya dari Salma.

"Ya lo siap-siap aja" jawabnya.

Egi mengernyitkan dahinya tanda bahwa dia tak mengerti.

"Ya lo pikir aja, berapa banyak perempuan yang akan ngejudge dia habis-habisan hanya karna Lo mandang dia beda kaya gini, gi. Dan apa kabar dengan wanita-wanita yang udah lo buat baper tanpa lo sadari, hm?" Jelas Raka lebih ke mengintrogasi Egi.

"Gue cuma niat ngehargain, Raka. Bukan niat ngasih harapan seperti yang lo kira. Lagian perlakuan gue ke mereka biasa aja. Gaada yang lebih"

"Lo salah cara kalo niat lo cuma buat ngehargain"

"Maksud lo?"

"Gi, perempuan itu lemah hatinya. Di saat dia kesenangan dengan perlakuan lo yang lo anggap 'biasa' itu, dia akan dengan sangat cepat mengsalah artikan dan beranggapan bahwa lo udah ngasih sedikit celah buat dia. Paham lo?"

"Engga" jawabnya polos.

"Kesel gue setiap ngomong sama diri lo yang bego" ucap Raka sambil meninggalkan Egi sendirian.

'gue ga bego. Lo aja yang ga ngerti gimana rasanya ada di posisi gue. Serba salah kalo lo mau tau' ucap Egi dalam hati sambil menatap punggung Raka yang meninggalkannya.

Pada tempat yang tidak jauh dari tempat Egi berdiri, Salma memperhatikan bagaimana sosok Egi Mahesa yang sudah membuatnya tersenyum meski hanya memperhatikan. Namun dia tidak bisa seperti wanita-wanita lain yang lebih berani mendekatkan diri kepada Egi. Dia merasa lebih baik diam-diam saja. Karna bagaimanapun dia itu perempuan yang sudah di kodratkan untuk menunggu. Meski tanpa kepastian, meski tanpa pergerakan apapun, tapi dia sudah sanggup menjadi pihak yang mencintai sendirian. Hingga pada akhirnya semesta memberikan jalan untuknya. Meski hanya pertemuan empat mata yang tidak lebih dari sepuluh menit, namun tetap saja sudah meruntuhkan pertahanan yang sudah dia bangun untuk membuatnya sedikit lebih kuat.

Salma menatap tangannya yang tadi di genggam oleh Egi Mahesa. Kemudian mengusapnya hingga pikirannya memutarkan kembali waktu singkat yang membahagiakan itu. Salma tersenyum memperhatikan tangannya, kemudian arah pandangnya dia tujukan pada Egi Mahesa.

Deg.
Pada tempatnya, Egi tersenyum seraya melambaikan tangannya pada Salma. Salma gugup. Dia hanya membalasnya dengan senyum biasa yang mampu membuat Egi merasakan bagaimana hatinya bergetar seperti Salma. Mata mereka masih bertemu. Keduanya tidak berniat untuk memutuskan pandangan. Meski ada jarak, meski tak bersua, meski hanya saling bertatap, namun keduanya mampu menyalurkan harapannya.

Harapan ingin bersama tanpa menyakiti satu sama lain dan menyakiti mereka yang merasa sudah diberi harapan oleh Egi.

'saya jatuh cinta pada pesona seorang Salma Amanda dalam pandangan pertama'

'saya jatuh cinta pada pesona seorang Egi Mahesa dalam pandangan pertama'

Mereka saling melemparkan senyum tanpa tahu bahwa sudah mengatakan hal yang sama dalam hati meski hanya dirinya sendiri yang mengetahui.




*****
Jadi, gimanaa nih?
Tinggalkan jejakmu, yaa.
Terimakasih.

Filosofi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang