Bagian 6

594 38 0
                                        

Busnya berhenti lama sekali. Tanda bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan. Satu persatu penghuni bus keluar dari bis. Namun tidak dengan Egi. Egi masih diam pada posisinya. Memperhatikan kursi yang di duduki oleh gadis tadi belum ada pergerakan apapun. Lalu Egi melihat dua wanita di depan tempat gadis itu berbalik dan seolah membangunkan penghuni kursi gadis tadi.

"Sal, El, bangun woi udah nyampe" kata gadis satunya. Gadis yang satunya lagi mencoba menggerak-gerakkan tubuh penghuni kursi gadis tadi.

'Masih tidur ternyata' batin Egi.

Kemudian senyumnya mengembang melihat wajah gadis tadi celingak-celinguk dengan wajah masih mengantuk. Saat gadis dengan mata kepedihan itu berdiri, sebuah kain jatuh. Egi yakin jika kain itu kain pola milik gadis itu. Satu persatu meninggalkan bis, namun sepertinya mereka tidak sadar apa yang jatuh tadi.

Egi berdiri kemudian kakinya dia langkahkan pada kain pola tak berdosa itu. Diraihnya kain itu, lalu matanya menetap pada tulisan 'Salma Amanda' yang samar terlihat di kain itu namun masih mampu dia baca dengan jelas.

Egi senyum. 'namanya aja udah manis banget' batin Egi.

Kemudian Egi meletakan kembali kain itu. Dia tidak ingin membawa kain itu dan membuat Salma kebingungan mencari kain polanya.

Kemudian Egi berdiri dan dia di kagetkan dengan sosok Raka yang entah sejak kapan sudah berdiri di situ.

"Lo ngapain sih, Gi? Betah Lo disini?" Tanya Raka.

"Ya betah lah, ada yang manis soalnya"

Mendengar jawaban Egi, Raka celingak-celinguk dan mencari yang Egi sebut manis tadi. Namun hasilnya nihil. Dia tidak menemukan apa-apa, kemudian dia merasa bahwa Egi mengatakan 'manis' itu untuknya.

"Ya gue tau gue manis. Tapi buruan keluar, Gi. Para pecinta pesona lo nanyain keberadaan Lo ke gue dan gue bosen jawabnya Egi Mahesa" Raka menjelaskan bagaimana dia bisa berada di bis bersama Egi sekarang.

"Gue bukan bilang manis ke elo dan gue sama sekali tidak menyuruh Lo menjawab pertanyaan dari yang Lo sebut para pecinta pesona gue Raka Mahendradatta" balas Egi meniru nada bicara Raka sebelumnya.

Raka menarik nafas.
"Ah Lo mah ga ngerti gimana susahnya gue ngadepin orang-orang itu" suara Raka melembut terdengar seperti merengek.

Egi tertawa.
"Yaampun sayang, maafin aku yang belum bisa ngertiin kamu yaa" canda Egi membuat Raka mendelikkan matanya. Persis seperti perempuan yang sedang pms dan ga di ngertiin sama pacarnya.

"Takut gue lama-lama berdua sama lo" Raka berbalik kemudian meninggalkan Egi sendiri.

"Tunggu disana, gue disini nunggu seseorang dulu, ada perlu" ucap Egi setengah berteriak dan hanya di balas dengan jempol dari Raka tanpa berbalik.

Sepeninggalan Raka, Egi melihat gadis tadi yang dia ketahui namanya Salma sedang berlari ke arah bis. Egi melangkahkan kakinya menuju pintu masuk bis itu. Egi diam sejajar dengan kursi barisan pertama di bis itu, menunggu Salma menghampirinya.

Satu
Dua
Tiga

Badan Salma membeku di ambang pintu, tatapannya mengarah pada sepasang mata bulan sabit milik Egi Mahesa. Egi hanya diam sambil tersenyum melihat bagaimana Salma menenangkan diri.

Dua menit berlalu.
Hening menguasai keduanya.




*****
Akankah pertahanan yang sudah susah payah Salma buat hancur begitu saja ketika seorang Egi Mahesa tersenyum kepadanya?.

Terimakasih telah membaca dari awal hingga sekarang. Terimakasih telah memberi suara, meski tidak semua pembaca meninggalkan jejak. Terimakasih dan aku sayang kalian smuah😘.

Filosofi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang