Bagian 1

2.5K 74 0
                                    

Pada hari dimana untuk pertama kalinya Salma melihat pria itu tersenyum, kini dia menjadi pengagum rahasia pria itu. Egi Mahesa adalah pria yang sudah Salma kagumi selama tiga bulan terakhir.

Sejauh ini, yang Salma perhatikan adalah fakta bahwa Egi itu bukan pria biasa. Egi adalah pria yang di kelilingi oleh wanita. Ya, orang satu sekolah isinya hampir wanita semua. Ada laki-lakinya, tapi itu ga seberapa. Tidak seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya. Meski hanya memperhatikan lewat jendela kelasnya yang berseberangan dengan kelasnya Egi, Salma tetep rajin melakukan rutinitas itu setiap istirahat. Melihat bagaimana Egi keluar kelas dengan wajah yang lelah akibat pelajaran yang sangat menguras tenaga adalah salah satu hal yang Salma nikmati dari pesona seorang Egi Mahesa. Meski tidak lama dari itu hatinya terasa panas melihat bagaimana respon yang Egi berikan kepada wanita-wanita yang mencoba menunjukkan diri bahwa dirinya menyukai Egi.

'Ko bisa sih mereka seberani itu?' batin Salma menanyakan pertanyaan yang sama setiap harinya.

'Kalo aku seberani mereka, apa aku akan mendapatkan respon yang sama dari Egi?' pertanyaan penuh harap yang hanya Salma sendiri yang bisa mendengar dan menjawabnya.

'Mustahil' Salma berkata dalam hati seraya tersenyum kecut.

"Lah kan kebiasaan ini anak kalo istirahat hobinya ngelamun sambil liatin jendela" celetuk Riana sambil menyenggol lengan Salma.

"Udah kaya hantu penikmat jendela tau ga sih, Sal kamu tuh" ucap Citra meledek Salma.

Riana dan Citra tertawa, meski tidak terbahak-bahak, tapi Salma tau mereka menahan diri untuk tidak tertawa lebih keras.

"Yuk, kantin ahh. Laperrrr" rengek Salma pada teman-temannya.

"Gini nih, mentang-mentang aku kecil, kalian jadi lupain aku gitu aja" omelan Eliana berbicara pada ketiga temannya yang sikapnya kadang minta di tampol.

"Uuuu yayang, sini siniii" Riana dan Citra merentangkan tangan secara bersamaan membuat Eliana terkikik geli melihat tingkahnya.

"Apaan sih kalian, ayoo takut ga keburu makan nih kita" ucap Salma mengingatkan ketiga temannya untuk segera ke kantin.

Mereka berempat berjalan diiringi dengan celotehan dari Riana yang selalu bisa membuat mereka tertawa lepas.

Salma ikut tertawa, namun matanya berkeliaran mencari sosok tinggi yang telah mencuri bagian kecil pada hatinya selama tiga bulan ini. Ketika yang dicarinya tidak berhasil dia temukan, dia hanya bisa menarik nafas pelan. Dan kembali tertawa seolah tidak ada yang mengecewakan.

Salma dan teman-temannya memang lebih sering makan di kelas daripada makan di kantin. Karna kondisi kantin yang panas dan selalu di serbu oleh penduduk sekolah pada saat istirahat seperti ini, membuat mereka bergidik ngeri. Rasanya seperti melihat harimau yang kelaparan.

Selama perjalanan mereka menuju kelas, tak sengaja Salma menangkap sosok yang dicarinya. Sedang meminum minumannya dengan posisi nyender pada tembok, lengan yang bebas ia masukan kedalam saku celananya, dan matanya tertuju pada wanita yang sedang berada dihadapannya. Lalu keduanya tertawa.

'Gausah liat aja sekalian kalo sekalinya liat posisinya lagi kaya gitu, kan panas liatnya' ucap Salma dalam hati bersamaan dengan hentinya tawa mereka dan delikan mata yang terjadi pada kedua mata Salma.

Bel tanda istirahat telah selesai berbunyi begitu keras.

Membuat seisi kelas Salma menghela nafas, karna setelah ini mereka akan menghadapi pelajaran yang begitu rumit meski yang jadi gurunya adalah wali kelasnya sendiri.

"Assalamualaikum" suara Bu Winda terdengar setelah bel istirahat berhenti berbunyi.

"Awlohu baru juga bel" ucap Eliana mengomentar, sepertinya dia kesal.

Tiba-tiba saja citra membalikan badan menghadap Salma dan Eliana, disusul dengan Riana yang balik badan.

"Kelewat rajin sih ini mah, El" balas Citra terdengar sama kesalnya dengan Eliana.

"Kebiasaan SMPmu hilangkan nak, kita ini sudah SMK harus lebih terbiasa dengan guru-guru yang akan rajin begini" ucap Salma menuruti tingkah laku ibunya dirumah jika melihat Salma mengeluh akan hal yang seharusnya disyukuri.

Lalu mereka tertawa pelan sekali.
Memang sereceh itu.

"Anak-anak, di semester dua nanti sekolah kita akan mengadakan study tour ke Lembang. Biayanya gratis, kalian hanya perlu membawa uang saku untuk bekal kalian disana" Ucapan Bu Winda menghadirkan suara-suara yang beragam di kelas yang isinya hanya wanita itu. Ada yang berteriak, ada yang mengeluh, ada yang tertawa, ada yang berpendapat bahwa itu tidak mungkin.

"Wah bau bau perdagangan nih" celetuk Lisa, sang bendahara kelas.

"Hahaha, tenang-tenang semuanya. Di jaman sekarang mana ada sih yang benar-benar gratis. Harus ada perjuangannya dulu dong" lanjut Bu Winda membuat suasana menjadi hening seketika.

"Ahh Bu, aku aja udah berjuang buat dia, tapi tetep aja tuh ga dapet gratisan buat dapetin dia" celetuk Salsa membuat seisi kelas menjadi kembali ramai.

"Hduee, ya itu mah beda lagi ege" balas Lisa mencubit Salsa yang ada di sampingnya itu.

Seisi kelas tertawa.

"Jadi, untuk mendapatkan gratis dari sekolah, kalian harus menjual snack yang di berikan oleh sekolah setiap hari Rabu dan Jumat. Jumlah snacknya ada 30 bungkus dan setiap bungkusnya berisi sekitar 7 Snack. Dan kalian harus menjual snacknya itu perbungkus. Kalo 30 bungkus bisa kalian jual dengan habis, maka kalian fix gratis pergi ke Lembangnya. Kalo masih ada sisa, kalian harus membayar sisa Snack itu. Paham kalian?" Jelas Bu Winda disusul dengan helaan nafas panjang dari setiap kepala.

"Paham, Bu" jawaban serentak.

"Bagus. Sekarang kita langsung belajar meneruskan pelajaran minggu kemarin ya" tegas Bu Winda membuat suasana kelas menjadi kondusif kembali.




*****
Monmaap nih, kalo masih abstrak dan banyak nama yang sama dengan dunia nyata. Karna sesungguhnya, sebagian dari cerita aku ini memang ada pada dunia nyata. Muehehe.
Tolong tinggalkan vote kalo kalian suka, dan tinggalkan komentar kalo emang harus di komentar.
Terimakasih.

Filosofi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang