#5

940 116 8
                                    

Sehabis dari cake shop dan make sure kalau semuanya berjalan dengan baik meski tanpa kehadiranku, akhirnya aku bisa terduduk dengan santai di sofa ruang tamu. Aku melirik jam yang tertempel di dinding. Sudah pukul sembilan tapi Jaehyun belum juga kembali.

Sebenarnya aku juga tidak tahu jam berapa dia biasanya pulang. Aku kemudian bangkit dari posisi santai, melangkah menuju dapur dan mulai memasukan beberapa belanjaan tadi ke dalam kulkas. Aku bingung apakah harus masak makan malam atau tidak, karena sudah jam sembilan sepertinya Jaehyun sudah makan malam.

Berbagai macam pertanyaan yang muncul terjawab sudah saat pintu apartemen terbuka dan aku bisa melihat Jaehyun masuk dengan wajah lelahnya. Ia melonggarkan dasinya seraya mengganti sepatunya menjadi slipper biru yang dibeli tadi sore.

"Hai," sapaku sembari berlari kecil dari arah dapur.

Jaehyun tersenyum lemah. Ia kemudian duduk di sofa sembari menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan matanya. Ia tampak sangat lelah. Senyumnya juga tidak semanis biasanya.

"Mau aku buatkan teh?" tanyaku, masih berdiri di dekat pantry.

Jaehyun membuka matanya. "Nggak usah, mau langsung mandi aja."

Aku mengerjapkan mata. "Biar aku siapin bajunya."

Jaehyun tersenyum. Ia berjalan ke arahku, kemudian mengacak rambutku dengan lembut. "Makasih, istriku."

Astaga, lemah hamba.

Selepas Jaehyun masuk ke dalam kamar mandi, aku dengan ragu masuk ke dalam kamarnya. Ruanganya bersih dan juga rapih. Aroma khas milik Jaehyun menyeruak masuk ke indra penciumanku. Ruanganya luas, lebih luas dibanding kamarku. Aku melangkah menuju dressing room miliknya.

Ada banyak kemeja dan jas disana. Formal attire, kemeja mewah dan berbagai baju casual ada disana. Aku tidak tahu dia biasa pakai baju apa kalau tidur. Kemarin selepas mencium puncak kepalaku aku langsung masuk kamar dan saat itu Jaehyun baru masuk kamar mandi.

Setelah berbagai macam perdebatan, aku masih bingung menyiapkan baju apa. Disana memang ada piyama tapi rasanya akan aneh melihat Jaehyun pakai piyama. Tapi kalau pakai kaus biasa, rasanya aneh juga. Tau ah pusing!

"Udah pilih bajunya?"

Aku terlonjak kaget. Menoleh kearah pintu dressing room yang memang terbuka lebar. Ada Jaehyun disana. Telanjang dada dan hanya terbalut handuk di pinggangnya. Jangan lupa rambutnya yang basah. Astaga, kenapa begitu menggoda? Eh, sadarkan dirimu Kim Jiho!

Refleks aku berbalik memunggunginya, terlalu malu untuk menatap tubuh indahnya. Tubuhnya yang dipenuhi otot dan abs itu sungguh menarik untuk dilihat. Aku bisa mendengar Jaehyun tertawa pelan, ia berjalan mendekat. Aku bisa mencium aroma sabun dan shampoonya.

"A—aku tidak tahu," ujarku tergagap. Meremas kaus hitam yang sedari tadi aku pegang. "Piyama atau kaus, aku ti—tidak tahu."

Jaehyun hanya tersenyum, ia kemudian merangkul bahuku dan memintaku untuk menatap deretan baju yang terpajang dihadapanku. Aku tidak berani menoleh, aku hanya mampu menatap baju-baju itu dengan gugup.

"Pilih! Apapun." Ujar Jaehyun.

Aku mendongak kemudian perhatianku tertuju pada kaus hitam polos dan juga celana santai. Aku meraih baju itu lalu menyerahkannya pada Jaehyun sambil berusaha mengalihkan pandangan. Baru saja aku hendak keluar dari ruangan ini untuk menghindari kecanggungan, Jaehyun mencegah tanganku.

Aku terpaksa menoleh. Memandangnya dengan alis berkerut.

"Dalamannya gak sekalian kamu pilihin?"

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang