#15

999 107 25
                                    

Siap-siap, ya. Karena lama update, spesial buat kalian; chapter ini "agak" panjang. Semoga kalian suka dan gak bosan bacanya ya.

***


"Eonni, gimana kondisi Jung sajangnim?"

Aku menoleh kearah Yoobin yang baru saja meletakkan beberapa slice cheesecake ke dalam etalase.

"Udah mendingan, sih," ujarku sambil men-check pendapatan Jicake yang sudah terangkum di komputer. "Dokter bilang kecapekan."

Yoobin menghela nafas. "Jadi orang kaya serba salah, ya? Punya banyak uang tapi banyak pikiran juga."

Aku tertawa mendengar ucapannya yang begitu polos. "Setiap orang juga punya banyak pikiran. Tergantung gimana kita nge-handle itu semua."

"Tapi nggak apa-apa Jung sajangnim ditinggal di rumah sakit?"

Aku tersenyum kecut. Sebenarnya agak tidak tenang meninggalkan Jaehyun di rumah sakit. Tapi bagaimanapun aku harus ke Jicake karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan.

"Ada Taeyong yang jaga," ujarku, mataku fokus menatap layar komputer. "Lagian aku cuman bentar disini, sebentar lagi juga balik ke rumah sakit."

Yoobin hanya mengangguk paham, gadis berambut pendek itu kemudian masuk ke pantry dan kembali dengan nampan berisi creme brulee. Yoobin memang fokus pada bagian display sekaligus menjadi cashier dan server−kalau diperlukan. Sementara bagian baking dan pantry sepenuhnya jadi tanggung jawab aku dan Arin.

"Noona!"

Aku mendongak begitu merasa seseorang memanggilku. Senyumku otomatis melebar begitu melihat Mark baru saja masuk ke dalam cake shop dengan penuh semangat. Langkah kakinya langsung antusias menuju display yang memajang berbagai macam kue yang baru saja selesai di panggang.

"Mau beli apa? Semuanya fresh from the oven," ujarku sembari menghampirinya. "Kamu pelanggan pertama hari ini."

Mark tertawa. Namun aku bisa melihat matanya diam-diam melirik ke arah pantry yang memang hanya dibatasi oleh strips curtain PVC atau tirai transparan untuk melindungi kotoran atau debu yang berasal dari luar serta menjaga suhu ruangan.

"Mark?" panggilku lagi.

"Eh?" Mark beralih menatapku, gerak-geriknya mendadak terlihat gugup. "Aku mau cari kue yang kemarin, yang itu−"

"Yang mana?" tanyaku heran.

"Aduh apa yang kemarin namanya." Mark terlihat panik sendiri, tapi matanya masih melirik pantry sesekali.

"Kamu nggak makan apa-apa kemarin," ujarku sambil mengikuti arah pandangannya. "Cari apa, sih?"

Mark berdeham gugup. "Itu kue yang lagi dipanggang sekarang."

Aku mengernyitkan alis. "Croissant?"

Mark mengangguk antusias. "Iya, itu namanya. Cro−Cro apa tadi?"

Aku masih belum memahami apa yang terjadi hingga akhirnya sudut mataku melihat Arin yang sedang sibuk di pantry. Kemudian aku beralih menatap Mark, lelaki itu tepat sedang memandangi Arin dengan seulas senyum di bibirnya.

Aku tersenyum. "Kamu mau coba bikin?"

Mark menatapku gelagapan. "Ah, nggak bisa. Aku nggak pernah masuk dapur sama sekali."

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang