#24

654 71 39
                                    

 "Tarik nafas, okay?"

Aku mengangguk, mencoba menarik nafas sesuai dengan arahan Jaehyun. Jaehyun terus menerus menggenggam tanganku, tak sekalipun melepasnya dari mobil hingga sekarang aku terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Berapa lama lagi, dok?" tanya Jaehyun pada Dokter Han yang sedang sibuk memeriksa sesuatu di bawah sana.

"Baru pembukaan lima," ujar Dokter Han. "Masih lama."

Jaehyun mengangguk. "Mules banget, ya?"

Aku mengangguk.

"Tapi mereka harus banget ada disini?" tanya Dokter Han menunjuk pintu di sebelah ruangan.

Aku memang mendapat treatment spesial; mulai dari ruang bersalin yang semewah hotel, ada ruang tunggu yang super nyaman dengan sofa bed dan juga televisi super besar, selain itu ruangannya juga kedap suara, jadi sekeras apapun suara di ruang tunggu tidak akan terdengar sama sekali ke ruangan bersalin.

Masalahnya di ruangan itu ada banyak banget orang; ada teman-teman Jaehyun dan juga ada Arin dan Yoobin. Ibu dan Ayah Jaehyun juga ada, namun mereka di ruang tunggu yang berbeda (bayangkan, ruang bersalin di lengkapi dengan dua ruang tunggu super nyaman) ayah dan ibuku masih dalam perjalanan dari Shanghai.

"Mereka mau ikut, masa harus saya usir." jawab Jaehyun dengan santai.

"Heran sama kalian semua, kemana-mana pasti barengan terus." ujar Dokter Han sambil menggelengkan kepalanya.

"Solidaritas kita tinggi, dok." ujar Jaehyun, tangannya masih menggenggam tanganku.

Aku tertawa mendengar jawaban Jaehyun. "Kun kesini?"

Dokter Han menatapku lalu mengangguk perlahan. "Kebetulan juga dia lagi cuti kerja jadi bisa kesini. Udah lama juga nggak ketemu sama anak itu, jadi kangen."

Aku dan Jaehyun saling menatap lalu tersenyum. Dibalik sikap galak atau angkuh Dokter Han ada sosok keibuan yang begitu lembut dan penuh kasih sayang meskipun Kun bukan anak kandungnya.

"Dia excited banget pas tahu kamu mau lahiran," ujar Dokter Han sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Dia langsung pesan tiket pesawat."

"Mereka semua emang excited banget," ujar Jaehyun sambil menoleh kearah ruang tunggu yang tertutup. "Mungkin karena bayi ini akan jadi keponakan pertama mereka, jadi mereka seneng banget."

Aku tersenyum mendengar, memang sejak tujuh jam yang lalu aku di rumah sakit. Mereka-teman-teman Jaehyun yang juga temanku, Arin dan Yoobin sama sekali tidak beranjak dari ruang tunggu. Mereka menunggu dengan setia, entah apa yang mereka lakukan di ruang tunggu.

"Mungkin udah saatnya Kun untuk menikah," ujarku pada Dokter Han. "Dokter juga pasti pengen cepet punya cucu, kan?"

Dokter Han tersenyum-padahal aku jarang banget lihat dia senyum.

"Lagipula sekarang kan residen tahun terakhirnya Kun, jadi harusnya dia mulai cari pacar." ujar Jaehyun pada Dokter Han.

"Aku nggak mau ikut campur urusan percintaan Kun, biar dia sendiri yang memutuskan."

Aku tersenyum mendengar ucapan Dokter Han yang sungguh bijaksana. Aku rasa Kun beruntung punya ibu tiri yang menyayanginya seperti ibu kandung. Aku percaya orang baik untuk orang yang baik. Kun pasti akan mendapatkan seseorang yang baik untuknya.

"Masih mules?" tanya Jaehyun lagi.

Aku mengangguk.

"Jangan tanya itu terus dong!" ujar Dokter Han dengan kesal. "Kamu udah tanya itu puluhan kali. Udah tahu jawabannya mules, masih aja nanya."

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang