#6

949 109 10
                                    

Ruang kerja Jaehyun sangat luas—lebih luas di banding kamarnya sendiri. Ada meja besar dengan kursi yang nyaman di ujung ruangan—tepat dekat jendela dan menghadap Kota Seoul yang indah. Apalagi malam hari begini, city sky lightnya benar-benar menawan. Ada lemari buku besar yang terisi penuh oleh buku-buku yang tidak begitu paham apa isinya.

Ada juga sebuah rak kecil di dekat meja kerjanya. Rak itu dipenuhi foto Jaehyun dari mulai saat dia SMA, kuliah, hari kelulusannya dan beberapa foto saat ia menerima penghargaan. Termasuk trofi dan piagamnya yang terpajang disana. Ada beberapa action figure Captain America juga disana.

Ada pula sofa yang tampak sangat nyaman, ada televisi dan playstation dan juga beberapa dus Lego yang tampak masih baru dan belum terjamah sama sekali. Boys still will be boys. Walaupun usianya sudah hampir 28 tahun, dia masih senang main playstation rupanya. Aku bingung ini ruang kerja atau ruang bermain, sih.

Jaehyun masuk setelah menyelesaikan kegiatan cuci piringnya. Ia tersenyum saat melihatku sedang melihat deretan foto yang terpajang di rak. Ia kemudian berjalan menuju meja kerjanya—dimana laptopnya masih terbuka. Ada beberapa gelas sisa coffee disana.

"Make yourself comfortable, mau nonton tv, mau baca buku, terserah—" ujar Jaehyun sambil mulai mengetikkan sesuatu di keyboard laptopnya.

Aku menghela nafas. Jaehyun mulai sibuk dengan segala pekerjaannya dan aku akhirnya memilih duduk di sofa. Mengambil majalah bisnis disana yang walau bagaimanapun aku tidak akan paham sama sekali. Yang membuat aku penasaran adalah covernya. Ya, Jaehyun menjadi cover dari majalah itu.

Isi majalahnya sebagaian besar tentang saham dan hal-hal lain yang tidak aku pahami. Aku hanya sibuk membaca halaman delapan belas. Isinya wawancara dengan Jaehyun, ia mulai menceritakan bagaimana karirnya bermula dan apa harapannya untuk perusahaannya ke depan.

Aku terlalu sibuk membaca sampai akhirnya aku menyadari bahwa Jaehyun sudah duduk di sampingku. Ia menatapku sebentar sebelum akhirnya memilih untuk berbaring di sofa dan membaringkan kepalanya di pahaku. Aku menunduk untuk menatapnya.

"Aku mau tidur sebentar, bangunkan aku 30 menit lagi, ya. Kepalaku rasanya sudah mau meledak."

Aku mengangguk. Terlalu gugup untuk memandangi wajah tampannya. Jaehyun mulai memejamkan matanya. Tangan kananku bergerak turun untuk merapikan rambutnya yang menutup dahi. Aku menatapnya khawatir, Jaehyun tampak benar-benar kelelahan.

Aku masih mengusap rambutnya saat Jaehyun tiba-tiba membuka matanya. Ia tersenyum, manis sekali. Aku memandangnya heran.

"Jangan berhenti! Terusin, ya. Sampai aku tidur."

***

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap untuk pergi ke Busan. Hari ini adalah hari yang cukup menarik bagiku, aku akan bertemu Jaeha dan anak-anak lainnya untuk pertama kalinya. Jaehyun juga sudah bersiap, ia mengenakan pakaian formalnya seperti biasa—kali ini ia lebih memilih menyampirkan jasnya dibanding memakainya langsung.

"Sudah siap?" tanya Jaehyun saat aku masih sibuk menyiapkan kimbap untuk sarapan di dapur.

"Hampir beres," ujarku seraya menutup bekal makanan. "Bentar, bentar."

Aku harus memastikan meninggalkan apartemen dalam keadaan aman. Aku men-check ulang gas dan aliran listrik, apalagi aku dan Jaehyun akan menginap disana semalam. Tidak lucu kan kalau tiba-tiba dapat kabar apartemen kami terbakar atau lain sebagainya.

"Yuk!" aku meraih bekal makanan dan berjalan menghampiri Jaehyun yang sedang duduk di sofa.

Jaehyun mengangguk, ia kemudian meraih travel bag milikku. Maklum, wanita kan banyak sekali printilannya walau hanya menginap sehari. Sementara Jaehyun hanya membawa beberapa potong pakaian saja.

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang