#37

842 76 76
                                    

Pagi ini aku terbangun karena suara grasak-grusuk, aku menoleh kearah samping dan kaget begitu melihat lumayan banyak orang, Jaehyun tampak sibuk memerintahkan teman-temannya untuk tetap diam—tapi bukan mereka kalau nggak berisik dan heboh.

"Jangan berisik! Nanti Jiho bangun," ujar Jaehyun sambil meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. "Kenapa datangnya pagi banget?"

Aku melirik jam dinding yang tergantung—baru jam delapan pagi dan mereka semua sudah ada di ruanganku.

"Kita sengaja pesan flight paling pagi," ujar Taeil yang baru saja duduk di sofa. "Bukannya di sambut malah diamuk gini."

"Iyalah, kalian datengnya kepagian," ujar Jaehyun dengan suara sepelan mungkin padahal aku masih bisa mendengarnya. "Ini aja belum jam besuk. Kenapa bisa masuk?"

"Kamu lupa ini dimana?" tanya Johnny sambil menyesap kopinya.

"Rumah sakit." Sahut Jaehyun.

"Namanya?"

"QSGH."

"Nama panjangnya?" tanya Johnny lagi.

"Qian Shanghai General Hospital." Jawab Jaehyun dengan polosnya.

"Punya siapa?" kali ini Doyoung yang bertanya pada Jaehyun.

"Keluarganya Kun,"

"That's why kita bisa kesini sepagi ini, Jaehyun ganteng," ujar Doyoung sambil melipat kedua tangannya di depan tangan. "Apa gunanya kekuasaan kalau nggak dipakai sebaik mungkin. Iya, kan?"

Jaehyun hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-temannya. Heran juga dia bisa berteman dekat dengan mereka padahal latar belakang pekerjaan dan usia mereka berbeda—tapi mungkin itu yang membuat pertemanan mereka unik.

"Eh, Jiho noona udah bangun tuh," seru Mark begitu melihatku sedang memandangi mereka.

"Noona!" Jaemin dan Jeno berteriak sekaligus dan langsung berjalan menghampiriku diikuti yang lain.

"Jiho, maaf, aku udah minta mereka nggak berisik," ujar Jaehyun begitu teman-temannya sudah melingkar di sekitar tempat tidur. "Tapi yah tahu sendiri, mereka nggak bisa diam."

Aku tersenyum lalu menggeleng. "It's okay. Makasih ya udah dateng jauh-jauh kesini."

"Harus, dong," ujar Jungwoo dengan senyumnya. "Sekalian jalan-jalan. Chenle udah janji mau ajak kita city tour di Shanghai pake mobil barunya."

Aku tertawa mendengarnya. "Ikan piranha kamu udah dikasih makan?"

Jungwoo mengangguk antusias. "Udah, dong. Sebelum kesini udah aku kasih makan yang banyak."

"Noona, jangan sakit lagi ya!" ujar Jisung dengan wajah sendunya. "Noona harus kuat. Aku kasihan lihat noona sakit terus."

Aku terharu mendengarnya, aku merentangkan tangan dan Jisung langsung memelukku. Aku mengusap punggungnya dengan lembut. Jisung ini sudah seperti adik bagiku—dia dan Chenle yang benar-benar menemaniku di masa-masa awal kelahiran Juno.

"Noona janji nggak akan sakit lagi."

Jisung mengangguk lalu melepas pelukannya. Kemudian pandangan Jisung beralih pada Jaehyun. "Kalau noona sakit lagi, apalagi gara-gara Jaehyun-hyung, aku bakalan tembak Jaehyun-hyung sampe mati."

Aku tertawa pelan, begitupun yang lain.

"Emangnya berani?" tanya Haechan.

"Nggak dong," sahut Jisung dengan cengiran lebarnya. "Berani, deh. Di PUBG tapi."

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang