#14

1K 105 12
                                    

Aku sangat suka memasak. Apapun. Terutama membuat kue dan cake. Semua hal ini aku rasakan karena sering sekali melihat Nenek Hwan membuat cake dan sejak saat itu pula aku bermimpi untuk membuka cake shopyang syukurnya dapat terwujud sekarang ini.

"Arin, bisa tolong ambilin butter?" tanyaku pada Arindia merupakan mahasiswa baru yang bekerja part time menjadi baker di Jicake.

"Okay," ujar Arin seraya berjalan ke rak yang berisikan bahan-bahan kue.

Semua cake dan kue yang ada disini memang merupakan menu yang bahan dan tekniknya aku tentukan sendiri. Hanya ada beberapa menu adaptasi yang memang sedang trend saat ini sehingga aku mau tak mau harus mengikuti arus trend agar tidak kalah saing dengan yang lain.

"Eonni, lihat siapa yang datang!"

Aku mendongak dari adonan puff pastry dihadapanku. Yoobin berdiri di ambang pintu yang membatasi pantry dengan bagian display.

"Siapa?" tanyaku heran.

"Sini makanya!"

"Bukan yang minta foto lagi, kan?"

Yoobin tertawa. Namun tangannya melambai padaku, memintaku berjalan dengan cepat. Aku langsung me-lap tangan menggunakan tisu basah dan berjalan keluar dari pantry.

Jaehyun.

Aku terkejut luar biasa begitu melihat Jaehyun berdiri hanya beberapa langkah dariku. Astaga, aku tidak pernah merindukan orang lain seperti inibahkan orang tuaku sendiri, tapi begitu melihat Jaehyun ada jutaan rasa rindu yang ingin dikeluarkan.

"Hai," Jaehyun tersenyum menyambutku.

Aku tersenyum lebar, aku berjalan dengan ragu kearahnya.

Jaehyun tersenyum lalu menarikku ke dalam pelukannya. "Oh my God, I miss you so much."

Pelukan Jaehyun terasa lebih erat dibanding biasanya. "Udah pulang? Katanya baru pulang besok."

"Kangen kamu, sih, jadi pengen pulang cepet," ujar Jaehyun masih memelukku, ia mencium ujung rambutku dengan lembut. "Sumpah, bisa gila aku kalau jauh-jauh dari kamu."

"Apa, sih," aku tersipu malu. "Cuman empat hari ini."

"Empat hari paling menyiksa selama hidup aku," Jaehyun tertawa kecil lalu melepas pelukannya. Ia memandangi wajahku. "Lagi apa? Cemong-cemong gini."

Tangan Jaehyun tergerak untuk menghapus sisa tepung yang menempel di wajahku. Ah, iya, aku lagi bikin puff pastry tadisumpah, memalukan sekali muncul dihadapan Jaehyun dengan keadaan muka seperti ini.

"Lagi bikin puff pastry tadi."

"Kamu lucu pake apron ungu."

Aku kembali menunduk, menahan malu. Saat ini aku memang sedang pakai apron berwarna ungu−warna khas Jicake. Kemudian pandanganku beralih pada beberapa orang yang berdiri di belakang Jaehyun−mereka sibuk mengedarkan pandangan ke seisi kafe.

"Hai, guys," aku menyapa Mark, Jeno, Jaemin, Chenle dan Jisung. "Loh, Renjun sama Haechan mana?"

Setahuku mereka selalu berpergian bareng. Bagai perangko yang sulit terpisah. Aneh rasanya melihat mereka muncul dengan formasi tidak lengkap.

"Haechan masih di Kanada, lagi berlibur sama orang tuanya," ujar Jeno. "Kalau Renjung lagi di rumah sakit."

"Kenapa?" tanyaku panik.

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang