#19

762 91 37
                                    

"Udah mendingan?"

Aku mengangguk begitu Jaehyun menuntunku untuk keluar dari toilet. Tangannya memegang bahuku dengan erat, memastikan agar aku tidak terjatuh atau oleng saking lemasnya.

"Kenapa setiap aku datang kamu suka mual, ya?"

Aku tertawa lemah mendengar pertanyaan polos Jaehyun. "Bawaan bayi kayaknya."

"Tapi kan kasian kalau mual-mual terus begini," Jaehyun membantuku duduk di salah satu kursi, ia lalu berlutut untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajahku, tangannya terjulur untuk menyelipkan rambutku ke belakang telinga.

"Nggak apa-apa," ujarku sambil tersenyum. "Loh kok udah pulang? "

"Nggak bisa fokus ke kerjaan," Jaehyun menggenggam tanganku dengan lembut, wajahnya menyiratkan kekhawatiran. "Daritadi bawaannya pengen pulang terus."

Aku mengelus rambutnya dengan lembut. "Padahal aku baik-baik aja."

Jaehyun mengangguk, ia kemudian mengecup tanganku yang daritadi di genggamnya.

"Kayaknya noona mual bukan karena Jaehyun hyung deh," ujar Mark setelah mengambil susu dingin pesanannya di counter. "Kayaknya noona kecapekan habis battle lawan makhluk jadi-jadian."

Jaehyun menatap Mark dengan alis berkerut. "Siapa?"

Mark menyesap susu dinginnya. "Siapa lagi kalau bukan si nenek lampir."

Jaehyun menghela nafasnya, ia lalu beralih menatapku. Wajahnya menunjukan penuh rasa bersalah, ia kembali mengecup punggung tanganku.

"Sorry, mungkin harusnya aku bilang ke Nahyun untuk nggak mencampuri urusan rumah tangga kita," ujar Jaehyun menatapku dengan wajah khawatir. "Apa yang dia bilang?"

Aku menggeleng. "Bukan hal penting."

Jaehyun kemudian bangun dari posisinya, ia kemudian duduk dihadapanku. Tangannya masih menggenggam tanganku dengan erat.

"Lain kali kalau dia datang lagi usir aja," ujar Jaehyun. "Heran juga dia jadi sering muncul. Padahal sebelumnya dia sibuk di luar negeri."

"Dedemit itu kan emang begitu," ujar Mark kembali mencampuri pembicaraan aku dengan Jaehyun, tapi anehnya setiap kalimat yang diucapkannya terdengar begitu lucu. "Dia kayaknya haus kasih sayang, jadi gak suka liat orang lain happy."

Jaehyun mengabaikan kalimat Mark, matanya hanya fokus menatapku. Aku yang terus ditatapnya tentu saja jadi salah tingkah. Jaehyun tertawa kecil melihatku menduduk tersipu malu.

"Udah beli susunya?"

Aku mengangguk. "Sama beli cemilan sehat juga."

Jaehyun mengangguk antusias. "Aku udah bilang ke Mrs. Zhong tentang buah, katanya besok pagi dikirim ke apartemen."

"Wah, bilang makasih ya buat mamanya Chenle," ujarku antusias. "Eh kamu mau minum atau cake apa?"

"Nggak usah, tadi aku udah makan."

"Makanan Taeyong?"

Jaehyun menggeleng. "Enggak, rasanya kayak ramen busuk."

"Wah hyung parah nih!"

Aku hampir terlonjak kaget mendengar Mark yang setengah berteriak sambil menggebrak meja. Aku memegang dadaku yang berdentum cepat karena ulah Mark.

"Berisik bocah! Jiho sampe jantungan gitu," ujar Jaehyun dengan nada kesal. "Lagian kenapa masih disini, sih? Ganggu orang lagi romantis gini."

"Tapi hyung parah nih, gak tahu malu banget," ujar Mark seolah tidak terima. "Sering makan masakan Taeyong hyung tapi bilang rasanya nggak enak. Parah parah pokoknya."

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang