#44

929 71 78
                                    

"Mau ngapain?"

Haechan menatap Jaehyun. "Ya mau nyerang base lawan, lah. Ngelawan si dedemit itu. Sialan berani-beraninya nyakitin Jiho noona."

Sicheng menghela nafas berat. "Terus kalau udah sampai sana mau ngapain? Mau ngajak berantem?"

Haechan terdiam. "Masa mau diam aja?"

"Telepon polisi aja, lah," ujar Jungwoo yang sedari tadi hanya diam. "Ini udah keterlaluan banget."

"Jen, call your daddy now!" perintah Haechan sambil menunjuk Jeno.

Jeno sudah bersiap mengeluarkan ponsel dari sakunya namun aku menahan tangannya. Kenapa juga harus telepon papanya Jeno?

"Jangan sekarang!" ujarku.

"Noona, waeeee?" tanya Haechan dengan nada penuh frustasi, ia bahkan sudah mengacak rambutnya sambil loncat-loncat menahan kesal.

"Aku nggak mau memperbesar masalah ini," ujarku berusaha setenang mungkin menjelaskan. "Masalah ini udah merepotkan banyak orang. Termasuk kalian. Biar aku yang urus masalah ini."

"Tapi gimana caranya?" tanya Jungwoo, dia juga nampak gemas karena aku terlalu calm menghadapi si dedemit, ia bahkan sampai berguling-guling di karpet saking kesalnya.

"Kebiasaan, heh!" Sicheng menendang pantat Jungwoo dengan pelan. "Kalau lagi kesel suka guling-guling di lantai."

"Habisnya noona baik banget sih, heran!" Jungwoo terduduk, namun terlihat masih kesal. "Laporin aja, lah. Udah keterlaluan."

"Iya, nih," sahut Haechan dengan rambut yang acak-acakan setelah ia acak-acak.

"Menurut kamu gimana, Jae?" tanyaku pada Jaehyun yang sedari tadi hanya diam.

"Elah, malah diskusi dulu," Haechan kembali mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Heboh banget, sih," ujar Jaehyun sambil memukul bahu Haechan dengan pelan. "Udah deh ngacak-ngacak rambutnya! Bukannya keren, malah kayak orang nggak waras."

"Auh, di situasi penting kayak gini masih bisi ngeledek orang, ya?" tanya Haechan dengan penuh sarkasme, namun tangannya terjulur untuk merapikan rambutnya yang berantakan.

"Temen-temen kamu aneh kalo lagi kesel," bisikku pada Jaehyun.

Jaehyun tertawa kecil mendengarnya. Iya, lah. Haechan loncat-loncat sambil acak-acak rambut, Jungwoo guling-guling di karpet, belum lagi Chenle suka teriak-teriak-untung dia nggak ada disini sekarang. Mungkin yang lain juga aneh-aneh kelakuannya.

"Menurut aku sih-" Jaehyun sengaja menggantungkan ucapannya yang otomatis mendapatkan reaksi aneh lagi dari Jungwoo dan Haechan. Hanya Jeno, Sicheng dan Yoobin yang bersikap biasa saja.

"Hyung, cepetan! Rambut aku bisa rontok!" seru Haechan frustasi.

Jaehyun tertawa kecil, begitupun dengan aku. "Suruh siapa acak-acak rambut, woy!"

"Buruan, elah!"

"Bentar-bentar masih mau ketawa," Jaehyun kembali tertawa sambil memegangi perutnya. "Menurut aku sih, kita emang harus lapor polisi."

"Tuh kan, coba dengerin apa kata aku daritadi!" Jungwoo kembali berguling penuh frustasi. "See that, noona? Suami noona yang bilang buat di laporin aja."

"Udah bangun! Entar pusing," Sicheng kembali menendang pantat Jungwoo dengan pelan.

"Jen, hape mana hape, Jen?" tanya Haechan heboh.

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang