#26

580 72 36
                                    

"I'm gonna miss you so much, Jiho,"

Aku tersenyum sambil menatap Dokter Han. Hari ini akhirnya aku diperbolehkan pulang setelah stay selama sepuluh hari di rumah sakit. Aku cukup beruntung karena proses lahiran normal jadi tidak memerlukan waktu recovery yang cukup lama.

"Terima kasih sudah membantuku selama sembilan bulan ini," ujarku dengan tulus. "Lain kali main ke rumahku, dok. Atau mungkin pergi ke Jicake."

Dokter Han mengangguk. "May I hug you?"

Aku agak terkejut dengan permintaan Dokter Han. Bukan apa-apa, Dokter Han kan terkenal tegas dan garang kenapa hari ini dia terlihat begitu lembut dan sering tersenyum.

Aku mengangguk lalu berjalan mendekat kearahnya, Dokter Han langsung merangkulku dalam pelukannya. Aku bisa merasakan pelukan tulus seorang ibu untuk anaknya, mungkin dia merindukan Kun yang tinggal di Shanghai.

"Maaf, aku jadi sedikit emosional," ujar Dokter Han sambil melepas pelukannya, ia menyeka air mata disudut matanya.

Dokter Han menangis?

"Kenapa, dok?" tanyaku khawatir.

Dokter Han kembali menyeka air matanya. "Aku punya anak perempuan dari pernikahan pertamaku, dia seusiamu dan mungkin seharusnya juga sudah punya anak."

Aku menatap Dokter Han dengan bingung sekaligus khawatir. Seharusnya? Memangnya sekarang anaknya dimana?

"Tapi dia sudah meninggal."

Mataku terbelalak. "Maaf, dok. Aku nggak tahu."

"No, no, Jiho, aku cuman sedih aja," ujar Dokter Han dengan senyum tipisnya. "Gagal jantung. Meninggal waktu usianya masih delapan tahun."

Aku mungkin tidak bisa merasakan apa yang dirasakan Dokter Han, tapi sebagai seorang ibu aku bisa merasakan kesedihan dan betapa menyakitkannya saat anak kita meninggal lebih dulu.

"Tapi sekarang aku punya Kun," ujar Dokter Han sambil tersenyum lebar. "Meskipun dia laki-laki. Makanya aku berharap dia cepat punya istri supaya aku punya menantu."

Aku tersenyum. "Kun pasti akan mendapatkan perempuan yang baik untuknya."

Dokter Han tersenyum. "Terima kasih, Jiho."

"Harusnya aku yang berterima kasih, dok," ujarku sambil tersenyum. "Jangan lupa datang ke Jicake, ya. Dokter bebas ambil apapun."

Dokter Han tertawa sambil mengibaskan tangannya. "Jangan! Nanti kamu bisa bangkrut loh."

Aku tertawa mendengarnya dan tak lama pintu ruang rawatku terbuka, Jaehyun muncul dengan kursi roda di tangannya. Selain itu ada Haechan yang mengekor dibelakangnya dengan membawa stroller.

Aku menatap Jaehyun bingung. "Buat apa?"

"Buat kamu, lah."

"Aku bisa jalan Jae, nggak usah pakai kursi roda segala," ujarku dengan bingung. "Itu juga stroller buat apa?"

"Buat Juno, lah. Masa buat noona." kali ini Haechan yang menjawab.

Dokter Han menggelengkan kepalanya sambil memutar bola matanya dengan malas.

"Kamu boleh naik kursi roda, mungkin suami kamu nggak mau kamu kecapekan," ujar Dokter Han sambil menunjuk kursi roda. "Tapi bayi kamu mending digendong aja untuk meminimalisir guncangan."

Haechan menatap Jaehyun dengan kesal. "Tuhkan, aku bilang juga apa! Strollernya kegedean buat Juno."

Jaehyun menggaruk tengkuknya. "Ya maaf, kan nggak tahu."

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang