#7

849 110 15
                                    

Waktu makan siang bagi anak-anak dimulai. Aku berdiri dibalik meja panjang untuk memberikan sup bagi anak-anak. Masih ada Jaemin disampingku, ia bertugas untuk memberikan nasi. Begitupun dengan Chenle yang sedang menyiapkan minum dan beberapa lelaki muda lainnya yang tak aku ingat siapa namanya. Kecuali Mark, yang sekarang sibuk mengatur tempat duduk.

Jaehyun sedang berbincang dengan pengurus panti asuhan. Mereka tampak serius membicarakan sesuatu. Aku mencoba fokus pada tugasku, mengabaikan kehadiran Nahyun yang tiba-tiba bergabung ke dalam pembicaraan Jaehyun dengan pengurus panti. Astaga, kenapa aku semarah ini begitu melihat perempuan licik itu.

"Menjijikan, ngapain deket-deket Jaehyun hyung," komentar Jaemin dengan sebal disampingku, lelaki yang menurut Jaehyun baru lulus SMA itu tampak benar-benar kesal. "Nggak tahu malu banget."

Aku menoleh kearahnya, tersenyum kecut.

"Noona coba labrak deh wanita itu. Kurang ajar banget!" kali ini lelaki yang berdiri disamping Jaemin yang bicara. Auh, aku tidak tahu namanya.

"Mungkin saja mereka membicarakan urusan panti, kan?" tanyaku berusaha berpikir se-positive mungkin.

Jaemin mencibir. Aku masih memandangi mereka. Setelah pembicaraan dirasa cukup, Jaehyun dan pengurus panti pergi ke sebuah ruangan. Kantor, kurasa. Sementara Nahyun berjalan menghampiri kami—aku, Jaemin dan lainnya.

"Hi, there," Nahyun tersenyum. "Ada yang bisa kubantu?"

Aku tersenyum pahit.

"Nggak usah. All set. Tunggu aja disana." lelaki lain yang berada di ujung barisan menunjuk deretan kursi.

"Haechan, jangan jutek begitu dong!" Nahyun tertawa, sementara aku hanya memandanginya sesaat.

Wah, panas nih panas. Entah kenapa dadaku bergemuruh. Lagipula kenapa sih ada dia segala?

"Aku boleh bantu kan, Jiho?" tanya Nahyun seraya memakai apron. "Sekretaris Han, tolong simpan tasku."

Aku berusaha mengabaikan Nahyun yang berdiri disampingku. Aroma parfum wanita itu begitu tajam hingga membuatku sedikit mual. Jaemin terus menggerutu. Begitupun yang lainnya.

"Nah, sekarang mulai berbaris, ya!" Mark menepuk tangannya dan mulai membiarkan seorang anak lelaki berjalan di depan untuk memimpin barisan. "Yang rapih, ya!"

Mereka mulai berbaris. Mengambil tray dan berbaris untuk mendapat makanan. Aku menyambut satu per satu anak dengan senyum. Mereka semua lucu.

"Makan yang banyak, ya!" ujarku sambil memasukan sup ke dalam mangkuk lalu memberikannya pada seorang anak laki-laki.

"Bagaimana rasanya?" tanya Nahyun tiba-tiba. Aku menoleh kearahnya, menatapnya heran. "Bagaimana rasanya menikah dengan Jaehyun?"

Aku menghela nafas. "Feels great. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini dalam hidupku."

Nahyun tersenyum miring padaku, seolah mencemooh. Tapi aku tidak peduli.

"Jaehyun masih jadi pencium yang hebat seperti dulu?"

Aku mendelik menatapnya. Apa-apaan wanita ini? Kenapa membahas hal seperti ini, sih. Aku tahu mungkin dia sudah pernah atau bahkan sering melakukannya dengan Jaehyun tapi mengajukan pertanyaan seperti ini kan keterlaluan.

"Ew—, Kim sajangnim, tolong jangan membahas hal seperti itu. Tidak lihat ada banyak anak kecil disini?"

Aku menoleh, seorang lelaki yang lagi-lagi aku lupa namanya tampak begitu terganggu dengan pertanyaan Nahyun tadi.

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang