#27

602 74 54
                                    

"Juno-ya! Juno-ya!"

Aku hanya geleng-geleng kepala saat Jisung memainkan pesawat kertas di depan Juno yang hanya mengerjapkan matanya beberapa kali. Meskipun penglihatan Juno mungkin belum jelas, tapi dia sudah terbiasa dengan orang-orang yang sering main ke rumah.

Termasuk Jisung yang masih mencoba mengajak Juno bermain. Dan Chenle yang bersikap seperti seorang supervisor yang mengamati kinerja Jisung.

"Ganti cara lain. Kita masih belum berhasil buat Juno ketawa," ujar Chenle sambil melipat tangannya di depan dada.

Aku tertawa kecil mendengarnya. "Tapi tadi Juno mangap-mangap lucu, loh."

"Iya," sahut Jisung sambil menegakan tubuhnya, dia mungkin lelah membungkuk diatas crib Juno dengan tubuh tingginya. "Matanya juga udah mulai kedip-kedip lucu. Gemes, deh."

"Iya, tapi kan misi utama kita bikin Juno ketawa," sahut Chenle sambil membungkuk untuk memperhatikan Juno. "Selain jadiin dia top player PUBG."

Aku kembali menggelengkan kepala. Chenle dan Jisung benar-benar bisa jadi racun kalau sampai jadi babysitter Juno. Bayangkan aja, misi utama mereka adalah untuk menjadikan anakku sebagi gamer professional.

"Bayi kan emang gitu," ujarku mencoba menghentikan perdebatan Jisung dan Chenle. "Normalnya bayi bisa senyum sama ketawa itu waktu usiasnya tiga bulan."

Chenle menatapku. "Sekarang umurnya Juno berapa?"

"Baru juga satu bulan."

"Ternyata dia masih kecil banget," ujar Chenle sambil memandangi Juno. "Kalau kamu mau tanya tentang kehidupan, tanya uncle Chenle, ya. Uncle udah hidup selama 18 tahun."

Aku memijat kepala yang mendadak terasa pening. Chenle dan Jisung emang yang paling rajin ke rumah buat main sama Juno, hampir setiap hari pas pulang sekolah mereka kesini. Tapi ya gitu kerjaannya; ngerecokin sambil ngasih pertanyaan dan penyataan yang aneh-aneh.

"Eh, noona, aku haus. Mau minta orange juice ya," ujar Chenle sambil berjalan ke luar dari kamar.

"Iya, ambil aja."

"Aku titip satu dong, Le." ujar Jisung sambil mengangkat tangannya.

"Enak aja titip-titip," seru Chenle dengan eskpresi menyebalkan namun menggemaskan. "Emangnya aku buka jastip."

Jisung mendelik menatap Chenle lalu dengan gusar berjalan keluar dari kamar dan mengekori Chenle menuju dapur. Aku kembali geleng-geleng kepala lihat tingkat mereka, umurnya udah hampir 18 tahun tapi kelakuannya masih mirip bocah SD.

Tapi mereka gemes, sih. Jadi penasaran kalau mereka mulai pacaran bakal kayak gimana.

Aku beralih menatap Juno yang masih mengerjapkan matanya dengan gemas, otomatis senyumku mengembang melihatnya. Dia benar-benar duplikatnya Jaehyun, mirip banget. Tapi versi kecil dan menggemaskan. Kalau papanya sih, hot daddy. HAHAHA.

"Juno, kalau malem jangan suka tiba-tiba nangis, ya!" bisikku sambil mengusap tangannya yang lembut. "Kasian papa tahu, suka frustasi kalau kamu tiba-tiba nangis."

Aku tertawa begitu ingat sudah beberapa kali usaha Jaehyun gagal karena Juno selalu menangis di moment yang amat-sangat tidak tepat. Juno hanya mengerjapkan matanya dengan gemas, saking gemasnya pengen aku gigit.

Selama kurang dari satu bulan di rumah, aku sama sekali nggak kemana-mana. Hanya fokus mengurus Juno sampai kadang aku bosan kalau Juno lagi tidur. Aku kangen Jicake, kangen ngebake kue atau sekedar nyium wangi kue yang lagi dibake.

IT STARTED IN THE WINTER [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang