1.2

7.3K 1.6K 157
                                    

Aku tripel hari ini, jadi silahkan balik dulu ke dua part sebelumnya.

***















Haechan menghentikan langkahnya ketika kakinya menyentuh permukaan pasir pantai yang basah. Didepan sana terpampang gedung besar yang dibangun dipesisir pantai, namun perutnya sudah tak bisa diajak berkompromi lagi.




"Sumpah gua gak bisa lari lagi, gua gak mau ngempet dicelana."seru Haechan meringis pelan.




Siyeon keliatan panik, dia gak mau mencium bau kotoran sepanjang hari. "Yaudah kesana." usulnya, menunjuk batu besar yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.




Haechan langsung berlari ke belakang batu, untuk menyelesaikan panggilan alamnya itu. Ketiagnya memilih untuk menjauh, memberikan privasi lebih untuk temannya.




"Mereka gak bakal kesini." ujar si cewek bongsor.




Siyeon mengangkat sebelah alisnya, "kenapa?"




"Suara ombak, langkah kita gak bakal kedengeran."




Decakan kagum mencelos dari bibir Jeno maupun Siyeon. Dengan lembut cowok dengan surai berwarna silver itu mengusap puncak kepala si cewek  bongsor. "Pinter banget si, Chaeng."




Chaeyoung menyunggingkan senyumnya. Jemarinya mendarat dikepala Jeno, mengusapnya tak kalah lembut. "Yaiyalah emangnya gua elu."




Kemudian senyumnya luntur seiring gadis itu mengenyahkan tangan Jeno dari kepalanya. Siyeon menertawakan tingkah kedua Lee bersaudara itu.




"Itu gedung pemerintah distrik satu kan?" tanya Chaeyoung pada kedua manusia disebelahnya.




Jeno menggeleng pelan, "Bukan." tukasnya. "Itu gedung pusat seluruh pemerintahan distrik."




"Ah gila lega banget."Haechan datang menghampiri teman temannya, air muka yang semula tegang kini terlihat lebih rileks. Cowok itu berjongkok, mencuci kedua tangannya dengan air laut.




Melihat itu Siyeon segera menjauhkan kakinya dari deburan ombak yang datang, "Ih jorok banget sih lu!"




Haechan nyengir lebar, "Biar anemon pada subur gua kasih pupuk kompos."




"Najis." pekik Chaeyoung sambil melotot.




Yang dipelototin mengendikan bahu tak peduli. Setelah selsai, mereka melangkah memasuki gedung pencakar langit itu. Seperti praduga Jeno sebelumnya, pintu utama terkunci dengan rapat.




"Anjir kenapa dikunci sih, lagian siapa juga yang mau maling disini sih semuanya orang kaya."ujar Haechan geram, tungkainya menendang pintu berlapis kaca dengan kencang.




Jeno berpikir sejenak, "kita lewat basement."






















***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[3] ONE OF THESE NIGHT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang