Chaeyoung menggenggam sikunya. Malam itu terasa lebih dingin dan ia dapat merasakan bulu kuduknya mulai berdiri.
Disebelahnya ada Jeno yang terus menerus menatap kearah langit. Entah karena apa, cowok itu seperti mencari sesuatu diatas sana namun tak kunjung menemukannya.
Mata Jeno kelihatan sekali bengkak karena menangis, ditambah cuaca yang dingin membuat hidungnya terlihat memerah.
Secara tak sengaja mata Chaeyoung memandang gantungan winnie the pooh di ransel Jeno, gantungan yang sama dengan milik Siyeon. Perlahan kedua sudut bibirnya tertarik, membentuk lengkungan keatas.
"Lo suka sama Siyeon ya?"
Jeno menghentikan langkahnya. Lelaki itu mengikuti arah pandang mata Chaeyoung kemudian menghela nafas, "gak sopan banget lu."
Chaeyoung nyengir begitu melihat Jeno kembali melangkah, kali ini lebih cepat. Gadis itu bergegas untuk menyamakan langkahnya.
"Ngomong lah." kata Chaeyoung.
"Gak bakal bisa, bentar lagi kita bakal mati."
Chaeyoung merapatkan bibir, seolah dia menyesal telah mengungkit topik itu. Gadis itu memilih untuk mengalhkan topik, "ngomong-ngomong kapan kita nyampenya sih?"
Jeno memeriksa jam tangannya sebelum berkata, "dua belas jam, kalo lancar."
***
"Kita gak pergi?" tanya Sunwoo pelan begitu melihat beberapa dari mereka baru saja melintas. Mungkin jika tak ada penghalang kaca kepala cowok itu udah hampir putus digigit.
Mereka sedang berada di counter sepatu. Pintu kaca itu sengaja ditutup supaya mereka tak bisa masuk.
"Enggak." jawab Siyeon sekenanya.
"Kenapa?" tanya Sunwoo lagi.
"Nunggu."
"Siapa?"
Haechan menatap Sunwoo kesal. Tangannya yang sedari tadi ditahan untuk tidak menyumpal mulut cowok itu akhirnya bergerak memukul pelan bahunya. "Nanya mulu lu anjir kayak wartawan."
Sunwoo merenggut. "Bacot amat sih lu."
Menempatkan orang macam Haechan yang tak suka keributan dan orang macam Sunwoo yang haus keributan adalah hal yang salah. Siyeon sadar akan hal itu, tapi itu tidak jadi soal sekarang karena mereka tidak punya banyak pilihan.
"Temen." jawab Siyeon lagi, berharap Sunwoo segera tutup mulut.
Tapi bukan Sunwoo namanya kalau diam begitu saja. Selama hampir delapan belas tahun hidup, berinteraksi secara sosial dengan baik adalah kelemahan Sunwoo mengingat cowok itu mulutnya gak bisa dikontrol.
"Masih amat mentingin temen disaat begini."
Haechan merotasi bola matanya, "pacarnya dia yang mau kesini hanjing."
Mendadak mulut Siyeon terasa seperti kalsium karbonat begitu Haechan mengungkit topik yang sangat sensitif itu.
Asem.
"Bukan pacar."
"Ya otw." Haechan mengangkat kedua bahunya seolah tak ambil pusing.
"Masih aja pacaran disaat kapanpun bisa mati. Gua sih ogah."
Siyeon mengerinyit, jelas sekali tak suka ucapan Sunwoo barusan. "Bagus, lo gak perlu takut buat ditolak kalo gitu." sarkasnya.
Kepala Sunwoo mengangguk setuju. "Emang gak perlu. Kadang gua sengaja supaya cewek pada nolak, biar seru."
Mungkin ini alesannya kenapa Sunwoo gak punya temen.
Begitu Sunwoo berpaling untuk melihat keadaan, bibir Haechan perlahan mendekat kearah telinga Siyeon seraya berbisik pelan. "Bisa-bisanya kita ngangkut ini orang."
"Gua denger ya." sungut Sunwoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ONE OF THESE NIGHT ✓
Fanfictionthe darkest district series[3]: sebenarnya apa yang terjadi pada malam itu? [side story of the sun vanished] ▬ft millennium squad