2.8

6K 1.4K 382
                                    

Siyeon mengusap lututnya yang berdarah karena terjatuh-atau lebih tepatnya terguling bibir jurang. Setelah puas menangis, akhirnya gadis itu berlari menghampiri mobil berwarna putih.



Dari luar, Siyeon dapat melihat kedua temannya yang tak sadarkan diri, bau darah jelas tercium ketika pertama kali Siyeon membuka mobil.



"Jen! Jeno!" teriak Siyeon seraya mengguncangkan tubuh temannya.



Tubuh Jeno tak kunjung bergerak. Siyeon merasa seakan seluruh darahnya terkuras habis



Siyeon memukul bahu Jeno dengan kencang, "Jeno bangun!"




Karena tak kunjung menunjukan pergerakan, akhirnya Siyeon menyeret tubuh Jeno keluar dari mobil. Kemudian gadis itu berlari kearah Chaeyoung yang juga tak sadarkan diri di bangku depan.



"Chaeyoung?"



Lagi, Siyeon mengguncangkan tubuh temannya. Sama seperti Jeno, Chaeyoung sama sekali tak bergerak.



Gadis itu kembali menggunakan tenaganya untuk menyeret tubuh Chaeyoung keluar. Dia jatuh berlutut didepan keduanya, menangis dengan kepala tertunduk.



Namun tak lama, tiba tiba saja tubuh Jeno bergerak. Kedua kelopak gandanya terbuka.



"Gue kira lo mati." Siyeon mengucap dengan suara seraknya. Sekali lagi air mata itu jatuh, lega lantaran Jeno baik baik saja.



"Haechan mana?"



Pertanyaan itu tampak membuat Siyeon kempis, seperti jarum membuat balon meletus. Jeno paham betul, apalagi saat Siyeon mulai kembali menangis.



"Bagus kalo gitu."gumam Jeno pelan.



Siyeon cukup terkejut akan ucapan Jeno barusan. Namun gadis itu memilih diam ketika Jeno mengaitkan jemarinya. "Yeon, mau nyusul Haechan gak?"



"Jen-"



"Gak ada jalan keluar, cepat atau lambat kita bakal mati."ujar Jeno putus asa. Lelaki itu mengeratkan genggamannya seraya tersenyum. "Aku mau nyusul dia, kamu ikut ya?"



Ucapan Jeno bagaikan sihir bagi Siyeon, kepalanya mengangguk setuju. Jeno mengusap rambut Siyeon kemudian bergegas mengambil tali didalam tasnya.



Chaeyoung mengerajap, pemandangan pertama yang dia lihat ketika gadis itu membuka kelopaknya adalah Jeno dan Siyeon yang tengah berdiri diatas mobil sembari mengikat tiga buah tali di dahan pohon. Ujungnya dibentuk simpul, menyisakan lubang seukuran kepala.



Telapak Chaeyoung menyentuh tanah, menjadikannya sebagai tumpuan agar tubuhnya bisa bangkit. "Kalian ngapain?"



Siyeon dan Jeno menoleh, kemudian tersenyum. Entah mengapa Chaeyoung seperti tidak mengenal keduanya, tatapan mereka kosong seperti tidak mempunyai gairah untuk hidup.



"Kita ketemu Haechan yuk." ajak Jeno sambil tersenyum.



Chaeyoung tidak mengerti apa maksud sepupunya itu. "Maksudㅡ"



"Haechan pasti kangen." potong Siyeon cepat. Walaupun kedua sudut bibirnya tertarik, air mata bergulir di kedua pipinya.



Chaeyoung paham, ekspresi itu mampu menjelaskan semuanya.



Haechan tidak berhasil.



Kemudian Siyeon mengulurkan tangannya, mengajak Chaeyoung untuk naik keatas mobil. Gadis itu menatap Jeno sudah bersiap meletakan kepalanya didalam tali.



Didalam hati Chaeyoung bertanya-tanya apakah pilihan ini tepat. Ia baru saja kehilangan Haechan dan juga harapan hidupnya.



"Sakit gak ya? Mati?" tanya Chaeyoung, menuntun kepalanya masuk kedalam tali.



"Gue gak tau." Siyeon tersenyum getir. "Haechan tapi tau."



Jeno menggenggam tangan Chaeyoung, "kenapa kita gak tanya ke dia nanti?"Lalu cowok itu beralih meraih tangan Siyeon yang berdiri di sisi kanannya.



Ketiganya menutup mata, bersiap melompat. Dari tiga pasang kaki, hanya dua yang menggantung diudara. Kaki yang satu masih bergeming ditempat, tak berani untuk melangkah.



Rasanya seperti sebagian dari dalam tubuh Chaeyoung telah terenggut, menyisakan kesedihan yang tak akan kunjung berhenti.



Chaeyoung hanya bisa menatap Siyeon dan Jeno yang sekarat sembari berpegangan tangan. Chaeyoung hanya bisa menangis ketika melihat wajah keduanya mulai membiru.



"Maaf." gumamnya berkali-kali.

















***

dadah Jeno, dadah Siyeon😭💔

[3] ONE OF THESE NIGHT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang