[3] ONE OF THESE NIGHT ✓

1.4

"Gelap banget." cicit Chaeyoung pelan. Gadis itu meraup jemari Siyeon yang berjalan disebelahnya, menggenggamnya erat.

Jeno yang berada dipaling depan menghentikan langkahnya sesaat, hendak memastikan bahwa ketiga temannya masih lengkap.

"Chan, lu dimana? Gak keliatan."seru Jeno, tangannya meraba di udara.

Haechan mendesis pelan, "anjing bener lu ya jadi temen."

Ttak ttakk

Suara benda ringan yang jatuh terdengar dari dalam, membuat pergerakan empat kepala disana terhenti seketika. Tubuh Haechan membeku, karena dia yang jalan paling belakang.

"Pegangan tangan yuk."bisik Haechan pada Siyeon yang kebetulan ada didepannya.

Ucapannya barusan dihadiahkan tinjuan kencang dilengan, "gak mau, tangan lu bau!"

"Bau surga ini."

Jeno meletakan ibu jarinya didepan bibir, "sstt." Walaupun gak keliatan namun desisannya cukup membuat Siyeon dan Haechan menghentikan perdebatan gak penting mereka.

Langkah kaki yang berpijak di aspal terdengar, bunyinya saling bersahutan. Jeno menoleh kebelakang, tepat beberapa meter dari punggung Haechan cowok itu dapat melihat sesuatu yang berpendar kebiruan.

Jumlahnya ada belasan.

Sontak mereka bertiga menutup mata. Tak ada yang berani bersuara ataupun bergerak. Pilihan yang tepat disaat situasi seperti ini adalah diam. Mereka sudah mengetahuinya sejak pertama kali bertemu makhluk itu.

Jika penduduk distrik satu berisi orang-orang kaya dan anggota pemerintahan pusat, distrik dua berisi orang orang cerdas yang sangat menjunjung tinggi teknologi. Anak-anak disana dituntut agar menciptakan suatu penemuan sejak masuk sekolah dasar.

Setiap distrik memiliki perbedaannya tersendiri. Kecerdasan intelektual mereka lebih depan dibandingkan seluruh distrik lainnya.

Jeno menjentikan jarinya sekali, itu tanda yang mereka buat agar tetap berjalan tanpa menoleh kebelakang. Ada ruangan didepan sana, lampunya menyala.

Siyeon mencebikan bibirnya pelan, "emergency lamp."

"Mending matiin aja deh, bahaya kalo terang." tukas Haechan, dibalas anggukan yang lainnya.