2.4

6.3K 1.5K 326
                                    

SESUAI JANJIKU KALO JIHOON MASUK LINE UP DEBUT AKU BAKAL BOOM UP SAMPE SELSAI HUAHUAHUAHUA, AYO TES OMBAK DULU SIAP SIAP PASANG PELAMPUNG

oiya btw ini upnya bertahap ya soalnya aku langsung ketik dan gak ada stok part buat diup:(

***


































"Sakit anjing."



"Makanya diobatin bangsat."



Siyeon yang baru aja selsai ganti baju menatap kedua cowok berkulit gelap itu sambil geleng-geleng kepala.



Mereka memutuskan untuk beristirahat disalah satu pusat perbelanjaan, sekalian ganti baju mengingat mereka belum mandi sejak air sudah tak menyala lagi.



Karena Siyeon perempuan, dia kebagian ganti baju pertama. Mau gak mau Haechan harus ngobatin kakinya Sunwoo soalnya cowok itu udah jerit jerit pengen cepet diobatin.



"Pelan-pelan!" pekik Sunwoo tertahan. Jemarinya meremas tirai yang berada diruang ganti bilik pertama.



Haechan mendengus sebal, "Cengeng bener jadi laki." Dengan sengaja dia menekan lukanya, membuat Sunwoo lagi lagi menjerit kesakitan.



"Woy-"



"BACOT."



Karena gemas sendiri akhirnya Siyeon merebut kapas berisi alkohol dari tangan temannya itu, kemudian menggeser tubuh Haechan dengan tungkai.



"Udah mana sini."



Haechan mau protes soalnya dia yang semula lagi jongkok harus terhempas ke lantai, tapi gak jadi. Cowok itu lebih milih nyari baju, meninggalkan Siyeon dan Sunwoo berdua.



Mau apapun alesannya, Siyeon bakal menang kalo masalah bacot membacot.



Setelah selsai, Siyeon langsung membereskan peralatan p3knya. "Thanks." ujar Sunwoo yang hanya dibalas gumaman singkat dari gadis bersurai lurus itu.



Kemudian Sunwoo menatap sekitar, merasa asing dengan pusat perbelanjaan yang tengah ditempatinya itu. "Kita dimana?"



"Distrik tiga."



Yang jawab itu Haechan, dia baru selsai milih baju. Cowok itu melempar sebuah kaos hitam dan celana jeans serta jaket hangat kearah Sunwoo. Dua pasang baju lain ia simpan didalam tas, tadinya Sunwoo mau tanya buat apa tapi gak jadi.



"Lah jauh amat? Mau ngapain-"



Belum selsai Sunwoo berbicara, ucapannya udah keburu dipotong sama Siyeon. "Gue gak tau disini aman atau engga, jadi mending lu tutup mulut terus tidur." ujar cewek itu seraya duduk dipojok.



"Jaganya gantian." Haechan udah pasang ancang-ancang mau tidur, soalnya dia tau Siyeon pasti maunya jaga duluan.



Sunwoo yang kebingungan langsung dipelototin sama Siyeon. "Cepet sana."

















***






















Chaeyoung kebangun begitu mendengar suara langkah kaki. Padahal dulu cewek itu bukan tipe orang yang bakal bangun jika mendengar suara kecil. Mungkin karena insting bertahan hidupnya meningkat mengingat belakangan ini dia hampir mati karena tidak waspada.



Begitu kelopak gandanya terbuka, pemandangan pertama yang ia lihat adalah Jeno yang tengah mengacungkan pistol tepat kearah kepalanya.



Chaeyoung panik, "Jen?" panggilnya pelan.



Jeno tak menyahut. Tangannya bergetar, telunjuknya sudah berada dipelatuk siap menarik kapanpun ia mau.



"Jeno." panggil Chaeyoung lagi. Tangannya terulur, mencoba menyentuh tangan saudaranya itu.



"Jangan sentuh!" pekik Jeno kencang. Lelaki itu menangis, bibirnya bergetar mengucap kata yang tak bisa Chaeyoung dengar.



Chaeyoung memberanikan diri untuk menyentuh Jeno. Setelah memastikan tak ada penolakan, Chaeyoung merampas pistol dari tangan Jeno, membuangnya jauh jauh.



"Ngomong sama gue, lu itu kenapa?" kata Chaeyoung lembut. Telapaknya diletakan diatas bahu Jeno, memaksa cowok itu agar menatap matanya.



Jeno tak menjawab. Pandangan Chaeyoung mengarah pada kotak yang Jeno genggam di tangan kiri.



Chaeyoung mencoba meraih kotak itu, "can i?"



Jeno menyembunyikan kotak itu dibelakang punggungnya. "Gak!"



"You found something, right?" Chaeyoung berbicara dengan hati-hati. "Kasih ke gue, ya?"



Kepala Jeno menunduk sambil menggeleng pelan, "mereka bilang jangan percaya sama siapapun sekalipun itu temen sendiri."



Sesaat suasana menjadi tegang. Tangisan Jeno tak kunjung reda meskipun sedaritadi telapak Chaeyoung mengusap punggung lebarnya mencoba menenangkan.



"Tapi kita satu darah, Jeno. Kasih tau ya?" Chaeyoung bersikeras.



Jeno menggeleng lagi. "Gak ada jalan keluar, mereka cuman mainin kita."



Perlahan Jeno mendongak. Kedua tangannya menyambar jemari Chaeyoung sementara matanya menatap penuh harap, "kita bunuh diri aja ya? Nanti ajak Haechan sama Siyeon juga."



Chaeyoung mengamati wajah Jeno. Saudaranya adalah orang paling pemberani yang pernah Chaeyoung kenal, tapi dia sadar bahwa saat ini Jeno sedang ketakutan.



"Mereka bakal tetep bunuh kita, pilihannya cuman mati sekarang atau nanti."

[3] ONE OF THESE NIGHT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang