Mereka masuk kedalam sebuah ruangan yang ada dilantai lima. Dari papan nama yang terletak diatas meja, ruangan ini adalah ruangan milik petinggi seluruh distrik.
Jeno menghampiri sebuah proyektor sinema usang yang terletak didekat pintu. Di salah satu sisinya terukir simbol naga, sementara secarik kertas tertempel disisinya yang lain.
Siyeon menghampiri Jeno, membaca sederetan kata yang tertara disana. "Protocol AL-13/N."
Jeno dak Siyeon bertatapan. Tak perlu saling bicara, keduanya sudah sangat mengerti apa maksudnya. Ada sebuah kaset pita yang diletakan diatas nakas tak jauh dari pintu. Siyeon meraih kaset itu, kemudian menyerahkannya kepada Jeno.
"Orang kuno mana yang masih pake kaset?" seru Haechan. Lelaki itu duduk diatas meja, mengayunkan kaki jenjangnya kedepan dan kebelakang.
Chaeyoung menghampiri cowok berkulit gelap itu, atau lebih tepatnya rak besar yang terletak dibelakang punggung Haechan. Kerutan halus terlihat didahinya ketika netranya menangkap belasan buku yang tersusun rapih di rak paling atas.
Project Dimension, dari tahun 1989 hingga 2000.
"Gak ada, kecuali kalo kaset itu barang lama." ujar Chaeyoung, mencoba meraih buku itu.
Jeno menatap label kecil yang tertara disana. "Iya, direkam pada tahun 2000."
Lelaki itu mengarahkan proyektor sinema kearah tembok, menyalakannya kemudian memasukan kaset kedalam sana. Dengan mantap jemarinya menekan tombol putar.
Tembok putih itu berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menayangkan video berdurasi sembilan menit, countdown peluncuran roket. Gambarnya masih hitam putih, padahal tulisan di pojok kanan bawah mengatakan bahwa video ini diambil pada tahun 2000.
Ada beberapa lelaki berpakaian resmi yang terlihat menembaki roket dengan senapan besar. Namun tak membuahkan hasil, karena roket itu berhasil terbang membelah langit sore.
Dan video itu berakhir.
Chaeyoung menganga, "Ituㅡ"
"Iya, bukti pelanggaran protokol AL-13/N."ujar Jeno. Lelaki itu memijit pangkal hidungnya, mencoba berpikir keras. "Distrik sembilan itu nyata."
"Terus sekarang gimana?"
Bzzztt
Pertanyaan Haechan seakan terjawab ketika suara mirip seperti kaset rusak terdengar. Netra keempatnya mengarah pada sebuah radio besar kuno yang terletak dipojok ruang. Debu tebal menyelimuti, tanda benda itu sudah tak terjamah dalam kurun waktu yang cukup lama.
Haechan duduk disofa, ia mengenakan headphone yang tergantung digagang radio. Jemarinya berputar, mencari saluran yang cocok.
Ketika jarum menunjukan FM ke 20.00 terdengar suara yang diputar berulang-ulang, membuat Haechan membulatkan matanya. Lelaki itu menatap ketiga temannya bergantian, tak pecaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Kenapa?" tanya Siyeon penasaran.
Haechan tak menjawab. Kedua matanya berbinar penuh harapan. Lelaki itu mencabut jack headphonenya agar ketiga temannya itu dapat mendengar apa yang ada disaluran itu.
Tapi sungguh, Haechan tidak tahu jika volume radio berada dititik paling besar, mengakibatkan suara itu menggema dengan kencang keseluruh ruangan.
"Siapapun yang mendengar ini, tolong segera berkumpul di distrik delapan. Pesan baru akan datang setiap pukul satu di atas langit."
Dan setelahnya ada suara gemuruh disertai kilatan merah di lantai teratas.
***
Kalo kalian merhatiin fmvnya, pasti nyadar ada part jeno yang ngotak ngatik pemutar film sama haechan yang ngotak ngatik radio. Hehehe sudah kubilang fmv mengandung spoiler ;;;;)
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ONE OF THESE NIGHT ✓
Fanfictionthe darkest district series[3]: sebenarnya apa yang terjadi pada malam itu? [side story of the sun vanished] ▬ft millennium squad