2.2

5.9K 1.5K 98
                                    

Siyeon bersumpah tak akan membiarkan Haechan menyentir lagi. Mungkin pemerintah harus memperhatikan penyerahan surat izin mengemudi untuk menghindari orang macam Haechan.



Masalahnya cowok itu ngebutnya gak main-main. Isi perut Siyeon yang sebenernya gak ada isinya aja rasanya pengen keluar semua bareng sama usus dan ginjal.



IYA SEPARAH ITU.



Begitu mobil berhenti Siyeon langsung bergegas keluar, dia muntah air karena cuma minum beberapa hari belakangan ini. Si cowok berkulit gelap yang duduk disebelah Haechan belum sadar.



"Buset cengeng bener ini budak distrik hiji."seru Haechan sembari melepas sabuk pengaman.



Setelah mengeluarkan cairan, Siyeon bergegas memukul kepala Haechan dengan tinjunya. Yang dipukul mau protes, tapi gak jadi begitu melihat wajah garang Siyeon yang sudah bersiap untuk baku hantam.



Mulut Siyeon terbuka, hendak merapalkan kalimat hinaan dan cacian. Namun Haechan meletakan telunjuk didepan bibir Siyeon, membuat gadis itu menahan ucapannya.



"Ssttt neng, marah marahnya ditahan dulu. Udah mau jam satu nih."



Siyeon menepis tangan Haechan yang seingatnya belum dicuci lagi sejak insiden pantai. "BANGSATTTT."



Haechan menarik tangan Siyeon agar duduk dikursi pengemudi sementara dia berdiri. Punggungnya disandarkan dipintu, menunggu menit menunjukan angka 00.



Tapi saat jam di mobil menunjukan menit ke lima puluh delapan, tiba-tiba saja langit terbelah menjadi dua. Ada sisi yang terang diluar, seakan mereka berada di dalam suatu kubah tak kasat mata yang memanipulasi warna langit.



Haechan dan Siyeon saling bertatapan, begitu pula dengan Jeno dan Chaeyoung. Jeno sama sekali tidak terlihat terkejut, lelaki itu hanya menghela nafas berat dan kembali berjalan.

[3] ONE OF THESE NIGHT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang