Part 6

140 30 4
                                    

Hari ini kegiatan bersekolah mulai berjalan seperti biasa setelah beberapa hari yang lalu sempat diliburkan. Kasus kematian Elga masih menyisakan tanda tanya belum juga menemukan titik terang.

Dari observasi sementara polisi dapat menyimpulkan jika Elga meninggal akibat kecelakaan sebuah kayu yang tersenggol menimpa kepalanya.

Ada beberapa fakta yang belum terungkap. Diantaranya, mengapa Elga bisa berada di sana. Bukankah ia murid baru, sedangkan untuk pergi ke sana harus melewati lorong yang rumit. Akhirnya atas permintaan kedua orang tua, maka penyeledikan pun di cukupkan.

Dengan begitu siswa dapat beraktivitas kembali. Lorong-lorong sekolah kini dipenuhi kembali oleh beberapa siswa yang berjalan hilir mudik menuju ke kelasnya masing-masing. Belum terlalu banyak memang karena hari masih pagi.

Setiap siswa mempunyai obrolan yang menarik saat berjalan. Kebiasaan siswa SMP Bakti Pertiwi adalah menggunjingkan hal-hal yang menjadi trending topik di sekolahnya. Apalagi tentang mitos yang mereka dengar dari kasak-kusuk seseorang yang belum tentu kebenarannya.

"By the way tahu nggak si Elga jadi hantu."

"Eh lo tahu dari mana?"

"Gue tahu dari penjaga sekolah, katanya ia pernah melihat sosok Elga di sini waktu jaga malam."

"Ih gue jadi takut."

Berita tentang hantu Elga semakin lama semakin menyebar. Seperti setetes air yang menetes dalam kubangan air yang besar lalu berbaur dan menyebar mengikat satu dengan yang lainnya.

Allysa yang saat itu berjalan melewati lorong merasa tercekat ketika mendengar mitos tentang hantu Elga yang tengah ramai dibicarakan semua siswa.

Hatinya menjadi was-was bagaimana jika yang diucapkan mereka benar-benar terjadi? Bagaimana jika Elga balas dendam dengan dirinya? Ah, mungkin ia hanya terobsesi dengan film horor pembalasan hantu-hantu penasaran yang ia tonton.

Mana mungkin Elga balas dendam! Emang Elga berani sama gue 'Allysa'! By the way Elga kan sekarang hantu! Mungkin saja ia berani!

Pikiran-pikiran itu terus saja mengganggu kinerja otaknya. Dalam sekejap ia merasa Elga tidak akan pernah berani mengganggunya, dalam sekejap pula pemikirannya berubah jika Elga berani balas dendam kepadanya karena statusnya kini adalah makhluk tak kasat mata.

Ingin sekali bercerita dengan para sahabatnya, menumpahkan segala ketakutannya. Namun pada jam sepagi ini mustahil mereka muncul, biasanya mereka akan datang ke sekolah di saat lonceng sudah berbunyi.

Sepi banget sih di sini! Sial, hari pertama gue masuk malah dapat kerjaan bersih-bersih!

Allysa terus saja menggerutu merutuki waktu piket yang di bagi oleh sekolah. Jika saja hari ini tidak hari piketnya, Allysa pasti akan datang ke sekolah agak siang.

Mata Allysa terbelalak, ia tak bergeming  hanya menggerakkan bola matanya. Suara itu berasal dari sudut ruangan.

'Klotak'

Suara itu terulang kembali. Membuat tubuhnya tegang tak bisa bergerak, kakinya seakan menancap ke tanah. Ketakutan yang amat terasa menyiksa.

Perlahan ia menguatkan diri untuk  berjalan. Melangkah untuk mendekati sumber suara itu. Semakin dekat dan dekat. Allysa mengatur napas sebentar. Menyeimbangkan detak jantung yang terus memukul dari dalam.

Allysa menarik embusan napas perlahan lalu dengan hati-hati ia membungkukkan badan ke samping meja guru. Kosong. Tak ada apapun yang jatuh di sana.

Dengan masih berusaha mengatur napas ia perlahan mundur tanpa menoleh ke belakang. Allysa sudah memasang rencana akan berlari jika telah sampai di depan pintu kelas.

Tubuhnya tersentak ketika ada sesuatu yang menyentuh pundaknya. Terasa dingin ketika jarinya menyentuh leher.

Tuhan selamatkan aku! Jangan biarkan hantu Elga menggangguku!

Allysa tiba-tiba menggigil kaki-kakinya terasa kaku. Ingin ia memutar badan untuk melihat siapa yang menyentuhnya. Akan tetapi badannya terasa berat untuk ia gerakkan

"Allysa lo kenapa sih?" Akhirnya suara itu muncul setelah melihat tubuh Allysa menggigil dengan napas memburu.

"Fatimah, ngagetin aja ih." Bibir Allysa cemberut.

"Gue cuman heran lihat lo terdiam di depan meja guru, dan berjalan mundur kirain tadi lo kesambet."

"Nggak lucu tahu." Allysa masih memberengut sambil mengatur kembali napas dan duduk di bangkunya.

***

"Selamat ya Tan, akhirnya lo ditunjuk kembali mewakili perlombaan biola." Senyum mengembang jelas tercetak di wajah Rara.

"Akhirnya gue bisa juga menyingkirkan gadis biola itu." Tania mencondongkan tubuh ke depan dengan suara berbisik ia begitu bahagia.

"Oh iya kalian sudah dengar tentang Elga yang menjadi hantu." Riska kini bersuara dengan kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri sebab merasa ketakutan.

"Astaga! Kalian percaya! Mana ada hantu, itu hanya mitos saja!" Tania duduk di tempat duduk panjang sambil tangannya merebut snack yang dimakan Devana.

Allysa yang mendengar percakapan tentang Elga kembali ketakutan. Entah mengapa semenjak kejadian tadi pagi firasatnya mengatakan bahwa dirinyalah yang pertama kali menjadi sasaran balas dendam Elga.

"Guys, gue mau ke kelas dulu ya," ucap Allysa dengan nada gugup.

"Lo kenapa sih Sya, kok muka lo pucat gitu." Rara menautkan kedua alisnya mengamati wajah Allysa.

"Nggak apa-apa, gu-gue mau ngerjain tugas, nyari contekan." Pikiran Allysa begitu rumit menari di dalam kepala, ia takut jika Elga benar-benar menjadi hantu dan balas dendam seperti film yang selama ini ia tonton.

Kebingungan kini menguasai Allysa ia tak tahu harus pergi ke mana untuk menghindar atau sekadar menenangkan diri. Mungkin kembali ke kelas adalah pilihan terbaik.

"Lo nggak sakit kan Sya." Telapak tangan Rara menempel di kening Allysa. "Sejak kapan lo ngerjain tugas dengan mencontek."

Allysa memang selalu mendapat peringkat satu di kelasnya jadi wajar saja jika sahabat-sahabatnya merasa heran jika mendengar kata-kata 'mencontek' yang keluar dari mulut Allysa. Meski mereka tak sekelas dengannya.

"Nah, lonceng sekolah sudah berbunyi aku mau ke kelas dulu." Seperti lolos dari intimidasi para sahabatnya akhirnya Allysa bisa melangkahkan kaki menuju kelas.

Allysa mencoba membuang pikiran-pikiran tentang Elga. Ia fokuskan pikirannya untuk fokus pada guru yang mengajar fisika di depan.

Beberapa menit kemudian ada sesuatu yang merayap di kakinya. Lalu terasa seperti cengkraman tangan seseorang, semakin lama semakin kuat. Allysa meringis kesakitan, perlahan ia menengok ke bawah. Di sana ada jari lentik dengan kuku panjang melingkar mencengkeram betisnya.

"Aaaaaaaa! Tolong ada tangan mencengkeram kakiku."

Teriakan Allysa tentu membuat seisi kelas kaget lalu menghampirinya.

"Mana Allysa? Tidak ada apa-apa."

"Ta-tapi tadi ...." Allysa mencoba membantah, belum juga ia menyelesaikan bicaranya, sudah dipotong oleh temannya.

"Mungkin Allysa mengigau, makannya jangan tidur di kelas."

"Sudah anak-anak kembali kembali ke tempat duduk kalian masing-masing."

Allysa terdiam, percuma ia menjelaskan apa yang ia lihat kepada teman-temanya jika tidak ada bukti. Bisa-bisa ia dianggap gila.

Apa yang barusan aku lihat? Tadi jelas-jelas bukan mimpi! Jari dan kuku panjang itu nyata mencengkeram kakiku!

------------

Maafkan jika kurang serem. Kritik dan sarannya selalu ditunggu 😉

 

Dendam Gadis BiolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang