Himawari kembali ke tempat semula setelah mengevakuasi seluruh warga, ia meminta para warga agar tetap berada di rumah sampai pemberitahuan lebih lanjut. Seperti yang dikatakan Sai, ini berbahaya.
Gadis itu terdiam kaget setelah tidak ada apapun yang terjadi disana, ia mengira akan terjadi pertempuran besar nyatanya kedua belah pihak hanya saling berbicara entah apa.
"Eh?? Sumire-san?"
"Cih! Aku sudah terlalu banyak membuang waktu untuk manusia lemah sepertimu! Shinu!"
Dengan cepat, pria itu mengayunkan tangannya dan tercipta benteng aneh berwarna merah darah di samping Sai yang semakin lama mengecil, berusaha mengapit tubuh Sai.
Tanpa buang buang waktu, Sai mengeluarkan gulungannya dan melukiskan sesuatu seperti biasa.
"NINPOU CHOUJU GIGA!"
CRASH!!
Benteng aneh itu hancur berkat singa tinta ciptaan Sai, walau baju serba hitam milik Sai menjadi kemerahan karena itu.
"Kembalikan putraku!"
"Huh! Kau pikir aku menunggu 5 tahun lamanya untuk apa hah?!, Tidak akan kubiarkan mangsa seenak ini lepas begitu saja!" Katashi menghentakkan tongkatnya ke tanah, menciptakan dinding dinding tinggi diantara Sai, sayangnya itu tidak cukup untuk menghentikan Sai dari menyelamatkan putranya sendiri.
"Kalau begitu, aku tidak akan membiarkan predator jelek sepertimu mendekati mangsanya!"
Sumire mendekati Inojin yang meringis kesakitan, manik biru langitnya berubah merah semerah darah, air mata menggenang di pelupuk matanya namun secepat mungkin ia hapus sebelum mengalir. Dirinya berkonsentrasi melaksanakan tugasnya, menyentuh segel pada leher Inojin tersebut yang menciptakan sinar menyilaukan dan jeritan mengerikan keluar dari mulut Inojin.
Himawari bergetar melihat semua itu terjadi, Inojin kesakitan. Sangat kesakitan, tapi ia tidak bisa apa apa, ia merutuki kelemahan dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa apa saat ini.
BRAK!!
Dinding itu hancur tak lama, Sai kembali mempersiapkan diri untuk melawan orang itu, ia tidak peduli akan nyawanya yang sangat mungkin hilang ditangan pria itu. Dirinya menatap kesamping, ia yakin Himawari ada disana, ia memberikan isyarat mata padanya untuk tetap berada disana.
"CHOSHIN GIGA!"
Seringai licik muncul di wajah Katashi, bersamaan dengan munculnya benang benang tipis berwarna merah darah yang mulai melilit Chosin giga milik Sai. Dengan mudah, dua makhluk ciptaan Sai itu memutuskan benang benangnya.
Ryuu berusaha mengacau konsentrasi Sai untuk mengendalikan chosin giga nya dengan menyerangnya dari dekat, Sai kurang siap melayani serangan itu menyebabkan lengannya tergores sedikit kunai milik Ryuu.
"Menyerahlah dengan mudah tuan, kau tidak ingin tercipta keributan lebih dari ini bukan?" Ucapnya berusaha bernegosiasi.
"Jangan pikir aku selemah itu!" Sai menyerang balik Ryuu, lehernya berhasil terkena sayatan kunai nya, Ryuu meringis namun dengan sigap bangkit kembali.
"Ini demi putramu tuan, jika kau terus memberontak, istrimu juga mungkin bisa jadi korbannya."
"Demi putraku kau bilang? Sasaran kalian memang keluarga ku kan?!" Sejujurnya Sai tergelak mendengar kata kata bahwa Ino juga bisa menjadi korban dalam tragedi ini.
Tidak! Dia tidak akan membiarkan keluarganya tersakiti.
Sai memberikan tatapan mengerikan pada Katashi dan juga Ryuu, sama seperti dirinya yang dulu. Yang masih tidak memiliki sedikit pun perasaan, yang hanya dipenuhi ambisi menyelesaikan misi untuk menghabisi nyawa seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inojin's Painting Love [END]
FanfictionMenurutku cinta itu rumit namun kini aku terpaksa terjebak dalam situasi yang sangat aku benci itu Ibu dan Ayahku bilang bahwa aku harus menemukan satu matahari yang akan menerangi jalanku menuju cita cita ku dan menemaniku di sisa hidupku Tapi apa...