Inojin memutar arah ke toko alat lukis langgananya untuk membeli beberapa cat yang sudah habis dirumahnya.
"Konichiwa! Yamanaka Inojin-kun! Mencari apa?"
"Konichiwa! Apa ada cat minyak?"
"Oh ada masih banyak, mau yang botolan atau yang biasa?"
"Yang botolan saja, aku lihat warnanya dulu"
Sang pramuniaga itu mengeluarkan beberapa pilihan warna favorit cat minyak ditoko itu.Inojin memilih milih dan mengingat cat warna apa yang habis dirumah, dia akhirnya memilih warna biru indigo, cream, dan warna kuning bunga matahari.
"Apa ada gliter?" Tanya Inojin begitu mengingat bahwa himawari menginginkan ada gliter dilukisannya.
"Ada, yang seperti apa?"
"Yang biasa saja"
Pramuniaga mencarikan beberapa pilihan bubuk gliter dihadapan inojin.
"Aku beli 3 cat ini juga gliternya""Apa ada lagi?"
"Tidak, itu saja"
"Sebentar ya"
Pramuniaga itu menghitung total belanjaan inojin dan memberikan Inojin struk belanjaanya.
"Semuanya jadi 50 yen"
"Ini" Inojin memberikan 50 yen pada pramuniaga itu
"Terimakasih!"
Inojin melenggang pergi.Dirumah
"Aku pulang!" Pamit Inojin,dia terkejut melihat toko bunga keluarganya itu sudah tutup padahal arlojinya masih menunjukkan jam 2 siang.
Inojin naik ke lantai atas.
"Ibu?"
"Ya?" Ucap sai menjawabnya dengan beberapa file tersebar dimeja didepannya
"Ayah?"
"Ya, ini aku kenapa?"
"Ibu bilang ayah pulang lusa tapi-"
"Misinya dipercepat, aku ingin lebih lama dirumah" ucap sai memotong pertanyaan putranya. Akhir akhir ini sai menerima banyak sekali misi jadi dia sangat jarang berada dirumah.
Inojin duduk dikursi disamping ayahnya itu,yang terlihat sibuk memeriksa satu persatu file file itu.
"Ibu dimana?"
"Ada, didapur"
"Oh"
"Kau dari mana? Dan apa itu?"
Sai melirik pada paper bag yang dibawa inojin dan pada pakaian Inojin yang terlihat lebih rapi namun santai"Dari yakiniku q, ada acara kecil kecilan"
"Acara?"
"Boruto meminta sarada jadi pacarnya"
"Apa!?" Sergah ino terkejut yang baru keluar dari dapur membawa segelas kopi.
Setelah dia menaruh gelas itu didepan suaminya, ia duduk disampingnya.
"Apanya yang apa bu?"
"Apa benar boruto dan sarada segera berpacaran?"
"Sepertinya, kenapa?"
Ino sudah membuka mulutnya untuk berkata namun terpotong oleh putranya.
"Apa ibu ingin menanyakan kapan giliranku memiliki pacar?""Sudahlah ino jangan paksa dia, biar Inojin memilih pilihannya sendiri, jangan terlalu menekannya" ucap sai pada istrinya itu.
"Yaa.. tapi apa salah kalau aku menginginkan anakku memiliki kekasih?"ino lesu.
Sai mengelus bahu ino dan merapikan rambut ino yang tidak ikut terikat.
"Tentu tidak, tapi setidaknya biar dia memilihnya sendiri dan beri dia waktu""Apa itu Inojin?" Tanya ino setelah membalas perlakuan suaminya.
"Ini?" Inojin menunjuk paper bag yang dia bawa.
"Cat dan gliter untuk melukis himawari, dia ingin ada gliter dilukisannya jadi ya aku membelinya"
"Apa cat dirumah tidak cukup banyak? Sehingga kau terus terusan membelinya?" Tanya ino sedikit membentak
"Kau bisa meminjam punyaku jika yang punya dirimu habis" balas sai.
"Yaa ayah kan kemarin tidak di rumah, aku tau tidak sopan mengambil barang tanpa izin pemiliknya jadi aku membelinya"
"Kau bisa minta izin ibumu lain kali" ucap sai
"Iya ayah"
"Ayah?ibu?"
"Ya?"jawab sai dan ino bersamaan
"Bagaimana perjalanan cinta ayah dan ibu?"
Sai tersedak dan ino hampir menubrukan kepalanya ke meja didepannya.
"Maksudmu?" Tanya sai
"Iya, kapan ayah bertemu ibu, bagaimana kalian bisa jatuh cinta, kapan kalian berkencan, kapan kalian berpacaran, bagaimana pernikahan kalian sampai memiliku dan calon adikku yang sudah ada dirumah tuhan, dan Hal semacam itu"
"Bisa kau tidak mengungkit masa lalu dimana kita kehilangan calon adikmu?" Ucap ino lirih dan hampir menitikan air mata ketika mengingat bahwa dirinya pernah mengalami keguguran beberapa tahun yang lalu. Sai segera menenangkan ino begitu ino mulai menangis.
"Sudahlah ino... jangan mengingat Hal itu lagi.. anak kita sudah tenang disurga kalau kita bersedih nanti dia juga bersedih disana"
Ino menghapus air matanya
"Aku pamit kekamar sebentar" sai tau begitu ino pamit bahwa istrinya itu pasti meratapi nasibnya yang harus kehilangan calon putrinya beberapa tahun yang lalu.
Pandangannya lalu mengarah pada putranya.
"Bisa kau kalau mau bicara fikirkan dulu apa itu akan menyakiti hati orang lain atau tidak?" Sai sedikit membentak, sai tidak akan pernah bisa menerima orang yang membuat hati ino terluka apalagi sampai menitikan air mata.
"Maaf ayah aku tidak bermaksud membuat ibu menangis"
"Apa kau tau! Bagaimana rasanya seorang ibu saat kehilangan anaknya?"kali ini sai benar benar membentak inojin.
Inojin menunduk lesu dan menyesali perkataannya yang telah membuatnya ibunya mengeluarkan air mata.
"Kau pasti ingat reaksi ibumu setelah dokter memvonis bahwa ia telah mengalami keguguran?"
Inojin ingat betul soal itu. Ibunya mengalami kesedihan luar biasa setelah calon adiknya itu meninggalkan mereka untuk selamanya.
"Iya.. aku tau"
"Lalu apa kau tidak pernah berfikir bahwa mengungkit masa lalu menyedihkan itu akan membuat hati orang terluka?" Sai masih menunjukkan kemarahannya.
"Tatap mataku Inojin!" Sai mulai kesal pada Inojin yang terus menunduk, inojin dengan terpaksa mendongak menatap mata kemarahan ayahnya yang sudah lama ia tidak melihatnya lagi.
"Maaf ayah, aku menyesal mengatakan itu, aku tidak bermaksud membuat ibu menangis, aku juga tidak bermaksud mengungkit masa lalu menyedihkan itu, niat awalku hanya ingin bertanya"
Sai menghela nafas panjang
"Aku tidak mau tau! Jika sampai besok ibumu masih bersedih juga, aku benar benar akan melupakan ikatan darah antara aku dan dirimu!" Sai berlalu pergi menyusul ino.
Bagai disambar petir. Inojin benar benar merasakan apa yang namanya sakit hati. Ia tidak percaya ayahnya benar benar ingin memutuskan hubungan ayah dan anak dengannya. Terlebih lagi bagaimana jika ibunya juga tidak memaafkannya? Apa ia juga akan memutuskan hubungan ibu dan anak dengannya?.
Yang inojin bisa rasakan sekarang hanyalahMENYESAL
KAMU SEDANG MEMBACA
Inojin's Painting Love [END]
FanficMenurutku cinta itu rumit namun kini aku terpaksa terjebak dalam situasi yang sangat aku benci itu Ibu dan Ayahku bilang bahwa aku harus menemukan satu matahari yang akan menerangi jalanku menuju cita cita ku dan menemaniku di sisa hidupku Tapi apa...