Suara Hati Mereka

1.8K 133 20
                                    

"Aciee yang baru menemukan adiknya ciee, kelihatan bahagia sekali kau!" Ujar Chocho sembari mengunyah sepotong yakiniku yang baru matang itu

"Bagaimana dirumah mu Inojin?"

"Uuhh kau harus lihat wajah ibuku, haha! Sungguh wajahnya membuatku ingin tertawa terbahak bahak!" Ucap Inojin berusaha menahan gelak tawa

"Kenapa dengan bibi Ino?" Tanya Shikadai

"Baik baik saja sih, hanya yah mungkin dia terlalu bahagia saja? Atau ah entahlah! Aku tidak mengerti, pokoknya dia sangat bahagia"

"Dan paman Sai?"

"Yaah begitu, bahagia tapi sepertinya ayah masih bingung dengan hal ini haha, kalian harus lihat wajah bingungnya ketika Haruko memanggilnya ayah!"

"Hahaha benarkah? Nanti ah kapan kapan aku ke rumahmu pengen lihat hihihi" ucap Chocho

"Oh ya kemarin apa yang Hima katakan padamu?" Tanya Shikadai tiba tiba

"Darimana kau tau aku bicara dengan Hima?"

"Dia kemarin bilang padaku begitu, waktu aku mau mengajaknya pulang dia malah bilang ingin menunggumu dulu"

"Hah? Dia menungguku?"

"Hei hei ada apa ini? Katakan! Katakan!" Ucap Chocho yang ketinggalan berita

"Dengarkan saja dan kau akan mengerti" ucap Shikadai lagi "Jadi apa yang dia katakan?"

"Tidak ada yang penting sih, dia hanya mengajakku mengobrol dan memberiku kue"

"Kue?"

"Iya, katanya itu buatannya, dia memintaku mencicipinya ya sudah aku terima"

"Ih! Kok Hima memberikannya padamu?! Harusnya padaku! Kau kan seleranya rendah dalam makanan!" Balas Chocho

"Aku juga tidak tau, kalau kau mau, kuenya masih ada di rumah ambil saja kapan kapan"

"Terus hanya itu?"

"Dia memberiku sebuah puisi, dan katanya lagi aku diminta untuk menilai puisinya" ucapnya lagi

"Bagaimana isi puisinya?"

"Cukup bagus, yah walau aku kurang paham isinya apa"

"Kata katanya kias?"

"Tidak sih, hanya saja yah aku memang tidak paham"

««◎◎»»

"Baca ini ya! Ini puisi buatanku! Nanti katakan ya ini bagus atau tidak"

"Hah? Tapi aku tidak pandai menilai, apalagi karya sastra, minta Shikadai saja!"

"Ih tidak apa apa, tinggal bilang saja puisi ku bagus atau jelek ya ya?"

"Hm hm baiklah akan kubaca dulu" ucapnya membuka perlahan amplop kertas itu, puisi yang cukup singkat ditulis diatas kertas yang penuh dengan vignette di sekitarnya

"Vignette nya bagus, kau yang bikin?" Ucap Inojin yang malah teralihkan oleh vignette di sisi sisi puisi itu bukan fokus pada puisinya

"Iya! Hehe, itu masih amatiran hanya sekedar iseng kok! Habisnya kertasnya terlalu polos jadi ku gambar gambar saja"

Mendengar kata polos, kenapa malah gadis kecil didepannya ini yang terlintas di pikirannya? Masa sih dia memikirkan seseorang yang jelas jelas ada di depannya?

Aneh

"Polos ya?"

"Hm? Kenapa?"

Inojin's Painting Love [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang