Satu Pihak

1.8K 135 38
                                    

Merenung dan menangis.

Adalah hal yang biasanya kita lakukan untuk menenangkan diri kita, apalagi kalau kita sedang dalam keadaan patah hati.

Kini dia disana, duduk termenung di tepi ranjangnya sembari memangku sebuah bingkai foto kecil yang selama ini ia rawat dan beberapa kali terlihat liquid bening itu berhasil membasahi kedua pipi manisnya.

Gadis itu perlahan menghapus air matanya, dan berhenti untuk menangis walau masih dalam keadaan sesenggukan dan air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya.

Dia mengulurkan tangannya untuk menaruh foto itu kembali di meja belajarnya yang berada tidak jauh dari ranjangnya.

Tidak ada yang istimewa dalam foto itu, hanya sebuah foto kecil kenangan tim 7 disaat pertama kali terbentuk, senyum merekah tertera di wajah mereka yang terlukis di foto tersebut.

"Hiks....hiks....sudahlah Sara, dia takkan kembali!" Pekiknya masih dalam tangis

Dia yang pertama kali mengungkap perasaan kenapa pihak lain yang merasa sakit hati pada akhirnya? Tidak adil! Dunia memang tidak adil! Kenapa selalu wanita yang menjadi korban? Walau segalanya dimulai dari pria itu, tetap saja yang akan menanggung resiko pastilah seorang wanita.

Itu menjadi semacam takdir yang sungguh mengenaskan bagi setiap wanita yang telah ditakdirkan akan mengalami jatuh cinta.

Kenapa Tuhan harus menciptakan cinta bersamaan dengan dia menciptakan rasa sakit?

"Ada apa denganmu Sarada?" Tanya sang papa tiba tiba tanpa ketuk pintu langsung saja melangkah menuju kamar putri semata wayangnya

"Hah? Papa? Oh tidak kok ti-tidak ada apa apa aku baik baik saja"

"Baik baik saja? Lalu kenapa air mata itu ada Sara?" Tanya Sasuke tidak santai, dia benar benar tidak akan terima jika ada yang membuat putrinya meneteskan air mata

"Tidak papa, sungguh! Aku baik baik saja, aku hanya kelilipan" ucap Sarada berbohong, dia tau bagaimana papanya saat marah dan dia benar tidak mau kalau dialah yang jadi amukannya

"Apa kacamata dan sharingan tidak cukup melindungi matamu? Katakan pada papa, apa yang terjadi?" Ucap Sasuke mulai serius "Saat mama mu menangis dia juga mengatakan hal yang sama tapi kenyataanya terbalik dengan yang dia katakan, jadi katakan ada apa?"

"Papa tidak akan mengerti" ucapnya singkat menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajah cantiknya dari papanya sendiri, dia benar benar tidak ingin diganggu saat ini

Sasuke hanya mengernyit bingung dan tidak menyangka kalau memiliki seorang putri akan sesulit dan sebingung ini.

"Papa yang dari awal selalu diharapkan, tidak akan pernah mengerti...hiks...hiks" ucap Sarada lagi "Maafkan aku papa, aku tidak ingin diganggu, aku ingin sendiri" ucapnya menyambar kacamata merah kesayangannya itu dan pergi meninggalkan sang papa yang masih dirundung kebingungan

««◎◎»»

"Bocah pemalas! Dari pagi kerjaan mu hanya tidur saja!" Teriak Temari menggebrak pintu kamar Shikadai yang baru terbangun karena suara pintu itu

"Haah ibu, aku kan sudah bangun" ucapnya menutupi mulutnya yang masih ingin menguap dan mengucek matanya malas

"Ya ampun, kalau kerjaan mu begini terus tidak akan ada yang mau denganmu!"

"Hm iya iya" ucapnya lagi

Setelah diberi pencerahan hampir 2 jam lamanya, Shikadai akhirnya turun dari ranjangnya dan bangkit menuju kamar mandi dengan malas.

Inojin's Painting Love [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang