"Kau tau kemana perginya Sumire?" Tanya Namida pada Wasabi yang tengah asik menguyah takoyaki nya.
"Entahlah, aku juga bingung dia kemana, seperti hilang begitu saja." Ucapnya lagi.
Namida dan Wasabi merasa ada yang tidak beres pada sahabatnya tersebut, akhir akhir ini dia sering sekali menolak ajakan mereka untuk berkumpul membahas misi selanjutnya atau hanya sekedar bermain. Dia selalu berkata ada urusan penting, namun mereka berpikir hal penting apa yang dilakukannya?
"Hei! Asik sekali, boleh bergabung?" Sapa Sarada kemudian yang diikuti Chocho dibelakangnya, tentu saja dengan sebungkus keripik kentang berada ditangannya.
"Owh boleh saja, disini juga kebetulan ada bangku kosong." Ucap Wasabi menepuk bangku yang kosong itu yang berada di sampingnya.
Sarada dan Chocho hanya mengangguk dan duduk di bangku yang tersisa tersebut. "Eh ya kemana Sumire? Biasanya bersama kalian." Ucap Sarada lagi sembari membuka bungkus onigiri miliknya.
"Entahlah akhir akhir ini kami memang jarang berkumpul."
"Kenapa?" Chocho angkat bicara.
Namida dan Wasabi hanya mengendikkan bahu sebagai jawabannya. "Oh ya ngomong ngomong Sarada-chan, Chocho-can kalian tidak bersama Boruto, Mitsuki, Shikadai dan Inojin?"
"Oh para laki laki ada di seberang sana." Ucap Chocho menunjuk sebuah meja yang diisi oleh Boruto, Mitsuki, Shikadai serta Inojin disana. "Bergabung bersama pria itu tidak mengasyikan." Sambungnya.
"Lebih menyenangkan kalau begini, bergabung bersama perempuan juga." Ucap Sarada menambahkan, rasa sakit hatinya terhadap Boruto belum juga tuntas sampai saat ini.
"Kau benar, terasa lebih asyik kalau begini ya?"
Sarada hanya mengangguk mengiyakan lagi, selanjutnya mereka habiskan waktu dengan membicarakan segala hal yang sempat mereka dengar. Dan beberapa hal yang tidak penting namun menyenangkan untuk diperbincangkan.
>>••<<
"Belum habis juga masalah mu dengan leher mu itu?" Tanya Shikadai lagi yang melihat ruam itu semakin merah saja.
"Entahlah aku tidak mengerti, tadi malam aku mengoleskan salep luka bakar disini tapi rasanya sama saja." Keluhnya.
"Hm ruam kenapa? Sejak kapan ruam itu ada?" Tanya Mistuki, sementara Boruto hanya sibuk mengunyah hamburger nya.
"Sudah dari seminggu yang lalu sih, semenjak aku membeli kue dari anak itu." Ucapnya mengingat kembali kejadian itu.
"Kue? Hanya karena kue kau begini?" Boruto angkat bicara kemudian, "Atau mungkin kue itu telah diberi sesuatu dan itu memang untukmu."
"Apa ini ada hubungannya dengan pria yang mengaku klan Otsusuki pada kita lima tahun yang lalu?" Ucap Shikadai lagi sembari menyeruput soda miliknya. "Waktu itu kalau tidak salah dia bilang ingin membawamu kan?"
Inojin mengingat ingat kembali kejadian dimana mereka bertiga diserang seorang pria yang mengaku berasal dari klan Otsusuki itu, ah ya! Katashi! Otsusuki Katashi, dia yang menyerang mereka dan mengatakan ingin membawanya.
"Tapi bukannya lima tahun itu sudah terlalu lama? Mungkin ia sudah lupa dengan ini, bisa saja kan ini orang lain." Ucap Boruto lagi yang tumbennya berpikir realistis.
"Hm, ayah juga bilang ada kasus yang mereka hentikan penyelidikannya. Sepertinya pelaku ini sangat rapi sekali dalam menjalankan rencananya." Ucap Shikadai kembali, walau sejujurnya ia tidak tau kasus apa yang dimaksud ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inojin's Painting Love [END]
FanficMenurutku cinta itu rumit namun kini aku terpaksa terjebak dalam situasi yang sangat aku benci itu Ibu dan Ayahku bilang bahwa aku harus menemukan satu matahari yang akan menerangi jalanku menuju cita cita ku dan menemaniku di sisa hidupku Tapi apa...