Rumah sakit baru saja buka beberapa menit yang lalu, namun sepertinya gadis ini selalu tidak sabar untuk menemui seseorang disana. Setelah selesai dengan segala urusan yang membuatnya sibuk akhir-akhir ini pada akhirnya dia diberi kebebasan untuk menjenguknya lagi tanpa jangka waktu yang singkat.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Tiga puluh lima."
"Ha?" Himawari menatap keheranan dengan jawaban Inojin atas pertanyaannya yang benar-benar entah nyambungnya ada dimana.
"Kau orang ke-tiga puluh lima minggu ini yang bertanya itu, tidak ada pertanyaan lain?"
"Apa yang biasanya ditanyakan saat menengok orang sakit?"
"Umm bagaimana keadaanmu?"
"Nah berarti aku tidak melakukan kesalahan niichan-!"
"Yaa lagian pertanyaannya sudah bosan aku dengar, katakan hal lain?"
"Seperti apa?" Himawari mendekat dan meletakkan gelas yang sudah dia isi penuh untuk Inojin kembali dan duduk di kursi yang disediakan di samping ranjang rumah sakit.
"Katakan hal yang sama seperti saat kau menyelamatkan ku, aku suka mendengar kalimat itu."
Kata-kata itu alhasil membuat pipinya bersemu merah dengan hebat, sepertinya otak pemuda ini merekam dengan baik setiap kalimat yang keluar dari mulutnya dan dikeluarkan lagi untuk mengodanya.
"Mending tidur sana! Kau lebih tidak menganggu saat tidur."
"Berani berkata begitu ya sekarang? Dulu saja hmm manis sekali perkataanmu," ujar Inojin tak berhenti menggodanya, sepertinya ini menjadi hobi baru baginya.
"Sekarang kau menyebalkan."
"Tapi kau berkata kau mencintaiku kan? Bagaimana kau bisa mencintai pria menyebalkan ini?"
"Cinta tak butuh alasan kan? Dan aku percaya akan itu."
Inojin terdiam beberapa saat akan kata-kata yang benar-benar menusuk hatinya dengan sangat tepat. Kenapa kalau soal cinta pehamannya selalu salah entah di mata ibunya, adiknya dan bahkan wanita ini.
Memang wanita tidak bisa salah ya?
"Ngomong-ngomong, tumben pagi-pagi begini kau sudah datang? Tidak ke kantor Hokage dulu seperti biasanya?"
"Urusanku dengan mereka sudah selesai, jadi yah aku kesini. Lagipula paman Sai menyuruhku untuk datang kesini."
"Owh jadi kau kemari atas perintah Ayahku? Bukan keinginanmu sendiri?"
"Memangnya kenapa?"
"Kalau atas perintah Ayahku lebih baik kau pulang aku tidak suka kau mengunjungiku atas perintah seseorang walaupun itu Ayahku."
"Jika itu keinginanku sendiri? Apa yang harus ku lakukan?"
"Tetaplah disini menemaniku sampai aku merasa kau berada di sisiku untuk selamanya, walau aku tidak yakin. Tapi entahlah, aku tidak yakin kau mau melakukannya karena mengingat aku banyak salah padamu."
"Mengaku juga akhirnya kau! Butuh waktu lima tahun dulu ya baru bisa sadar?" Ujar Hima menggodanya.
"Ah kata-kataku terpotong kan! Padahal tadi di otakku ada kata-kata yang bagus jadi hilang lagi."
"Kata-kata seperti apa?"
Inojin menoleh melihat ke arah jendela dimana sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela. Mulutnya terbuka dan siap mengeluarkan 'kata-kata yang bagus' dari pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inojin's Painting Love [END]
FanficMenurutku cinta itu rumit namun kini aku terpaksa terjebak dalam situasi yang sangat aku benci itu Ibu dan Ayahku bilang bahwa aku harus menemukan satu matahari yang akan menerangi jalanku menuju cita cita ku dan menemaniku di sisa hidupku Tapi apa...