"Sai!" Seruan itu membuat kedua sorot mata yang kelelahan itu menoleh, menciptakan keterkejutan bagi sepasang mata disana.
Menimbulkan senyuman licik bagi sosok kegelapan yang berdiri angkuh di depan sana.
"Bagus sekali kau dengan rela datang kemari, aku tidak perlu repot-repot memaksa suamimu lagi untuk menyerahkan mu ya?" Serunya, Ino bingung akan perkataan itu, menyerahkan? Apa maksudnya?
"Ino kau seharusnya tidak disini, kembali pulang!" Tukas Sai dengan lantang, ia tidak ingin air mata jatuh lagi dari manik biru langit yang sangat ia sayang itu.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan mu berjuang sendirian, ajak aku dalam setiap langkahmu Sai. Aku ini istrimu, sudah tugasku untuk membantumu bukan?"
Sai termenung beberapa saat, tidak biasanya Ino bisa begini. "Aku tahu, tapi tidak sekarang."
"Lalu kapan? Aku tidak bisa membiarkan mu bertarung sendirian demi aku serta putra kita?" Mengucapkan itu membuat Ino mengingat sesuatu. Inojin! Ya kemana anak itu?
Sai berusaha keras agar Ino tetap pulang ke rumah, duduk dengan tenang dan berbincang dengan Haruko serta menanti kepulangannya. Namun ternyata, istrinya lebih keras kepala dari yang ia pikirkan.
"CUKUP! Sudah selesai berbincangnya?!" Katashi cukup muak dengan perbincangan tiada akhir yang ia dengar. Ia menggerakkan pelan jarinya, membuat langkah Inojin semakin lama semakin mendekati arah ibunya.
Ino yang melihat sosok lain dalam diri putranya tak kuasa menahan air matanya lagi. "Tidak! Ini bukan Inojin ku. Apa yang kau lakukan pada putraku hah?!"
"Kau tinggal lihat saja apa yang ku lakukan pada putramu." Inojin semakin mendekat ke arah Ino, menampilkan senyum tak lazim yang malah terlihat menyeramkan di mata Ino.
Rasa takut muncul menjalari hatinya, ia mundur teratur. Namun tidak, pengaruh Katashi terlalu kuat untuk Inojin, anak itu mengulurkan tangannya berusaha menyentuh pundak ibunya.
SET!
"Sai!"
"ARGH!!"
"Tunggu! A-apa?!" Katashi terkejut, serangan mulusnya gagal akibat serangan tiba-tiba dari Sai yang menyingkirkan Ino dari jangkauan Inojin.
Membuat chakra Sai terserap lebih jauh lagi oleh tangan putranya sendiri. Rasa nyeri menjalari di seluruh tubuhnya.
"Sai!!!" Ino bangkit dari jatuhnya, melupakan rasa sakitnya akibat terpental terlalu jauh tadi. Menghampiri suaminya yang terus meringis kesakitan.
Shikamaru hanya bisa menjadi saksi bisu, dirinya tidak bisa kemana-mana agar kendalinya akan pria berkacamata itu tidak hilang. Sedari tadi pria itu tak kunjung berhenti untuk meminta pembebasan.
"Bertahanlah oke?" Ino berusaha untuk tidak menangis, namun ia tidak sekuat itu. Tangisnya kembali mencuat.
Dengan kemampuan yang ia punya, ia berusaha menyembuhkan Sai yang kehilangan banyak chakra nya. Melihat tidak ada efek besar yang muncul, Ino memilih jalan lain. Untuk mentransfer chakra nya sendiri.
"Argh ... Ino, kau?"
"Kau butuh cukup tenaga untuk menyelamatkan ku nanti iya kan?" Ia tersenyum.
"Owh sungguh terharu aku menyaksikan drama keluarga dadakan ini, sekarang giliran ku berarti." Suara penganggu itu datang berbarengan dengan melesatnya sesuatu yang untung saja bisa mereka berdua hindari.
"AMENO SUBARUBOSHINOMIKOTO!"
Sai dan Ino dengan cepat menghindari piring chakra itu yang berhasil membelah pohon di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inojin's Painting Love [END]
أدب الهواةMenurutku cinta itu rumit namun kini aku terpaksa terjebak dalam situasi yang sangat aku benci itu Ibu dan Ayahku bilang bahwa aku harus menemukan satu matahari yang akan menerangi jalanku menuju cita cita ku dan menemaniku di sisa hidupku Tapi apa...