PROMISE - Part 2: Kegundahan Hati

453 18 0
                                    


Matahari bersinar begitu terik siang itu. Namun panasnya cuaca di ibu kota saat itu tak menghalangi orang-orang beraktivitas. Sebuah bis kota terlihat penuh sesak membawa penumpang ke berbagai tujuan. Diantaranya dua orang pelajar yang kini duduk di bangku belakang bis itu. Seorang diantaranya tanpak berwajah murung sedari pulang sekolah tadi. Temannya yang sedari tadi telah merasakan itu, menatap dengan khawatir.

"Kenapa lo De? Murung aja dari tadi?" tanya Obiet ke temannya itu, Debo.

"Biet, loe masih ingat sama bapak ibu loe ga?" Debo malah balas bertanya.

"Emang, kenapa jadi tiba-tiba nanya begini??" jawab Obiet heran.

"Gara-gara ucapan Sion tadi, gue jadi ingat sama kenangan manis bersama ibu dulu. Ingat senyumnya, ingat belaiannya. Ini makin bikin gue sedih biet. Sedih karena mengingatkan gue pada kenyataan kalau ibu sudah ga ada dan gue ga bisa ngerasain itu lagi. Gue mau ngelupain itu semua" kata Debo dengan raut muka sedih. Obiet menatap mata Debo dalam-dalam. Dia bisa melihat sinar kesedihan yang mendalam di mata Debo.

"De, seharusnya lo bersyukur bisa punya kenangan sama ibu lo. Bersyukur karena lo punya gambaran muka ibu lo, walau itu semua bikin lo sedih" nasehat Obiet. 'Ga kaya gue yang udah ditinggal di panti sejak gue baru lahir dan ga punya kenangan apa-apa dari ibu kandungku sendiri' batin Obiet dalam hati.

"Tapi kalau gue ingat terus, gue ga bisa ngilangin rasa sedih itu" sambung Debo.

"Lo ga perlu ngelupain itu semua. gue yakin ibu lo bakal sedih kalau anaknya ngelupain kenangan indah tersebut, karena cuma itu yang bisa dia tinggalkan di diri anaknya agar anaknya selalu bisa merasakan kehadirannya, merasakan kasih sayangnya, merasakan kehangatannya, merasakan perlindungannya, walau dirinya udah ga ada" kata Obiet. Mata Obiet menerawang keluar jendela. 'ibu kenapa engkau tidak memberikan ku kenangan itu'. Obiet menghela nafas dan ngelanjutin perkataannya.

"Yang perlu lo lakuin cuma jadikan kenangan itu sebagai penghibur, bukan kesedihan karena lo ngerasa kehilangan yang mendalam. Ibu lo ga akan pernah benar-benar ninggalin, karena dia terus menemani di setiap kenangan yang lo ingat." Kata Obiet sambil menatap lembut Debo.

"Dan Rasakan itu sebagai bentuk kehadirannya dalam hati loe" kata Obiet lagi sambil nunjuk dada Debo.

Debo memandang kagum sahabat sepanti yang udah dianggap saudara olehnya itu. 'Ya Obiet memang benar, gue ga mau kehilangan ibu untuk kedua kalinya. Maaf kan anakamuu ini bu...' batin Debo di hatinya.

"Mungkin lo benar biet. Ga seharusnya gue melupakan itu semua. Makasih ya biet..."

"Ga perlu berterima kasih, itukan gunanya sahabat. Jadi semangat donk!!" kata Obiet menyemangati Debo. Obiet tersenyum tipis, senang bisa bikin kesedihan sahabatnya sedikit terobati, walau hatinya juga menyimpan sedikit kegundahan.

----------- -----------------------------

Rumah tua dari kayu itu tampak bersih terawat. Kebun bunga bermekaran di halaman rumah. Sebuah hunian yang sederhana namun begitu terasa nyaman. Dan kesanalah Obiet dan Debo tinggal. Seketika beberapa anak yang lebih kecil menghambur menyambut kedatangan mereka.

"Ka Obiet sama ka Debo kok baru pulang?? Ka Angel sama ka Rahmi aja udah lama pulang..." kata seorang anak yang berumur sekitar 7, menyambut Obiet dan Debo dengan bergelayut manja.

"Maaf Yan, kaka baru pulang, tadi kaka ada tugas piket dulu, jadi pulangnya agak belakangan" kata Obiet lembut

"Tau ga kak, tadi Iyan baru dapat temen. Namanya Bastian. Dia kesini sama papanya. Anaknya baik deh.." cerita iyan.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang