PROMISE - Part 7: Sanggar Angkasa

231 14 1
                                    

-------------- --------------------

"Oik loe kok datang sama dia???"

"Irsyad??? Dayat???" kata Cakka masih kaget.

"kak Irsyad kok nyambut tamu gitu???" protes gadis itu.

Ternyata cewe yang ditabrak Cakka itu bernama Oik. Dan cowo yang menyambut mereka di sanggar adalah Irsyad dan Dayat. Cakka sungguh tak menyangka akan bertemu dengan Dayat dan Irsyad disana. Dayat juga tak bereaksi apa-apa, hanya terdiam melihat kehadiran Cakka. Tampak mereka beberapa saat hanya saling pandang dengan dingin berkat hubungan mereka yang tak pernah hangat di sekolah. Tapi dia tiba-tiba panik ketika melihat Oik sudah dalam keadaan luka-luka.

"Oik, kok bisa luka-luka gini?? Cakka!! lo apain adik gue???!" seru Dayat sambil bergegas mendekati Oik dan memeriksa luka Oik.

"ohh, jadi ini temen kakak ya???" Tanya Oik ke Dayat.

"ohh, jadi dia adik loe yat?? Sorry, tadi gue ga sengaja nabrak dia"

"Jadi loe nabrak adik gue???!" teriak Dayat. Dayat terlihat sudah ingin memukul Cakka, tapi di tahan Oik.

"udah, kak!! Aku gak papa kok... tadi aku juga kok yang salah, jalan ga liat-liat. lagian dia juga udah mau nganterin Oik kesini. Dia juga luka tuh, kasian kan"

"Oke..oke... sorry, gue emosi, ya sudah, Oik cepat masuk ke dalam!!" kata Dayat akhirnya. Oik pun masuk ke dalam dengan dituntun Dayat, diiringi Irsyad. Cakka hanya terdiam tepaku di depan pintu.

"eh, ngapain lo diam disitu?? Mau jadi maskot selamat datang?? Cepet masuk!! Kalau luka loe dibiarin, bisa infeksi gue gamau tanggung jawab..." kata Irsyad kemudian. Cakka pun dengan rasa canggung masuk ke dalam sanggar.

Sanggar itu adalah rumah sederhana bertingkat 2 dengan halaman yang cukup luas. Lantai bawah hanya ruang besar yang disekat dengan papan, membaginya jadi beberapa ruangan. Bag.belakangnya berfungsi sebagai dapur. Tak banyak ruang yang ada disana. Bagian depan, yang berfungsi sebagai ruang tamu, hanya ada 1 set meja tamu yang warnanya sudah agak kusam. Ada tangga di samping ruang tamu itu, menuju lantai atas yang terdapat beberapa kamar. Setelah ruang tamu, di ruang berikutnya, 2 kali lebih luas dari ruang tamu tadi, nampak ruang duduk yang bisa dengan mudah dilihat dari ruang tamu karena hanya bersekat papan setinggi sekitar 1 meter lebih. Di dalam sana ada 1 lemari yang penuh terisi buku-buku dan belasan meja lesehan kecil yang berjejer di tengah ruangan. Di dinding tergantung sebuah papan tulis. Lantainya dilapisi karpet tipis, hanya sekedar untuk melindungi dari dinginnya ubin. Di pojok ruang, tersusun beberapa gitar, satu keyboard dan drum, dan beberapa alat musik lainnya. Di dalam sana ada Zahra yang terlihat sedang membereskan buku-buku. Dia kaget melihat Oik datang dalam keadaan begitu. tapi dia lebih kaget lagi ketika melihat ada Cakka di sana.

"Cakka??! Kok bisa disini??"

"udah Ra, tahan dulu penasaran lo... mending sekarang lo ambilin kotak P3K gih..." minta Dayat sambil mendudukan Oik di sebuah kursi. Zahra pun segera mengambil kotak P3K, sedangkan Dayat kemudian pergi ke dapur untuk mengambil air untuk membersihkan luka adiknya.

"ntar ya, kakak ngambil air buat bersihin luka.... Cakka, lo juga duduk, jangan diam berdiri di situ aja!!" kata Dayat sambil berjalan ke arah dapur.

"kakak gak papa??" Tanya Oik sambil memperhatikan Cakka dengan seksama.

"ohh, gak papa kok" kata Cakka sambil duduk di samping Oik.

"jadi kakak temennya kak Dayat, kak Irsyad, sama kak Zahra??"

"ohh, iya. mereka sekelas sama aku" jawab Cakka.

"harusnya aku tadi manggil kaka ya... hehe..."

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang