PROMISE -Part 48: Gejolak Hati

193 8 0
                                    



----------------------3am--------------------

Angin malam berhembus begitu menusuk kulit. Kaos putih berlengan pendek yang tengah ia kenakan itu tentu tak mampu melindungi dirinya dari terpaan kejam angin dingin yang mulai memporak-porandakan pertahanan tubuhnya. Meski begitu, tak sedikitpun ia bergeming. Dia mengacuhkan segalanya itu. Biarkan saja angin dingin itu membuatnya kedinginan sampai membeku. Kalau perlu sampai membuatnya mati rasa. Karena segalanya kini sudah terasa hampa. Mungkin itulah yang ada di benaknya sekarang. Ia benar-benar tak bisa lagi merasakan dan memikirkan apapun karena hatinya sudah membeku. Dingin sedingin gunung es yang begitu sulit untuk dihancurkan.

Memorinya bergelayut pada rekaman-rekaman kejadian beberapa hari yang lalu, disaat emosinya begitu membuncah, hatinya begitu terluka, yang diakhiri kemarahannya yang begitu meletup-letup. Segalanya begitu saja menggiringnya menuju sebuah keputusan yang begitu mentah, yang kini ia tak tau apa itu benar apa salah. Yang ia tau hanya, wanita yang begitu ia benci sekaligus diam-diam dalam hatinya begitu ia sayangi, telah menjadi korban atas keegoisannya. Mengingat itu semua, untuk kesekian kalinya air mata itu kembali mengalir pelan tanpa bisa ia bendung. Dia semakin terpuruk, terduduk sendiri dalam diam ditemani keheningan malam dan aliran tak terbendung dari matanya yang sudah sangat sendu dan bengkak itu.

Dia tak pernah tau apa yang dia rasakan sekarang. Marah, kesal, sedih, bimbang, ragu, semua bercampur menjadi satu. Dia kini merasa begitu kecewa. Pada orangtuanya. Pada orang-orang disekitar dirinya. Tapi mungkin juga pada dirinya sendiri. Ya. Dirinya sendiri. Dirinya merasa tak lagi merasa berharga. Tak ada lagi yang perlu dirinya tetap hidup. Tak ada lagi yang menghendaki diri setelah apa yang ia lakukan. Tak ada gunanya lagi dia hidup. Tak ada lagi yang perlu ia lakukan, karena segala yang ia lakukan hanya bisa menjadi bencana untuk orang lain. Jadi untuk apa dia hidup?

"Air mata loe unlimited yah?"

Jiwa penunggu dirinya tiba-tiba tersentak terbangun. Tubuhnya sedikit menegang sesaat. Ia kemudian sedikit melirik dingin ke arah sumber suara itu. Tapi ia segera membuang muka seolah-olah memberi isyarat penolakan bahwa kehadiran orang itu sangat tak diinginkannya saat itu. Tanpa bersuara sedikitpun, ia kemudian bangkit untuk pindah ke bangku taman yang lain, menjauhi orang yang baru saja mendekatinya itu. Sungguh, ia tak ingin satupun orang melihat kerapuhan dirinya itu.

Sesaat sebelum ia duduk lagi, sekilas ia melirik ke arah orang yang menegurnya tadi. Ia bisa melihat orang itu tetap duduk diam di bangku yang ia tinggalkan tadi sambil terus memandanginya. 'Untuk apa anak itu menemuinya?!' tanyanya sinis dalam hati. Ia hempaskan tubuhnya ke bangku panjang di taman Rumah Sakit itu. Emosinya kembali bergejolak kuat.

Dia benar-benar merasa tak ingin disapa. Dia tak perlu ditemani. Tak perlu dikasihani. Jadi buat apa anak itu menemuinya?! Apa buat sebaliknya? Buat mencibirnya? Buat menasehatinya? Buat memarahi kebodohan yang ia lakukan? Buat menertawakan kebodohannya?! Ya! Dia tau, dia bodoh. Dia orang yang tak berguna. Dia hanya orang yang bisa membawa celaka. Pembuat onar. Pembuat masalah. Pembuat malu keluarga. Dia tak pantas dikasihani. Tak pantas dirangkul. Tak pantas diperlakukan dengan baik. Benar-benar tak pantas....

Segala pergolakan batin itu semakin membuatnya semakin bergetar. Emosinya begitu leluasa meremuk-remukkan perasaannya yang tengah begitu rapuh. Air mata itupun semakin deras mengalir di pipinya. Membuat tubuhnya yang tengah rapuh itu bergetar hebat tak terkendali. Tapi tiba-tiba ia merasa tubuhnya agak terasa hangat. Sesuatu telah mengerudungi badannya. Hangat.

"Jangan suka siksa diri loe kaya gitu"

Kembali lagi suara itu hadir. Suara dari orang yang sama yang menegurnya sebelumnya. Tapi ia kini tetap terdiam. Emosinya yang begitu menguras jiwanya telah membuatnya merasa sangat lelah. Dan ia biarkan saja akhirnya orang itu duduk di sampingnya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang