PROMISE - Part 51: Keputusan Akhir

223 12 0
                                    




-------------3am---------------

Kalau ada kata yang lebih dari kata bahagia, mungkin itu yang bisa menggambarkan hatinya saat ini. Ify memutar memorinya perlahan. Tadi siang di sekolah dia sudah mendapat kabar bahagia dari wali kelasnya kalau pengajuan beasiswanya masuk sekolah impiannya setelah lulus SMP sudah lulus seleksi. Kemudian dia dikejutkan lagi dengan kedatangan sosok yang sangat spesial dan sangat ia rindukan, yang hari itu tiba-tiba saja menjemputnya sekolah. Tuhan memang terlalu baik bagi dirinya hari ini. Mungkin ini jawaban Tuhan bagi kesabarannya selama ini, pikir Ify dengan segurat senyum bahagia di wajahnya.

Ify segera berkemas. Sanggar sudah sepi saat itu. Ify melihat di dalam sanggar hanya tertinggal Cakka dan Dayat yang masih sibuk berkutat dengan alat-alat musik persiapan mereka untuk lomba sanggar.

"Cakka, Dayat! Gue duluan yaa" pamit Ify.

"Eh iya Fy, hati-hati" sahut Cakka diikuti anggukan Dayat. Ify pun keluar sanggar. Di teras, Ify melihat Gabriel tampak termangu sendiri. Sebuah memori singkat beberapa waktu lalu kembali menyeruak di benak Ify. Memori bagaimana tadi sore Gabriel tiba-tiba menghampirinya dan memuji lagunya, lalu mereka bermain musik bareng. Sebuah interaksi yang kaku dari mereka berdua. Memang aneh rasanya ketika harus kembali memulai kata dengan orang yang sudah lama tak bertegur sapa. Kerenggangan hubunggan antara mereka yang entah bagaimana terjadi, membuat mereka jadi sama-sama bersikap canggung. Tapi Ify bersyukur musik mencairkan suasana. Dan hati kecilnya tak bisa bohong kalau dia merindukan keakraban ini walau hanya sesaat.

DRRR... Ada sebuah panggilan di ponselnya.

"Aku di depan nih, Fy"

"Iya, tungguin ini mau keluar"

Ify menutup ponselnya. Tampak di depan pagar penjemputnya sudah datang. Ify menghela nafas sesaat. Rasa rindu itu kembali ia tenggelamkan. Dia tak boleh membiarkan rasa itu berlarut-larut. Ada janji hati yang tak boleh dia langgar. Lagipula masih banyak prioritas dan target impian yang harus lebih ia pikirkan ketimbang memikirkan masalah hati yang tak pernah jelas kemana arahnya ini.

"Yel, gue balik duluan yaa" pamit Ify saat melewati Gabriel. Sesaat mereka bertatap muka, Ify menyunggingkan seulas senyuman tipis. Segelitik desiran hati yang menyeruak itu dia coba kembali tenangkan. Entahlah, perasaan aneh yang sudah ia coba lupakan beberapa minggu terakhir itu, seakan kembali begitu cepat berkat kebersamaan singkat mereka di ruang musik sanggar tadi. Sebuah kelemahan hati yang tak boleh terulang pikir Ify. Ify segera mengalihkan pandangan dan berjalan berlalu.

"Ify!" Baru beberapa langkah, ia mendengar Gabriel memanggilnya. Ify pun berbalik menoleh, dan ia menjumpai rona wajah Gabriel yang agak berubah. Ada sinar kegelisahan disana. Entah apa yang tengah ia pikirkan.

"Kenapa Yel?"

"Gue boleh gak pake lagu lo?"

"Buat apaan?"

"eee... Gue... Gue mau pake lagu lo buat..." terlihat gestur tubuh Gabriel yang tidak nyaman. Kening Ify sedikit mengerut.

"Gue... gue mau nembak Sivia... Lo ngerestuin kan?" tutur Gabriel cepat yang seketika membuat hati Ify terasa terhantam ombak. Ify sesaat terdiam sembari mengendalikan hatinya.

"Fy?" Gabriel menatap Ify dengan ragu.

"Hah, yang serius lo?" sahut Ify mencoba mengontrol keterkejutannya.

"Eee... Ya serius lah! Bolehkan gue nembak sohib lu pake lagu lo tadi?"

"Hhmm... Asal lo gak jadi Playboy aja! Hahaha" sahut Ify cepat sembari tersenyum lebar menutupi degupan kencang hatinya. Dia memalingkan wajahnya sesaat, menatap penjemputnya yang kini telah melambai kepadanya sembari tersenyum.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang