PROMISE - Part 29: Street Mission

179 11 0
                                    


--------------3am--------------

Seperti rencana mereka kemaren, anak-anak sanggar sepakat bersatu, guna melakukan suatu misi simpatik buat Dava. Sebuah misi untuk mewujudkan mimpi Dava untuk memperoleh kakinya kembali, walau dalam bentuk kaki palsu. Walau mungkin itu sebuah mimpi yang cukup berat tuk digapai anak-anak biasa seperti mereka, tapi mereka yakin. Selama ada kemauan, Tuhan pasti kasih jalan buat mereka.

Berdasarkan hasil rapat kemaren, mereka sudah siap dengan beberapa rencana untuk hari itu. Dan pagi itu, mereka semua sudah berada di taman kota yang terlihat sudah banyak dipenuhi masyarakat kota.

"Wahh... Ladang duit banget nih coy...." komentar Patton saat melihat keramaian itu. Bazar. Itulah alasan kenapa taman kota terlihat jauh lebih dipadati pengunjung. Alasan itu juga yang menjadi dasar ide Dayat untuk memanfaatkan keramaian itu untuk berjualan di sana. Itulah misi pertama mereka. Menjual barang-barang. Dan Dayat, Zahra, Irsyad, Cakka dkk telah sepakat merelakan barang-barang pribadi mereka, yang masih bagus tentunya, untuk di obral di sana.

"Bagus kan ide gue..." sahut Dayat sambil terus menurunkan beberapa kardus barang dari mobil Iel. Anak-anak lainnya juga terlihat sibuk membantu menurunkan barang dan mempersiapkan segalanya. Mereka berencana tak menjual barang-barang mereka di dalam area bazar karena memang tak memungkinkan. Tapi mereka masih bisa cari rezeki di area luar yang juga tampak begitu banyak di penuhi pedagang-pedagang kaki lima lainnya yang tak mau kalah mengais rezeki di lahan basah itu. Mereka menggelar dagangan di dekat parkiran mobil Iel itu.

"Waduh... Yakin loe yel mau jualin barang-barang ini.. Barang-barang bagus nih yel... Gue aja deh yang beli kalau di jual..." komentar Sion saat melihat barang-barang bawaan Iel di bagasi mobilnya.

"Buat loe gue jual 500 ribu.." sahut Iel enteng tanpa menghentikan aktivitasnya membereskan barang-barang jualan mereka.

"Jiah mahal banget..." kata Sion sambil ngutak-atik barang incerannya.

"Lagian inikan buat amal... Dosa loe yang segungung atas kejailan loe tuh, harus diimbangin Yon, jadi loe kudu banyak-banyak beramal... Kalau ga mau, ya udah... Sana! Ga usah ngerecokin!" sahut Iel lagi sambil ngerampas barang yang ada ditangan Sion

"Ah loe yel, sama temen gitu..! Pake ngeledekin gue lagi!" sewot Sion. 'Kalau gue tuker sama rahasia loe boleh?' bisik Sion ke Iel. Iel yang di bisikin gitu langsung melotot. 'Awas aja kalau loe berani ngingkarin perjanjian kita! Loe pernah ngerasain gimana enaknya dimasukin karung, trus di bejek-bejek, trus di masukin mesin cuci, di puter-puter... trus di pulas, di pelintir-pelintir sampe kering?!' bisik Iel tajam ke Sion. Sion langsung nelen ludah, lalu nyengir ke arah Iel. 'Kaya cucian donk yel...' lirih Sion. Iel mengangguk mantab dengan tatapan mengancamnya itu. 'Mau loe? Kalau mau ayo sini, sama gue!' bisik Iel lagi. Sion langsung menggeleng-geleng. 'Hehe.. Peace yel...', bisik Sion lalu segera kabur menjauh dari sana. Iel cuma tersenyum geli liat tingkah Sion itu, lalu kembali sibuk berbenah. Ditengah mereka menyiapkan barang-barang itu, Iel memperhatikan teman-teman yang lainnya itu. Lalu ia mendekati Cakka.

"Cakk.. Apa ga lebih gampang gue minta bantuan papa gue buat bantu Dava...." bisik Iel. Cakka langsung menggeleng lalu menatap tajam ke arah Iel.

"Sori yel... Bukannya ga mau ngehargai niat baik loe... Tapi, gue pikir mereka semua pasti bakal jauh lebih ingin membantu Dava dengan hasil kerja keras mereka sendiri... Jadi, beri kesempatan mereka semua ngasih sesuatu buat saudaranya... Loe ga mau matahin rasa berbagi mereka kan?" ucap Cakka. Iel melirik ke arah teman-teman lainnya yang tampak begitu bersemangat mengerjakan rencana mereka itu. Sesaat ia terdiam, meresapi maksud kata-kata Cakka itu. Lalu Cakka menepuk pundak sahabatnya itu, dan sambil tersenyum dia kembali berucap.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang