PROMISE - Part 45: Sebuah Kenyataan

175 12 0
                                    



--------------------3am--------------------

Hari itu hari yang cukup menyenangkan bagi Obiet. Pertama pertemuannya dengan Cakka dan Ify barusan sangat menyenangkan. Diskusi mereka bersama ayahnya Cakka benar-benar mampu menginspirasi merka semua dan membuka ide-ide cemerlang lainnya. Dan kini mereka punya satu rencana yang cukup bagus untuk persiapan mereka mengikuti lomba antar sanggar tersebut.

Dan yang kedua tentu saja yang akan ditujunya sekarang. Operasi bundanya. Yap, bundanya akhirnya akan di operasi hati ini. Berkat bantuan papa angkatnya Angel, bundanya bisa di operasi dari tumor yang bersarang di perutnya itu sekarang. Bahkan tak tanggung-tanggung, pak Darma memasukkan ke sebuah rumah sakit yang tebilang cukup bagus di kota itu agar bunda bisa mendapat perawatan yang maksimal. Dan Obiet sangat berharap, bundanya bisa sembuh 100% seperti sedia kala setelah menjalani operasi ini.

Obiet pun segera melangkah memasuki halaman rumah sakit yang tampak begitu banyak orang yang hilir mudik disekitar tempat itu. Dia semakin mempercepat langkahnya memasuki gedung putih didepannya itu. Waktu operasi bundanya sebentar lagi, dan dia tak mau melepaskan sedikit saja waktu berharga ini untuk tak bersama bunda tersayangnya sebelum bundanya menjalani operasi penting itu. Tetapi sesaat sebelum memasuki lobi utama, matanya mengekor sesosok yang lumayan dikenalnya.

"Itu kan....."

Tapi sosok itu begitu cepat tertelan kerumunan orang di lobi itu. Obiet sesaat terdiam menyakinkan akan penglihatannya.

"Bener gak ya?" gumamnya. Sesaat kemudian dia menggeleng pelan dan melirik jam tangannya. 15 menit lagi bundanya dijadwalkan masuk ruang operasi. Dia harus segera menuju ruangan bundanya di rawat jika masih ingin bertemu dengan bundanya sebelum di operasi. Obiet pun akhirnya segera melangkah meninggalkan lobi itu menuju lantai 2 tempat dimana bundanya yang mungkin telah menantinya.

--------------------misst3ri--------------------

Brak!

Pintu kamar itu dibuka dengan sedikit terburu-buru. Akhrinya Obiet bisa juga menjumpai bundanya yang sebentar lagi menuju meja operasi itu. Dengan nafas yang masih agak tersengal-sengal, Obiet menyapu pandangannya ke penjuru ruangan. Sepertinya dia sudah begitu telat sampai disana. Tapi syukurlah sang bunda belum di bawa ke ruang operasi.

"Akhirnya datang juga loe Biet" tegur Debo yang tampak sudah berada di ruangan itu bersama Rahmi, Angel dan juga kedua orang tua angkatnya, pak Darma dan bu Darma, serta anak tertua Bunda, Mas Oki, yang kini telah kuliah datang menemani. Obiet tersenyum menyapa ramah semua orang disana, lalu segera mendekati sang bunda.

"Udah beres urusannya Biet?" Tanya bunda ramah. Obiet mengangguk sambil tersenyum pada bundanya. Perlahan ia mendekat dan duduk pinggir tempat tidur sang bunda.

"Bunda... Udah siap kan?" tanyanya lembut.

"Iya sayang... Doain bunda ya..."

"Pasti bun. Bunda yang kuat ya, semua pasti bakal berjalan dengan sempurna. Doa terbaik kita buat bunda selalu..." lirih Obiet. Sesaat Obiet dan bunda hanya saling pandang. Jemari tangan Obiet menggenggam hangat tangan sang bunda seakan-akan ingin mengalirkan segala kekuatannya untuk sang bunda.

Bunda tersenyum bahagia mendapatkan perhatian yang begitu tulus dari anak asuhnya itu. Obiet selalu begitu spesial di hatinya. Karena anak itu telah ia rawat hanya beberapa jam pasca kelahirannya. Jemari yang menggenggam erat tangannya itu, seakan menguak ingatannya kembali akan sentuhan hangat jemari kecil Obiet dulu saat pertama kali ia kendong. Dan mulai detik itu juga dirinya tlah meletakkan sebagian hatinya untuk anak itu. dan ketika tangan mungil itu telah tumbuh menjadi jemari kokoh yang menggenggam tangannya dengan penuh kehangatan, dia tau cinta dan kasih sayang anak itu semakin kuat mengikat hatinya, dan takkan pernah bisa ia hapus dari dirinya. Karena dirinya tau, kasih sayangnya tlah begitu mendarah daging tercurah pada anak itu. Selamanya, takkan terlekang oleh apapun.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang