PROMISE - Part 42: Akal Severus

208 12 0
                                    

---------------------3am-----------------

Aktivitas di kafe itu terus terlihat begitu padat walau hari telah mulai menuju penghujung senja. Hingar-bingar suara obrolan dari para pengunjung terdengar dari tiap sudut café itu, seakan tak mau menyisakan satu sudut pun tanpa kebisingan dan keramaian. Tapi, keadaan itu tampaknya tak mampu mengusik keheningan dua sosok yang kini tengah duduk berhadapan di salah satu meja kafe itu. Sivia dan sang pangeran misteriusnya, Severus.

Sivia duduk membatu, tak bergerak, dan tak jua berekspresi apa-apa. Ia seolah-olah tersihir dengan sosok yang ada di hadapannya itu. Dirinya berada diantara keterpanaan, terperangah, kaget, syok, gugup, tapi juga perasaan lega karena telah menjumpai sang pangeran misterius dunia mayanya itu. Tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari bibirnya sejak matanya menjumpai sosok yang misterius tapi sangat ia nantikan itu. Begitu pula dengan sosok di depannya itu. Sejak menegur Via, kemudian mengajak Via yang telah terperangah membisu itu ke salah satu meja di café, dia juga hanya terus diam, seolah-olah melengkapi kesunyian diantara mereka. Hanya matanya yang terus menatap Via, mengawasi kegugupan dan tingkah serba salah Via yang terus mengundang senyumnya itu.

Tapi kesunyian diantara mereka akhirnya terpecahkan oleh sebuah dering keras dari HP Via yang tergeletak di atas meja café. Via yang sontak tersadar, segera meraih HPnya dengan sedikit gelabakan dan sontak langsung memutuskan panggilan dan mematikan HPnya. Melihat kelakuan Via itu, kening orang di hadapananya itu sedikit mengerut.

"Kok dimatiin? Kenapa gak diangkat?"

Via hanya melirik orang dihadapannya itu sesaat, lalu menghela nafas. Dengan kondisi yang tengah dihadapinya itu, kegugupan, ketegangan, dan rasa kaget yang masih mendera hatinya, jelas saja membuatnya tak mampu lagi untuk tenang dan berpikir jernih. Bahkan panggilan yang baru saja masuk tadi, yang entah dari siapa, langsung ia matikan karena ia tak mampu mengendalikan ketegangan sekaligus kepanikan dalam dirinya.

Via sekali lagi menghirup udara dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan, berharap itu mampu membuat dirinya merasa lebih tenang. Setelah dirasa jauh lebih tenang dan lebih siap menghadapi sosok didepannya itu, Via pun kemudian mengangkat wajahnya dan memandang lurus sosok dihadapannya.

"Jadi...... Loe Severus?" ucap Via pelan. Cowo dihadapannya itu hanya tersenyum, lalu mengangguk pelan. Via menggeleng pelan. Rasa ketidakpercayaan masih mendera kuat di dirinya.

"Kok bisa? Loe kan gak pake baju harry potter! Loe... loe.... Loe mau ngerjain gue ya?!" kata Via lebih tegas sekarang. Tapi, cowo dihadapannya itu hanya tertawa kecil.

"Kali ini gue bener-bener gak ngerjain loe deh Vi... Lagian gue kan udah pake baju berbau harry potter"

"Mana buktinya? Di baju loe gak ada logo harry potter atau apapun!" omel Via, "Loe bohongin gue kan?! Di baju loe tuh cuma ada gambar singa.........." Tiba-tiba Via menghentikan kata-katanya, dan matanya membulat ketika pandangannya membukakan pikirannya. Tak lama, Via langsung membuang pandangannya, lalu mendesah pelan sambil mengutuk kebodohannya dalam hatinya. Lagi-lagi cowo dihadapannya itu tertawa kecil melihat tingkah Via yang tampak telah menyadari kesalahannya.

"Kenapa loe? Baru sadar? Ini emang gambar singa, tapi loe lupa, ini logo apa? Gryffindor, asramanya Harry Potter di Hogwarts... Gue gak bohong kan?" ucap cowo itu dengan nada penuh kemenangan. Yak, cowo dihadapan Via itu adalah sosok cowo berbaju merah dengan gambar singa di dadanya, yang sebenarnya telah bersama Via dari berpuluh-puluh menit yang lalu. Dia Riko. Dan kenyataan inilah yang membuat Via akhirnya tak berkutik lagi. Dia telah terjebak dengan orang yang tak pernah ia sangka-sangka dan tak ia harapkan sebenarnya. Setelah itu keheningan kembali mengisi detak waktu yang terus berjalan itu.

"Baru tau gue, ternyata loe aslinya gitu ya.... Munafik banget loe di sekolah...." Ucap Riko memecah kebisuan diantara mereka. Lagi-lagi Via hanya mampu mendesah pelan tanpa bisa melawan. Posisi dia benar-benar telah skak mat sekarang. Pikirannya benar-benar sudah buntu untuk memikirkan bagaimana menyelamatkan dirinya dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin bakal dilemparkan Riko kepadanya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang