PROMISE - Part 18: Di Sudut Kota Itu

179 15 0
                                    


-------------3am------------

Rumah Olin memang berada di dekat bantaran sungai. Makanya saat ada hujan turun deras, rumah mereka sangat rawan untuk kemasukan air limpahan dari sungai yang kebetulan ada tepat di belakang rumahnya. Apalagi hujan yang begitu mendadak kemaren di tengah musim panas yang tampak tak akan menunjukan turunnya hujan. Dan ketika tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, keluarga Olin pasti tak sempat berbenah, menyiapkan untuk menghadapi itu semua.

Setelah menempuh perjalanan, melewati beberapa jalan besar, lalu mereka mulai memasuki kawasan perumahan. Mereka melewati sebuah perumahan yang agak elit, tapi bukan kesana tujuan mereka. Mereka terus dan melewati sebuah jalan setapak di samping perumahan tersebut, dan itu mengantarkan mereka memasuki sebuah kawasan padat penduduk. Tak beberapa lama kemudian mereka mulai banyak melewati gang-gang sempit dan penuh belokan, lalu kemudian sudah mulai memasuki suatu kawasan, dimana banyak rumah-rumah yang berdiri saling berdempet satu dan lainnya. Kawasan itu agak kumuh dan mungkin agak jauh dari standar kawasan tempat tinggal yang sehat. Sangat berbeda drastis dengan pemandangan yang mereka lewati tadi, perumahan-perumahan mewah yang berdiri kokoh dengan megahnya. Sungguh pemandangan yang begitu menggambarkan, betapa lebarnya kesenjangan yang telah terjadi di negeri ini.

Tak lama kemudian, sampailah mereka di ujung jalan sebuah gang itu. Di sana ada deretan rumah bedakan, terbuat dari kayu yang tampaknya lantainya masih tergenang air karena rumah itu berada lebih rendah dari jalanan. Di salah satu bedakan itu mereka bisa menemukan orang yang sudah tak asing lagi di mata mereka. Dia Olin yang tampak sedang sibuk berkutat mengeringkan beberapa buah kasur dan perabotan rumah lainnya. Di sampingnya juga ada Patton yang turut membantunya.

"Olin! Patton! Pasukan sudah datang nih..!!" teriak Irsyad ketika mereka baru sampai sana dan mulai memarkir sepeda mereka tak jauh dari rumah Olin.

"Hei Cakk, ikut juga coy??" tanya Patton ke Cakka ketika melihat Cakka.

"Iya, kok loe disini juga??" sahut Cakka

"Yah, pake nanya, rumah gue tuh tetanggaan sama Olin coy, tuh di depan sana"

"Ohh... Tapi, rumah loe ga kebanjiran?"

"Nggak coy, kebetulan rumah gue emang datarannya lebih tinggi dari pada disini, makanya ga kena limpahan air sungai yang pasang coy. Olin dan keluarganya sering ngungsi ke rumah gue. Sekarang Dava ada di rumah gue tuh coy. Mampir ntar..."

"Boleh, ntar pas selesai bantuin beres-beres disini ya..." jawab Cakka. Patton mengangguk. Lalu mereka semua beberapa saat kemudian sudah sibuk membantu keluarga Olin dan beberapa rumah disana yang mengalami kebanjiran juga.

---------------- ------------

Di depan rumah Olin, mereka bisa melihat sebuah gerobak dengan tumpukan kardus dan plastik-plastik bekas. Ayah Olin memang seorang tukang sampah yang rutin mengambil sampah-sampah dari warga-warga di perumahan di depan sana. Di sela-sela waktunya, untuk menambah penghasilannya, beliau kadang juga menyempatkan diri untuk mencari barang-barang bekas yang masih bisa dijual. Sampah-sampah hasil dari kumpulan sampah yang dia ambil dari rumah-rumah warga, beliau kumpulkan di rumah lebih dulu untuk memilah-milah barang yang kira masih bisa di jual. Setelah selesai, barulah sampah-sampah itu di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir. Jadi, tak heran, di depan rumah Olin tampak banyak barang-barang bekas dan sampah-sampah yang menumpuk disana, menunggu untuk disortir. Tapi akibat hujan kemaren, beberapa sampah dan barang-barang bekas hayut dan terhambur di sekitar sana. Tapi itu semua tampak sebagian besar sudah di bereskan karena Olin dan Patton yang sedari tadi sudah membersihkan dan mengumpulkannya kembali. Anak-anak pun tanpa banyak bicara, langsung turun tangan, mulai berpencar, membantu orang-orang sana untuk berbenah. Ga hanya rumah Olin, tapi turut membantu rumah-rumah tetangga Olin yang kebetulan mengalami hal serupa. Dayat membantu tetangga Olin yang tampak kerepotan mengeringkan air yang masih menggenangi rumahnya. Oik dan Zahra membantu ibunya Olin di dalam rumah. Semua sudah sibuk terlibat aksi gotong-royong itu. Begitu juga Cakka, kini dia sedang mencoba membantu Patton menjemur kardus-kardus bekas yang basah, tak jauh dari Olin dan Irsyad yang sedang berkutat dengan sampah-sampah di sana, sampah dari kumpulan ayahnya maupun sampah imbas dari limpahan sungai, sisa banjir kemaren itu.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang