6

2.2K 267 79
                                    


Duh, besok udah Senin aja haha.. ha.. :')
Nih aku up agak sorean, udah malem sih ya.

Makasih buat kalian yg udah vomment><
Apa apalagi komen-komen kalian, uhh you guys make me feel so high michigesseo~~

Lets go~
.
.
.
.
.


Jinyoung menggandeng Daniel masuk ke halaman sekolahnya. Sesekali bercanda sambil memperhatikan hiruk-pikuk dari para murid dan juga wali mereka yang turut datang.

Hari ini sekolah mereka mengadakan pameran lukisan yang semuanya hasil kerja anggota klub kesenian. Tidak semuanya sih, karena Jinyoung juga menyumbang dua lukisan walaupun ia bukan anggota klub seni. Ia hanya ingin, lagi pula jika ada yang tertarik untuk membeli lukisan yang dipamerkan, hasil yang didapat akan mereka donasikan untuk anak-anak di panti asuhan dan para lansia di rumah singgah.

“Dimana lukisanmu Jinyoungie?” tanya Daniel tak sabar. Ia kemari untuk melihat lukisan Jinyoung saja sebenarnya.

Lelaki manis itu bilang, setiap murid setidaknya membawa satu orang di luar warga sekolah ini untuk menghadiri pameran. Tuan dan Nyonya Lai bisa saja datang sebagai perwakilan Jinyoung dan Guanlin, tapi Daniel dengan cepat menawarkan diri untuk Jinyoung, sementara Guanlin tidak berminat mengajak siapa pun. Dia tidak tertarik sama sekali.

Jinyoung mencebik kesal, “Sabar hyung, lukisan di sini kan banyak. Kau harus melihatnya satu per satu dulu.”

“Tapi aku tidak sabar, nanti lukisanmu dibeli orang lain duluan!”

“Ey mana mungkin, lukisan yang lain banyak yang lebih keren. Tidak mungkin punyaku terjual lebih awal.”

Keduanya memasuki aula sekolah yang telah disulap menjadi gedung pameran. Jinyoung melambaikan tangannya pada kerumunan kecil yang ia kenali sebagai teman-temannya.

“Wah, lukisanmu sudah terjual, Hyunjin?” tanya Jinyoung takjub.

Di samping lukisan Hyunjin sudah dipasang sebuah tanda ‘sold’. Tapi yang heran wajah Hyunjin terlihat masam.

“Iya, tapi sepertinya aku akan membatalkannya saja.”

“Kenapa?”

“Ibu mantannya yang membeli!” jawab Daehwi yang lalu disusul tawa membahana darinya, Jeno, dan Haechan.

Jinyoung ikut tertawa begitu pula Daniel. Bocah-bocah ini  benar-benar kocak. Ia bersyukur Jinyoung mendapat teman-teman yang baik dan menyenangkan.

“Jadi ibunya Jeongin yang membeli lukisanmu?” tanya Jinyoung memastikan.

Hyunjin mengangguk, hendak menggerutu lagi tapi ia urungkan saat menyadari Jinyoung datang bersama seseorang.

“Kau bersama siapa, Jinyoungie?”

Jinyoung terkesiap lalu melirik Daniel sekilas. “Oh iya, ini Daniel hyung.. dia ini— uhm apa ya••”

Teman-temannya mengernyit sementara Daniel menunggu, mengangkat sebelah alisnya bermaksud menggoda Jinyoung yang bingung lantaran memikirkan kata yang tepat untuk mewakili hubungan jenis apa yang terjalin antara dirinya dan Daniel.

“Hyung, kau ini siapaku sebenarnya?”

Daniel tertawa gemas lalu mengusak rambut ash gray berponi itu. “Kenalkan, aku Kang Daniel. Aku sangat dekat dengan Jinyoung, jadi terserah kalian mau menggagapku siapanya.”

Daehwi dan Haechan menjerit tertahan saat melihat senyum yang setengah menyeringai dari Daniel. Untung saja Samuel dan Mark sedang tidak di sini, jadi mereka bebas ber-fangirling. Daniel sangat keren, terlihat dewasa, tampan, dan hangat. Melihatnya tersenyum membuat mereka ingin meleleh.

Belum lagi para siswa-siswi yang memang sedari tadi memperhatikan Jinyoung yang menggandeng Daniel dengan penasaran.

“Daniel hyung kekasihnya Jinyoung?” tanya Haechan penasaran.

Hyunjin dan Jeno menunggu tak kalah penasaran. Mereka berharap sih bukan. Kalau sampai iya, maka hanya mereka berdua yang jomblo diantara teman-teman sepergaulan mereka ini.

“Bukan, kok.” Jinyoung yang menjawab.

Haechan  dan Daehwi mendesah kecewa. Bagaimana bisa Jinyoung membiarkan pria seperti Daniel begitu saja? Sepertinya teman mereka satu itu perlu  dinasihati sebelum Daniel ‘sold’ seperti lukisan Hyunjin.

Jeno dan Hyunjin bersorak dalam hati, itu berarti Jinyoung masih bebas mereka dekati. Masih bisa diajak untuk menemani mereka bepergian.
Dasar, jomblo. Ngenes lagi.

Setelah mengobrol sebentar, Jinyoung dan Daniel melanjutkan kegiatan mereka menikmati lukisan-lukisan yang dipamerkan. Meninggalkan Daehwi, Jeno, Hyunjin, dan Haechan yang langsung saja menghibahi teman mereka itu.

“Menurutku Jinyoung bohong. Itu pasti pacarnya.” Haechan berujar sok tahu.

“Jinyoung bilang bukan, berarti bukan!” sahut Hyunjin tak terima yang langsung ditimpali Jeno. “Iya, lagi pula pria itu terlihat sudah dewasa.”

“Mana kita tahu kalau selera Jinyoung memang yang dewasa seperti Daniel hyung?” celetuk Daehwi. Ia lantas tertawa puas melihat Jeno dan Hyunjin yang tampak terpancing omongannya.

“Hah, sudahlah sana urus lukisanmu itu.” Lanjut Daehwi. “Tapi saranku sih biar saja ibu Jeongin membawanya.”

“Dan kau,” Haechan menunjuk Jeno dengan dagunya. “Jaemin mencarimu terus, sana temui. Aku pusing di tanyai dari tadi sampai-sampai notif dari Mark tenggelam!”

“Tidak mau, aku ingin melihat lukisan Jinyoung.” Bantah Jeno. “Aku akan membeli salah satu dari lukisan yang dipamerkannya, hehe.”

“Biar satunya lagi aku yang membelinya.”  Timpal Hyunjin.

Daehwi dan Haechan berpandangan sejenak sebelum akhirnya berceloteh panjang tentang betapa bodohnya teman mereka berdua ini.

“Sudahlah, kalian tidak usah sok bersaing dengan anak kuliahan seperti Daniel hyung. Sudah pasti kalah telak.”

“Jaemin dan Jeongin juga manis.”

Lalu keduanya— Haechan dan Daehwi berlari kecil meninggalkan Jeno dan Hyunjin sambil tertawa menyebalkan. Mereka ingin merusuhi Daniel dan Jinyoung saja, mencari tahu apakah benar dugaan mereka kalau Jinyoung dan Daniel sebenarnya berpacaran.

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang