20

1.4K 177 84
                                    


Guanlin mengernyit merasakan rasa anyir di mulutnya. Sial. Bibirnya sobek dan mengeluarkan darah— sedikit tapi rasanya sangat perih.

Ketiga temannya mendekat dengan langkah gontai. Empat orang kawanan Lucas dari SMA tetangga itu sudah tumbang, Guanlin tahu pasti walau secara fisik ketiga temannya kalah tapi jangan ragukan power dan skill mereka dalam urusan berkelahi.

“Dimana Jinyoung?” tanya Woojin yang menyusul Guanlin masuk ke ruang penyekapan itu.

Mereka kembali mencari tapi Jinyoung memang tidak ada di sana.

“Kemana Mark membawa hyungmu? Dia benar-benar setega itu melakukannya pada Jinyoung?” tanya Haknyeon tak habis pikir.

Guanlin menggeleng dan memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Lucas yang terkapar di lantai dan nyaris kehilangan kesadaran pun memungut botol kaca bekas minuman keras dan memukulnya ke dinding, menyisakan setengah bagian dengan ujung-ujungnya yang tajam.

“Selamatkan saja hyungmu itu jika kau ingin kubunuh!” ancam Lucas.

“Sudahlah, kau menyerah saja. Kelihatan sekali sifat pengecutmu itu,” kata Guanlin diikuti tawa remehnya.

Lucas yang pada dasarnya sudah nyaris collapse karena tendangan Guanlin pada ulu hatinya tak bisa lagi menahan ketika adik Jinyoung itu menendang kakinya hingga jatuh berlutut dan mencengkeram kerah bajunya.

“Kuperingatkan padamu, untuk tidak menyentuh Lai Jinyoung sedikit pun. Ini yang terakhir kalinya. Sampai kau melakukannya sekali lagi, bahkan jika kau hanya melirik Jinyoung hyungku—“

“Euhh..” ringis Lucas ketika Guanlin mengencangkan cengkeramannya. Mencekiknya tanpa ampun.

“— akan kupatahkan lehermu ini. Aku tidak main-main.”

Cekikan pada leher Lucas kian erat. Guanlin terbakar amarahnya, yang dipikirkannya adalah membuat Lucas sampai berhenti bernapas.

Tangan Lucas meraih-raih wajah Guanlin di hadapannya. Napasnya mulai terputus-putus.
Woojin yang lebih dulu bereaksi, dengan cepat ditariknya Guanlin hingga cekikannya terlepas dan Lucas terbaring lemas di tanah. Samuel mendorong bahu Guanlin cukup kuat, temannya itu kelihatan agak linglung dengan situasi yang terjadi.

“Kau nyaris membunuhnya, bodoh!”

“Itu bagus,” balas Guanlin dingin.

Dia berbalik lalu berlari kecil kembali ke depan gang. Hendak mengambil motor dan mencari Jinyoung di luar sana.

“Apa rencanamu? Mark menculik Jinyoung!”

“Tsk, dia mana berani melakukannya,” Guanlin mengenakan helmnya seraya mengingat-ingat rute jalan di sekitar situ.

“Kau yakin sekali?”

“Tentu saja bodoh, dia yang memberi tahuku kalau Jinyoung disekap Lucas di sini.”

Setelahnya Guanlin memacu kendaraan roda dua itu mengitari kompleks perumahan yang terletak di belakang sekolah, melewati jalan-jalan kecil padat penduduk hingga sampai di ujung gang bagian belakang. Seharusnya Jinyoung dan Mark belum terlalu jauh kalau mereka berjalan kaki.

“Sepertinya di arah sana, dekat jalan besar!” seru Samuel.

Guanlin yang paling depan pun menghentikan motornya dan meminta penjelasan Samuel atas arahannya.

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang