17

1.1K 177 72
                                    

I'm back~ ada yg nunggin ga nih?
Di chapter sebelumnya banyak yg ngamuk WKWKWKK sorry guys :)

Ya udhlah mending langsung saja, jan siders loh nanti aku kzl. g pdl

.
.
.
.
.


“Sadar tidak? Kau itu selalu saja dikhianati orang-orang kepercayaanmu.”


“Daehwi yang kau kira teman terbaikmu nyatanya mengkhianatimu kan?”


“Lalu Guanlin adik tersayangmu itu justru jadi sumber masalah terbesarmu. Bodoh. Bagaimana bisa dia jatuh cinta padamu hah?”


“Dan Daniel? Kau menyebutnya kekasih? Tunangan? Orang yang kau kira akan selalu ada bersama dan terus menjagamu nyatanya membuat kau terkurung di sini.”


“Bodoh! Kau yang bodoh, Jinyoung!”


“Lebih baik kau mati.”


“Tidak, tunggu saja. Sebentar lagi kau mati.”


“Kau dengar kan mereka bilang apa tadi? Kau akan jadi Junko Furuta yang kedua.”






“Turun!”


“Aku sudah berhenti. Sekarang turun.”


“CEPAT!!”


.


.


Jinyoung terbangun dari tidurnya. Bukan sekedar tertidur nyenyak. Ia pingsan.

Mata dengan manik coklat yang mengingatkan orang-orang akan makhluk lucu bernama kucing itu mengerjap beberapa kali, berusaha untuk menyesuaikan penglihatannya di tempat redup ini. Kepalanya berdenyut dan jantungnya berdegup kencang setelah terbangun dari mimpi buruk yang sayangnya adalah sebuah kenyataan yang kini sedang ia hadapi.

Rambut ash gray berponi yang biasanya tertata rapi itu kini tampak berantakan— sisa-sisa pemberontakannya yang jelas sia-sia.

Tempat Jinyoung disekap tak ubahnya bekas garasi tak terpakai, ada beberapa perkakas yang masih tergantung di dinding. Puntung rokok berserakan dimana-mana serta kaleng minuman beralkohol yang sudah kosong tergeletak di sana-sini.

Jinyoung mencoba berdiri tapi ruang geraknya terbatas. Sial. Kedua tangannya diikat pada sebuah ban sepeda motor besar yang ia yakini milik salah satu dari keempat cowok yang menyekapnya itu. Kakinya diikat dengan sebuah dasi dan mulutnya bahkan masih tersumpal sapu tangan milik berandal itu yang entah bersih atau kotor. Jinyoung ingin muntah rasanya.

Ah, ponsel. Dimana benda itu?

Ia mencari keberadaan tas punggungnya namun tak kunjung ia temukan di sekeliling tempat itu.

Jam berapa sekarang? Sudah berapa lama ia di sini?

Dilihat dari sela ventilasi di atas pintu garasi jelas kalau di luar sudah gelap. Pasti sudah malam. Ia ingin pulang. Jinyoung takut. Di sini dingin dan menyeramkan.


Dan suara berisik yang semakin mendekat dari luar pintu besi itu lebih menakutkan.


.......


Daniel tahu ia salah karena tidak bertanggung jawab menyuruh Jinyoung turun dari mobilnya begitu saja. Bahkan jika Jinyoung sendiri yang memaksa hendak diturunkan di jalan pun seharusnya ia tak menuruti.

Ini sudah pukul delapan malam dan Jinyoung belum juga tiba di rumah. Sore tadi ia dikirimi pesan oleh kekasihnya itu, mengatakan kalau ia malam ini akan menginap di rumah temannya saja. Kemungkinan bukan di rumah Daehwi mengingat Jinyoung tadi bilang ia bertengkar dengan teman sebangkunya itu.

Tapi, entah mengapa Daniel merasa tidak tenang. Terlebih ketika ia menelepon Jinyoung setelah ia menerima pesan dari kekasihnya itu ponselnya sudah tidak aktif lagi. Jinyoung pasti marah sekali padanya.

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang