5

2.3K 290 162
                                    


Aku balik~
Untuk sekarang masih bisa up rada cepet, ga tau nanti hwhw

Kalo sempet dan vomment nya banyak bakal aku usahain buat up paling ga seminggu dua kali, atau sekali yah? :v

Yodahlah itu nanti, sekarang cuss~~

.
.
.
.


Jinyoung tidak bisa menghentikan air matanya, ia takut dan sekarang dibuat semakin takut. Ia tahu ia salah tapi dia juga tidak tahu kalau akhirnya akan jadi begini.

“Hikks—  tidak, maafkan aku hh.. hikss— ayo pulang, a— aku takut, Guanlin-ah.”

“Kalau kau takut untuk apa kemari!?” tanya Guanlin.

Ia memukul dinding tepat di samping kepala Jinyoung, membuat kakaknya memejamkan mata dengan erat.
Guanlin kelihatan sangat marah. Jauh lebih menyeramkan dibanding saat Guanlin berkelahi dengan Mark beberapa waktu lalu.

“Kau mencariku hingga kemari!? Kau bodoh!?”

Jinyoung menggelengkan kepalanya cepat, masih enggan menatap mata tajam penuh emosi milik sang adik. “Aku ke sini untuk Daniel hyung..”


Ohh.. Daniel ya?


Si adik berdecih sebelum melepaskan kungkungannya pada sang kakak. Guanlin sedikit kecewa, ternyata Jinyoung tidak sepeduli itu. Ia kemari untuk mencari Daniel. Jelas saja, memangnya apa yang Jinyoung harapkan dari seorang adik yang telah memperlakukannya dengan buruk seperti Guanlin?

“Membahayakan dirimu sendiri hanya karena Daniel?” sinis Guanlin. Emosinya benar-benar berada di puncak saat ini.

Ditariknya kerah piyama Jinyoung hingga lelaki manis itu tersentak maju lebih dekat dengan dengannya. Mata dengan iris coklat itu dipaksa untuk menatap manik tajam dan gelap milik Guanlin.

“Sebegitu khawatirnya kau dengan pria itu sampai tidak sempat mengganti pakaian lagi?”

“Bu— bukan begitu. Aku lupa— akhh••” Jinyoug tercekat saat Guanlin mengeratkan cengkeraman pada kerahnya, rasanya seperti dicekik. “Sakit— Uhh, Guan••”

Guanlin tak menggubris Jinyoung bahkan sampai wajah sang kakak memerah karena cengkeramannya yang terlalu kuat hingga tanpa sadar mencekik leher jenjang lelaki manis itu.

Matanya menelusuri wajah tampan nan manis milik Jinyoung yang sudah lama tak ia lihat. Wajah yang masih sama dengan terakhir kali Guanlin lihat saat 5 tahun lalu— kakaknya seperti tidak menua, padahal ia sendiri mengalami banyak perubahan.

“Guan— ukhh.. sakithh••”

Jinyoung menepuk-nepuk tangan Guanlin yang masih mencengkeram kerah piayamanya. Tapi Guanlin seolah tidak di sana, pikirannya melayang entah kemana. Mengamati wajah Jinyoung yang amat ia rindukan, lalu pandangannya berhenti di bibir tipis sewarna cherry milik kakaknya yang terus merintih kesakitan.

Guanlin mengangkat sebelah ujung bibirnya, menampakkan seringai yang membuat Jinyoung bergidik. Setelahnya ia meninggalkan Jinyoung sendiri untuk kembali ke meja bar.

“Ikut aku!”

Guanlin menggeret Jinyoung setelah kembali dari bar, menyusuri lorong yang di kiri-kanannya banyak terdapat pintu-pintu. Mereka berhenti di depan pintu yang terletak di paling ujung. Guanlin membuka pintu itu dengan sebuah kunci lalu mengisyaratkan Jinyoung untuk masuk.

“Kita pulang saja, Guan. Ini sudah malam—“

“MASUK!” bentak Guanlin. Jinyoung mengkeret di tempatnya lalu perlahan melangkahkan kakinya ke dalam ruangan tersebut.

“Untuk apa kita ke sini?”

“Tentu saja aku harus ‘menghajarmu’ lebih dulu kan?”

Jinyoung sontak berbalik seraya menggelengkan kepala. Ia ingin keluar dan langsung pulang saja. Terserah dengan Daniel pokoknya ia ingin pulang, Guanlin membuatnya semakin ketakutan.

“Tidak, Guan. Jangan hajar aku, aku tidak sekuat Mark yang bisa menahan pukulanmu.. aku— aku tidak bisa bela diri. Jika kau memukulku sekali saja mungkin aku sudah pingsan.” Cerocos Jinyoung cepat. Ia tidak peduli dan hanya mengatakan yang sebenarnya, ia pikir mungkin saja Guanlin akan mengasihaninya.

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang