12

1.6K 224 85
                                    

Maaf aku baru sempet updateㅠㅠ ini pun disempet"in
Semoga chapter ini ga ancur" bgt yaa
Jan lupa vomment nya loh :))
Okeyyy
.
.
.
.

Tepat saat Jinyoung kembali ke kelas, Jeno merangkulnya akrab membuat lelaki manis itu berteriak kaget. Saat ia tiba di kelas— setelah insiden kopi Donghan kelasnya sudah ramai, tidak seperti saat ia baru datang tadi.

Dilihatnya Hyunjin mendekat sambil memegang penghapus papan tulis.

“Ada apa dengan wajah cemberutmu itu, hm?” tanya Hyunjin. Jeno jadi melepas rangkulannya lalu ikut mengamati wajah tertekuk Jinyoung.

“Tumben kau tidak pakai seragam lengkap? Dimana sweatermu?” kini Jeno yang bertanya.

Jinyoung tak menjawab, lebih memilih untuk duduk di bangkunya. Bangku di  sebelahnya masih kosong, setelah mengobati Jinyoung, Daehwi segera pergi ke kantin untuk sarapan dan menyuruh Jinyoung langsung kembali ke kelas saja.

“Sudah mengerjakan tugas Fisika belum?” tanya Hyunjin berbalik antusias ke meja belakang, tempat Daehwi dan Jinyoung duduk.

Jinyoung menggeleng. “Aku lupa kalau ada tugas.”

“Ey, tentu saja~  kau kan baru saja melewatkan satu malam istimewa dengan pacarmu.”

“Kalimatmu ambigu sekali, bodoh!”

Jeno dan Hyunjin mulai menggoda Jinyoung soal pertunangannya dua hari lalu. Jinyoung sendiri tidak terlalu mendengarkan ocehan kedua sahabatnya itu.

Ini hari Senin. Bahkan satu fakta itu sudah membuat Jinyoung enggan bersemangat. Lalu di pagi yang seharusnya ia jalani dengan penuh semangat ini justru semakin dirusak oleh kelakuan menyebalkan Donghan. Karenanya Jinyoung harus terpaksa memakai kemeja seragam Guanlin yang— heol, tentu saja kebesaran untuk tubuh kecilnya.

Fokusnya teralih pada ponsel yang ia letakan di atas meja. Benda itu bergetar bersamaan munculnya nama Daniel di layar.

“Aww~ Bear menelepon, bung.” Jeno tersenyum jahil sambil menggerakkan alisnya naik turun.

“Itu aku sebenarnya yang menelepon,” celoteh Hyunjin ngawur. “Sebenarnya pertunangan Jinyoung dan Daniel hyung itu hanya samaran untuk menutupi pertunangan sebenarnya antara aku dan Jinyoung.”

“.. oh waw.. mimpimu semalam indah sekali ya.”

“Sialan.”

Jinyoung meninggalkan keduanya untuk mengangkat telepon. Ia berdiri di luar kelas, memperhatikan gedung seberang— tepatnya kelas Guanlin.

“Halo, Nielie—“

“Kau baik-baik saja!?”

“Apa? Apa maksudmu, hyung?” tanya Jinyoing kaget.

“Anak itu mengganggumu lagi, kan?” sergah Daniel. Kentara sekali kekhawatiran dalam ucapannya. “Bilang padanya untuk bersiap-siap karena dalam dua hari aku akan membuatnya terbaring di rumah sakit!”

Jinyoung terbelalak kaget. Pasti Donghan, kan, yang dimaksud Daniel? Bagaimana bisa Daniel mengetahuinya secepat ini?

“Hyung, bagaimana kau— maksudku, apa yang kau bicarakan?”

“Tidak perlu berbohong, aku tahu Jinyoungie. Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?”

“Tidak, aku baik-baik saja. Hyung tidak perlu membuatnya masuk rumah sakit atau langsung ke pemakaman sekaligus.” Jinyoung pasrah.

Berbohong sepertinya percuma karena mungkin Daniel punya mata-mata untuk mengawasinya di sekolah. “Kali ini ada Guanlin. Dia sudah membalas Donghan dengan cara yang sama dengan yang Donghan lakukan padaku.”

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang