23

869 72 50
                                    

Ada yang nungguin..?
Mungkin udah pada lupa juga ceritanya gimana ini huhu, mianㅠㅠ

.

.

.

.

Pagi-pagi sekali bahkan saat matahari belum muncul sepenuhnya. Karavan mewah itu sudah terdengar ramai. Daehwi yang membawa vacuum cleaner dari rumah sibuk membersihkan debu di sana, merapikan beberapa perabotan dan lainnya. Hyunjin dan Jeno berada di luar, memangkas rumput tinggi yang mengganggu juga membuat jemuran— mengingat Jinyoung pasti akan cukup lama tinggal di sini.

Jinyoung yang bangun tidak lebih cepat dari kedatangan ketiga temannya itu nyaris tidak dapat berkata-kata. Sungguh, ia bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang sebaik mereka. Padahal kemarin pikirannya masih amat berkecamuk, takut ketiga teman baiknya itu justru meninggalkannya karena merasa jijik. Syukurlah itu hanya ketakutannya sendiri.

“Hwi, aku membuatkanmu susu. Ini kesukaanku, jadi aku tidak tahu apa kau juga menyukainya.”

Jinyoung meletakkan segelas susu di meja dekat Daehwi. Pemuda berambut oranye itu menoleh dengan senyum cerah, mematikan mesin penyedot debu di tangannya yang bunyinya sedikit mengganggu. “Aku pasti suka, terima kasih sudah repot-repot, Jinyoungie.’

“Aku yang terima kasih, dasar bodoh.” Jinyoung terkekeh tapi entah mengapa sorot matanya membuat Daehwi merasa terluka.

“Kalau begitu aku ke depan dulu ya,” pamit Jinyoung cepat ketika merasa Daehwi ikut menyadari perubahan ekspresinya.

“Selamat pagi!”

Sapaan Jinyoung menghentikan kegiatan Jeno dan Hyunjin. Kedatangan Jinyoung yang kini tengah menuruni dua anak tangga karavan dengan membawa sebuah meja kayu kecil membuat mereka berteriak heboh seraya menjatuhkan alat berkebun mereka dengan segera.

“Lai Jinyoung kau sedang apa sih!” omel Jeno merebut paksa meja kecil yang dibawa Jinyoung dan meletakannya di halaman berumput.
Sementara Hyunjin menuntun Jinyoung turun dari karavan dengan hati-hati.

“Kenapa memangnya? Ada apa?” Tanya Jinyoung tak mengerti, ikut panik lantaran reaksi kedua temannya itu.

“Jangan bawa yang berat-berat! Kau duduk saja di dalam!”

Kali ini Hyunjin yang mengomel. Menahan kembali Jinyoung yang hendak masuk mengambil nampan dengan dua gelas susu yang masih di dapur.

“Biar aku yang ambil.”

“Kalian berlebihan.”

Jinyoung terkekeh geli. Membiarkan Jeno melakukan pekerjaannya dan Hyunjin yang kembali dengan dua gelas susu.

Sebuah jemuran yang tidak terlalu besar sudah berdiri kokoh lengkap dengan beberapa jepitan penahan pakaian di tali yang terbentang.

Jinyoung rasanya ingin menangis saja, melihat betapa teman-temannya mengurusnya dengan baik. Memikirkan segala kebutuhan kecilnya yang bahkan Jinyoung saja tidak tahu apa saja yang ia butuhkan. Ia bertemu orang-orang baik di sini dan itu membuat Jinyoung justru merasa jahat, dirinya justru menyakiti seseorang yang juga tak kalah menyayanginya.

“Dimana Guanlin?” tanya Jeno yang tengah berjongkok memangkas rumput.

“Sedang mandi,” jawab Jinyoung singkat.

“Kau juga mandi sana, masih bau iler begitu,” ledek Hyunjin.

Jinyoung mendengus kesal. Ia memang belum mandi, bahkan masih mengenakan piyama tapi ia tidak bau tuh!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang