7

1.7K 257 51
                                    


Guanlin membungkukkan tubuh untuk keluar dari mobil andalannya yang beratap rendah, menyambut high five penuh rasa bangga dari ketiga sahabatnya. Senyum angkuh tak lupa ia sunggingkan saat lawannya yang baru turun dari mobil meliriknya sinis.

Pasti sangat mengesalkan sekaligus memalukan saat kau selaku pihak yang mengajukan tantangan justru kalah dari lawan yang kau anggap tak lebih hebat darimu.

“Kau melakukan comeback yang luar biasa, Guanlin!” puji Samuel. Lelaki berwajah khas benua barat itu menepuk-nepuk bahu Guanlin kuat.

Haknyeon dan Woojin juga di sana. Mereka memang selalu hadir jika salah satu dari mereka turun ke sirkuit untuk sebuah balapan. Hari ini Guanlin memenangkan pertandingan ilegal itu melawan teman Haknyeon— setelah beberapa lama ia tidak turun ke arena balap. Itu berarti ia akan mendapat sejumlah uang untuk bersenang-senang.

“Aku tidak mau tahu, besok kau harus menraktir anak sekelas makan-makan!” seru Samuel. Tapi Haknyeon dan Woojin tampak tidak setuju.

“Kalau begitu kami tidak termasuk, dong!”

Guanlin menghela napas jengah sebelum memukul temannya satu per satu. “Kalian sudah ribut saja, memangnya aku mau? Permintaan kalian terlalu payah. Begini saja, besok malam di pub dekat motel depan sana, bagaimana? Aku yang bayar.”

Ketiganya lantas berpandangan. Penawaran yang amat sangat menggiurkan. Tapi, setiap kali mereka melakukan kenakalan semacam itu, pasti perasaan mereka tidak tenang. Layaknya bocah lugu yang berlagak sok nakal hanya demi image.

“Tidak bisa, Hyungseob akan marah kalau dia tahu.” Jawab Woojin yang diangguki oleh Samuel. “Iya, Daehwi juga. Akhir-akhir ini dia sudah curiga kalau aku ikut balapan lagi.”

Guanlin akhirnya menatap Haknyeon, menunggu jawaban. “Yah.. kalau aku kau tahulah. Tidak ada yang akan marah— iya, iya aku kan tidak punya pacar seperti kalian! Wajah kalian tidak usah meledek begitu dong!!”

Ketiga temannya lantas terbahak. Guanlin menepuk bahu Haknyeon, sok simpati.

“Aku lupa, aku kan juga tidak punya pacar sekarang. Kau tidak sendiri kok.”

“Kau baru putus dengan Doyeon, itu berarti masih tersisa empat.” Ujar Woojin malas— sekedar mengingatkan jika Guanlin lupa. Nyatanya memang benar, Guanlin bahkan tidak ingat kalau ia pernah jadian dengan empat lainnya

Candaan keempatnya terhenti saat dari kejauhan terdengar sirene polisi. Para pembalap dan penonton yang tadi masih meramaikan pinggiran track balap itu berhambur pergi dengan kendaraan mereka.

Guanlin melompat masuk ke dalam mobilnya, menjalankan kendaraan tangguh itu menjauh dari track balap. Samuel yang membawa motor sudah lebih dulu menghilang dari sana, diikuti Woojin yang membonceng Haknyeon.

“Lai Guanlin! Kau oke??” teriak Haknyeon nyaring saat Guanlin mengangkat panggilan masuk dari temannya itu.

“Iya, kau tenang saja!” jawab Guanlin. Kakinya menginjak pedal gas dalam-dalam tanpa pernah mengendurkannya sedikit pun sejak ia menjalankan kembali mobilnya itu.

Sirene dari mobil patroli polisi sayup-sayup terdengar lebih nyaring dari sebelumnya, Guanlin mengecek dari kaca spion.

“Oh, shit! Mereka tahu arahku!”

“Keluar dari jalan utama, bodoh!” maki Haknyeon. “Setelah itu kau putar balik ke arah tadi, cepat!! Kau itu bukan pakai mobil biasa! Mati saja kau jika sampai tertangkap mereka!!”

“Diamlah! Aku tahu!!” jawab Guanlin. Emosinya terpancing terlebih di saat seperti ini.

Ia membelok tajam ke sebuah jalan kecil, membuat mobil polisi yang dikendarai tak kalah kebut itu tetap melaju lurus— membuka kesempatan bagi Guanlin untuk melarikan diri.

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang