22

1K 123 71
                                        

Gila, berdebu wkwk
Masih ada yg nunggu kagak nih?

.

.

.

Rahang Sehun mengeras sesaat setelah Guanlin selesai berbicara. Lalu lalang dan suara para maid yang sibuk menyiapkan makan malam besar yang akan berlangsung kurang dari satu jam lagi mendadak hening.

Guanlin bergeming bahkan saat sang ayah menghempas dengan kasar ponsel canggih yang sedari tadi ia genggam— guna menghubungi si sulung yang mendadak hilang.

Si bungsu tahu dirinyalah yang akan jadi sasaran kemarahan pun memutar otaknya cepat. Ia bahkan belum menemukan alasan yang tepat untuk absennya Jinyoung di acara penting ini sebelum mengatakannya pada sang ayah.

“Lai Guanlin, jangan bercanda.” Ujar Sehun. Dingin dan penuh penekanan.

“Tidak sama sekali. Jinyoung hyung sendiri yang bilang kalau ia tidak bisa ikut makan malam nanti. Dia pergi.”

“Jinyoung tidak akan begitu. Dia tahu ini penting. Jadi berhenti main-main, dan bawa hyungmu pulang!”

“Apa maksudmu?” tanya Guanlin santai. “Ini memang penting, tapi kurasa dia pergi untuk sesuatu yang lebih penting. Teman-temannya mengajak bersenang-senang di pulau Jeju sebagai acara perpisahan—“

“Bagaimana bisa itu lebih penting!? Berikan ponselmu, aku akan meneleponnya.”

“Jelas saja. Dia kan sudah lulus, teman-temannya pasti akan pergi ke luar Seoul setelah ini, jadi dia menghabiskan waktu bersama temannya. Sementara makan malam? Kurasa bisa dilakukan lain waktu.”

Memang benar, makan malam ini bisa dilakukan kapan saja. Tapi Tuan Lai sudah mempersiapkan segalanya untuk hari ini, segala jenis jamuan sudah siap dihidangkan. Lagi pula bukankah perginya Jinyoung terlalu mendadak? Anak itu bahkan masih sangat antusias hingga siang tadi.
Bahkan tidak sedikit pun membicarakan hal ini dengan ayah dan ibunya sebelum pergi.

“Guanlin, bawa pulang hyungmu sebelum aku benar-benar marah!”

“Ayah pikir aku tahu dimana hyung sekarang?”

“... tsk! Anak itu.. apa yang dia pikirkan?”

Sehun memijat dahinya pening. Menatap tajam sang bungsu sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi.

Guanlin mungkin saja tahu, tapi putra bungsunya itu memang selalu sibuk dengan urusannya sendiri. Kecil kemungkinan ia mengetahui keberadaan sang hyung. Terlebih yang Tuan Lai tahu, Guanlin tak terlalu senang dengan kepulangan hyungnya ke Seoul.

Si bungsu diam-diam menghela napas lega. Ia pikir dirinya akan terlibat pertengkaran hebat dengan sang ayah dan membuat ia harus lebih lama lagi menemui hyungnya. Suasana tegang juga menyelimuti meja makan yang sudah tertata rapi itu.

Guanlin menghampiri salah satu maid, kemudian menunjuk beberapa hidangan menggiurkan yang sudah disajikan.

“Ng.. bisa tolong kau bungkuskan untukku sebelum ayah membuangnya?”

Ia ingat, Jinyoung belum makan sama sekali.

....

Guanlin masih berada di kediaman rumahnya sejak satu jam yang lalu ia tiba. Ia tak hanya membawa makanan dari sana untuk Jinyoung hyungnya, tapi sisa pakaian yang Jinyoung tinggalkan juga perlengkapan lain yang mungkin dibutuhkan. Tuan dan Nyonya Lai masih belum pulang dari menemui keluarga Kang sejak Guanlin membawa kabar yang membuat mereka kebingungan.

Deeper || PanDeepNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang