"Parisss!!! Pariss! Paris!! Hiks..hiks hiks..."ucap Nanda sambil menangis dan menggerakan kedua tangannya kesana kemari dengan posisi duduk dan mata yang di tutup oleh kapas juga perban.
Paris yang baru datang segera berlari dan langsung memeluk gadis yang terduduk lemah dengan selang infusan di tangannya.
"Nandaaaa.."tangis Paris pecah seketika.
"Paris,mata gue kenapa gelap? Risss?"ucap Nanda dengan suara bergetar.
Paris terus terisak dna sama sekali tak menjawab.
"Risss jawab gue!"tangis Nanda mulai pecah saat ia berteriak.
"Lo,lo buta Da"ucap Paris sukses membuat Nanda terkejut.
"Apa?! Gak gak mungkin!gak mungkin!!!"ucap Nanda mengamuk tak terkendali hingga pelukan Paris pun terlepas.
Entah ada pemberitahuan dari siapa atau memang karna suara teriakan Nanda,beberapa suster masuk yang di susul oleh dokter Firman.
"Pegang dia sus"ucap dokter Firman memerintah pada beberapa suter yang ada di sana.
Paris pun mundur dan beberapa suster sukses memegangi tubuh Nanda hingga diam dan tak bisa bergerak. Kemudian dokter Firman menyuntikan obat bius hingga Nanda tak sadar dan tertidur pulas.
Kemudian suster suster itu membenarkan infusan Nanda yang terbengkok-bengkok dan sempat tersumbat dan hampir terlepas.
Sedangkan dokter Firman berjalan menghampiri Paris.
"Saya harus bicara dengan anda"ucap dokter Firman pada Paris.
Kemudian mereka pun pergi ke luar ruangan dna duduk di kuris yang ada di sana.
"Sebenarnya Nanda akan mengalami kebutaan entah sampai kapan. Yang pasti,itu bukanlah buta permanen"ucap dokter Firman.
"Jadi Nanda bisa ngeliat lagi dok?"tanya Paris.
"Insyaallah bisa"ucap dokter Firman.
Paris tersenyum sambil mengusapkan kedua telapak tangannya yang ia satukan di wajahnya sambil berucap "alhamdulilah".
"Tapi kamu harus pandai pandai menjaga dan membuatnya tenang. Jangan biarkan dia sedih karna jika ia berlarut larut sedih,mentalnya akan terganggu"ucap dokter Firman.
"Baik dok"ucap Paris.
"Kalau begitu saya permisi"ucap dokter sambil tersenyum dna berdiri yang di susul Paris.
"Terimakasih dok"ucap Paris sambil tersenyum kemudian dokter Firman pun pergi.
Setelah itu Paris masuk kembali ke ruang rawat Nanda. Beberapa suster yang tadi mengurusi Nanda pun segera keluar namun sebelum semuanya keluar,ada salah satu dari mereka memperingati Paris.
"Panggil kami jika dia mengamuk lagi. Atau pencet saja tombol itu"ucap salah satu suster itu sambil menunjuk ke arah tombol merah yang ada di tembok.
"Baik sus"ucap Paris.
"Kalau begitu saya permisi dulu"ucap suster itu lalu ia pergi setelah Paris mengangguk dan tersenyum.
Kini hanyalah Paris dan Nanda.
Paris mendekat ke arah tubuh Nanda yang terbaring lemah di atas kasur. Kemudian ia duduk di kursi yang ada di samping ranjang yang Nanda tempati.
Ia memandangi gadis yang lemah tak berdaya di hadapannya dengan perban yang membalut kapas yang menutupi kedua matanya.
Kemudian ia menangis.
"Ini salah gue. Kalau aja tadi gue gak ngajak dia sepedaan,pasti gak kek gni"ucapnya menyalahkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Aku Dan Kamu [-Paris Dan Nanda-]
Teen Fiction"Apa lo gak malu punya pacar buta kek gue?"tanya Nanda membuat Paris menurunkan tangannya juga Nanda namun masih dalam keadaan menempel. Paris tersenyum dan menghembuskan nafasnya. "Kalau gue malu punya lo,dari waktu lo buta gue gakan nemenin lo"uca...