04. Give up?

9.2K 596 382
                                    

Vote & Comment, please.

♣️♣️♣️

“Sad, kok lo diem aja, sih, lihat Sam jalan berduaan sama Daffa?” Agam Senja Dewandhanu mengetuk meja dengan ponselnya, sambil menatap Sadewa di hadapannya. Ia tahu, cowok yang lebih tua 4 bulan darinya itu, tak suka diusik perihal hati. Tapi, daripada mati penasaran dengan perubahan sikap Sadewa, lebih baik bertanya. Pun, pertanyaannya ditanggapi oleh Awan dengan sahutan setuju.

Sean Rajendra Kinarius, yang sedari tadi sibuk membahas rapat OSIS di group chat, kini bergabung dalam obrolan The Monsters. “Sejak kejadian di UKS, lo berubah. Sebenarnya kalian kenapa?” tanya cowok bermata sipit dengan rambut yang sedikit gondrong, tapi membuatnya digandrungi banyak perempuan.

Sadewa menghela napas berat, lalu mengacak rambutnya asal-asalan. Ia mengeluarkan rokok dari saku seragam, namun ketika hendak menyulut dengan korek gas, tiba-tiba Awan menyambar rokok yang terselip di bibir Sadewa.

“Lo mau dihukum Pak Broto?” tanya Awan, yang kemudian meletakkan sebatang rokok itu di atas meja. Sadewa melirik Awan yang duduk di sebelahnya dengan sinis, kemudian mengedarkan pandangan ke arah lainnya.

You give up on her?” Satu kalimat terlontar dari mulut Romeo Arya Wardhana, dan langsung ditanggapi Sadewa dengan pukulan di lengannya. Romeo meringis sesaat, kemudian kembali memetik pelan senar gitar birunya. “Cemen, lu!”

“Mau gue pukul lagi?” tanya Sadewa sambil mengarahkan kepalan tangan di depan wajah Romeo. Kontan, cowok keturunan cina berkulit putih itu menepis tangan Sadewa dan nendengkus. Sadewa menyandarkan punggungnya pada kursi dan menerawang kosong ke arah gelas berisi es teh di hadapannya. “Sam minta gue buat jauhin dia—”

“Terus lo iya-in gitu aja?” sambar Rajendra, sontak keningnya disentil cukup keras oleh Sadewa. Bibir Rajendra mengerucut lima sentimeter seraya mengusap bekas sentilan itu. “Pantes aja Sam nyuruh lo menjauh, lo aja kasar gini.”

Sorot bengis ditujukan Sadewa kepada Rajendra, kontan meja nomor 10 di sudut kantin itu mendadak terasa mencekam. Senja dan Awan saling berpelukkan, takut kena amuk si berandal. “Gue gak bakal nyerah perjuangin dia. Gue cuma ....” Sadewa menjeda untuk menghela napas panjang dan mengembuskan perlahan. “Gue pengin tau, dia bakal cariin gue atau enggak, kalo gue menjauh dan gak gangguin dia lagi.”

“Hahaha!” Romeo terkekeh geli seraya meneguk es jeruknya, kemudian menatap Sadewa dengan senyum miring. “Trik basi. Kalo lo menjauh cuma untuk ngetes dia doang, yang ada dia bakal mikir lo gak serius perjuangin dia!”

Sadewa berdecak sembari berpikir sejenak. Benar kata Romeo, tapi .... “Harus sampai kapan gue nunggu dia? Kalian tau kan, gue nembak Sam dari tahun lalu, di hari pertama dia masuk sekolah!” geramnya. Ia  frustrasi, kemudian memejam, berusaha menenangkan pikiran yang kalut. Kini momen perkenalan dengan gadis yang berhasil membuatnya penasaran dan tergila-gila itu kembali terbersit dalam ingatannya.

♣️♣️♣️

Published:
27 November 2020

Love,

Max

The Redflag Boy; SADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang