08. Chaos

1.3K 151 150
                                    

Vote & Comment, please.

♣️♣️♣️

“Gak punya harga diri apa gimana lo?” Sindiran yang dilontarkan murid baru itu kembali menyulut emosi. Cowok itu bangkit dari duduknya, menoleh, menyorot tajam iris abu yang tak kalah tajam menatapnya. “She doesn't love you. Don't you understand?” ujar Daffa dengan tegas dan berani, meski yang dihadapinya saat ini adalah si berandalan, Sadewa.

Tak ada satu pun yang berani berucap. Mereka menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya, karena keduanya selalu bersaing memperebutkan hati Samantha. Daffa yang selalu membantu Samantha, sementara Sadewa selalu merepotkan dan membuat gadis itu berada di posisi sulit. Pribadi mereka sangat bertolak belakang, bukan?

Melihat suasana yang tak kunjung mereda, Jazzila akhirnya angkat bicara. “Dewa, don't start a war. Sekarang, balikkin buku Sam.”

Sadewa mengabaikan ucapan Jazzila, lantas ia maju satu langkah, menatap manik hitam Daffa bak tatapan mengintai mangsa. “Urusan gue, bukan urusan lo!” Ia berdecih, melirik sekilas ke arah Rajendra dan Romeo. Keduanya menggeleng pelan, mengisyaratkan pada Sadewa untuk tidak melakukan hal buruk.

Sedetik kemudian, buku catatan milik Samantha terlempar jauh ke depan. Sadewa menghampiri Daffa dan langsung mencengkeram kerah seragamnya, mendorong tubuhnya hingga membentur meja dan kursi di belakangnya. “Lo siapa berani ngusik gue?!”

Samantha terbelalak saat Sadewa melayangkan pukulan ke wajah Daffa. Ia menutup mulut dengan telapak tangan, memberi isyarat Rajendra dan Romeo agar menengahi keduanya yang kini terlibat pertengkaran hebat. Sementara di depan kelas ramai oleh murid dari berbagai penjuru kelas, mengintip dari balik jendela. Pintu sengaja dikunci rapat dengan sapu dan beberapa meja kursi, agar tak ada yang masuk.

Rajendra menarik Sadewa, sementara Romeo menjauhkan Daffa yang babak belur di bagian hidungnya. “Sejak lo dateng ke sekolah ini, lo bawa banyak masalah! Termasuk, lo yang sering ikut campur urusan gue! Munafik!” seru Sadewa sambil menunjuk Daffa dengan emosi menggebu.

Daffa menggeram, tak terima disebut munafik. Ia mengelap darah di hidungnya, kemudian maju beberapa langkah, namun Romeo kembali menariknya ke belakang. “Lo pikir gue gak muak lihat lo? Cowok caper, pembuat gaduh yang gak punya presta—”

“Bajingan!” Sadewa mendorong Rajendra hingga cowok itu terhuyung ke belakang, dan hendak kembali memberi 'pelajaran' untuk Daffa karena berani mengusiknya. Namun, seketika ia terenyak ketika Samantha menarik tangannya, membuatnya berbalik lantas mendekapnya dengan erat.

Sadewa berusaha sekeras tenaga untuk meredakan emosinya. Lantas, ia merengkuh pinggang Samantha, mengecupi puncak kepala gadis itu dengan sikap protektif yang menunjukkan ia takut kehilangan. “Gue berhenti berulah, setelah lo jadi milik gue.”

♣️♣️♣️

Published:
27 November 2020

Love,

Max

The Redflag Boy; SADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang